"Oh ayolah, kau tidak bisa terus terusan menekuk wajahmu itu didepanku." Ucap Sana sambil mengemudikan mobilnya.
"Sorry, hanya tidak biasa bekerja dengan penjahat." Ucap Jihyo yang duduk di samping kursi kemudi.
"Geez, kau bahkan bukan lagi polisi." Ucap Sana.
"Biasakan dirimu cantik. Siapa tau di masa depan kita bisa menjadi parner." Ucap Sana sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Bisakah kau berhenti mengedipkan sebelah matamu kepadaku? kau sudah melakukannya berkali kali sejak tadi." Ucap Jihyo.
"Sorry to say honey, tapi itulah keahlianku." Ucap Sana.
"Jadi keahlianmu adalah menggoda?" Tanya Jihyo.
"Kau pernah dengar cerita adam dan hawa? Ketika hawa tergoda pada ular apakah yang terjadi?" Tanya Sana.
"Well, mereka dalam masalah." Jawab Jihyo.
"That's my job." Ucap Sana.
"Manusia adalah makhluk yang bernafsu, dan nafsu adalah kelemahan setiap orang terutama pria." Lanjut Sana.
"Bagaimana kalau kau harus membunuh perempuan?" Tanya Jihyo.
"Aku bukan pembunuh berdarah dingin. Aku membunuh karena uang dan kalaupun ada klien yang menginginkanku membunuh wanita atau anak anak, aku takkan mengambil job itu." Ucap Sana.
"Kenapa?" Tanya Jihyo.
"Woman supports woman. Akan sangat lucu jika kau membunuh kaummu sendiri. Itu yang terjadi saat seorang istri sah melabrak selingkuhan bukan? Memaki dan membunuh secara mental selingkuhannya padahal perselingkuhan itu dilakukan oleh keduanya. Pada dasarnya aku tidak suka menjatuhkan sesama wanita." Ucap Sana.
"Woaw, apakah itu tadi sebuah curhatan?" Tanya Jihyo.
"Hanya segelintir pemikiran saja." Jawab Sana.
"Kau terdengar begitu rasional untuk seorang pembunuh bayaran." Puji Jihyo.
"Tidak ada orang bodoh yang bisa menjadi pembunuh bayaran." Ucap Sana.
Sesampainya di tujuan, Sana pun memarkirkan mobilnya.
"Bagaimana penampilanku?" Tanya Sana begitu ia selesai memakai lipstik.
"Cantik." Angguk Jihyo.
"Hmm, aku tak menyangka kau akan memujiku secepat itu." Sana terkekeh sementara Jihyo memutar bola matanya.
Mereka pun keluar dari dalam mobil dan berjalan terpisah. Sana masuk melalui pintu depan hotel sementara Jihyo masuk dari pintu belakang.
"Aku sudah masuk." Ucap Jihyo dari in ear ketika sudah berhasil mengganti bajunya dengan pakaian yang serupa seperti pegawai house keeping.
"Aku sudah melihat target. Ia terlihat sedang bersantai di meja bar." Ucap Sana sambil berjalan dengan begitu anggun dan mendudukan dirinya tidak jauh dari tempat Ahn Jihyuk duduk.
"Tequila, 2 shots." Pinta Sana pada bartender.
"Baik nyonya." Angguk sang bartender.
"Sial! kamarnya dijaga 2 orang pria." Ucap Jihyo.
"Bereskan, jangan dibunuh." Ucap Sana pelan.
*Brak! brak!
"Kau kira aku pembunuh sepertimu??" Tanya Jihyo sambil berusaha menyembunyikan badan kedua pria yang baru saja ia urus.
"Silakan nyonya." Barista itu memberikan dua shots tequila kepada Sana.
"Tolong yang satunya diberikan kepada tuan disana." Ucap Sana sambil menunjuk Jihyuk.
"Baik." Barista itupun melakukan yang Sana perintahkan.
