"Aurora!" Suara nyaring menusuk gendang telinga Aurora.
Ia sejenak berhenti, menunggu Aqila berlari kearahnya. Dengan nafas terengah-engah Aqila menarik tangan Aurora agar mengikutinya dari belakang.
"Lo apaan sih La. Tangan gue masih sakit!" sentak Aurora tak suka. Melepaskan tarikan tangannya paksa.
Aqila meringis memamerkan gigi putihnya, lupa bahwa Aurora habis jatuh kemarin. Ia beralih merai pergelangan kiri Aurora yang tidak terluka.
"Sorry Ra, tapi lo mesti lihat ini," desak Aqila bersemangat.
Kembali menarik Aurora, Aqila membawanya menuju kerumunan siswa-siswi yang mengerubuni sebuah mading.
Suara berbisik-bisik terdengar. Mereka riuh meributkan pengumuman yang terpasang dimading. Telinga Aurora aktif mendengarkan.
"King Of Queen? Gila sih gue mesti ikut ini."
"Lo mau saingan sama primadona? Hahah, udah pasti kalahlah."
"Eh siapa tau gue bisa menang nanti. Enak aja lo omong!"
Aurora menatap datar, sudah tau apa yang mereka bicarakan. Sebenarnya dia malas, tapi rasa penasaran lebih mendominasi dirinya.
"Misi, kita mau lewat!" seru Aqila menerobos kerumunan.
Beberapa siswa menyingkir memberi jalan ketika melihat Aurora. Hingga sampai mereka didepan sebuah brosur. Dengan tulisan KING OF QUEEN SMA LORENTINA 2021 SEGERA DAFTARKAN!
"Lo harus ikut Ra!" pinta Aqila tersenyum yakin.
Aurora masih merenung, berfikir sejenak. "Mager gue."
"Ih pokoknya lo harus ikut! Lo pasti menang percaya sama gue!"
"Gue gak bisa pidato."
"Gue yang buat pidatonya lo tinggal ngapalin!" kukuh Aqila menginginkan Aurora ikut.
Aurora tetep menggeleng.
"Ih, Ra tapi lo harus ikut. Ya ya ya?" Aqila mengedipkan matanya memohon.
"Lo kenapa sih? Ngebet banget pengen gue ikut."
"Karena hanya lo yang bisa ngalahin primadona!"
"Siapa yang mau ngalahin gue?"
Aqila terbungkam, suara dari belakang membuatnya tak bisa bergeming. Ia menggenggam tangan Aurora meremasnya, meminta bantuan.
"Siapa yang mau ngalahin gue, ha!? Lo?" tunjuk Pelangi pada Aqila, tersenyum meremehkan.
"Dia Aqila? Hahaha cewek najis kek dia mau ngalahin lo? Mimpi!" hina Cia— teman Pelangi.
Aqila menipiskan bibirnya kesal, memandang mereka tajam. Terlanjur kesal ia manarik bahu Aurora agar berbalik menatap Pelangi. Tangannya sedikit