Ahn Jihyuk pun menoleh lalu tersenyum tipis menatap Sana. Pria tua itu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Sana.
"Selamat malam nona cantik." Sapa Ahn Jihyuk.
"Malam tuan Ahn." Ucap Sana sembari menoleh dengan tatapan sayu nan sexy miliknya.
Setelah selesai, Jihyo pun memasuki kamar Ahn Jihyuk dan memasang kamera tersembunyi.
"Aku sudah selesai, aku akan keluar." Ucap Jihyo.
"Mhhmm tanganmu nakal sayang." Ucap Sana saat Ahn Jihyuk memegang bokongnya di dalam lift.
"Aku sudah tidak tahan." Ucap Jihyuk.
*Ting!
Lift pun sampai di lantai kamar Ahn Jihyuk. Sesampainya di kamar, pria itu membobardir Sana dengan ciuman penuh nafsu sembari menanggalkan baju wanita itu beserta bajunya. Aktifitas mereka berakhir diatas kasur dengan Sana yang berada diatas.
*Grep!
"Ughh!!!!!" Sana membekap wajah Ahn Jihyuk dengan kain yang di berikan obat bius.
Pria itu tertidur dengan cepat. Sana pun berjalan menuju ke kamera tersembunyi yang di taruh oleh Jihyo.
"Berhenti menatapi tubuhku terus dan jemput aku kesini, pria itu merobek dressku." Pinta Sana.
"N-ne!" Ucap Jihyo dari in ear.
Sementara itu Chaeyoung yang sedari tadi memantau semuanya dari rumah pun wajahnya sudah merah padam. Tanpa sadar dari hidungnya menetes darah.
"Yo! Chaeyoung! Ada apa dengan hidungmu?!" Panggil Jeongyeon yang sedang memonitor pergerakan tim Mina dengan komputer lain.
"Gila, darah mengalir deras dari hidungmu!" Ucap Dahyun.
"E-eh a-aku tidak apa apa!" Chaeyoung kelabakan sambil berusaha mencari tissue.
"T-tim C s-sudah berhasil." Ucap Chaeyoung dari jauh.
"Ne, tim A juga sudah dalam perjalanan pulang." Ucap Jeongyeon.
"Mengapa wajahmu memerah?" Tanya Chaeyoung.
"Pria itu menggoda istriku, aku menahan emosi sejak tadi." Ucap Jeongyeon.
.
.
."Tzuyu-ya." Taecyeon dan Kyungso berusaha keras untuk mengikuti Tzuyu.
"Aku tidak bisa melakukannya lagi." Ucap Tzuyu.
"Kami mohon percayalah pada kami!" Taecyeon berusaha keras.
"Sunbaenim.." Tzuyu menghela nafasnya.
"Kami mohon bantu kami." Ucap Kyungso.
"Aku tidak bisa." Tzuyu menggeleng.
"Mereka tau aku bagian dari kalian. Kepala kepolisian memberitahuku segalanya tentang rencana mereka. Ia berkata jika ia tidak bisa memecatku karena aku tidak ada di acara kampanye saat itu tapi mereka memilih untuk menjadikanku bagian dari mereka. Mereka menawarkan kenaikan pangkat jika aku tidak membuka mulutku dan mengganggu mereka lagi. Kau tau aku hanya ingin mendapatkan posisi yang baik di kepolisian. Kumohon, aku tidak bisa melakukan ini lagi. Aku tak bisa kehilangan pekerjaanku, kumohon." Ucap Tzuyu.
Taecyeon dan Kyungso pun menyerah. Tzuyu berjalan pergi meninggalkan mereka begitu saja.
"Sial!" Geram mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Heist S2
FanfictionFull chapter. Bagaimana kehidupan Jeongyeon dan yang lainnya setelah kejadian perampokan 5 tahun lalu berlalu? Simak terus kisahnya! DISCLAIMER! Bila ada kesamaan cerita, alur, watak, dan tokoh ada cerita ini, murni kebetulan. Cerita ini murni dari...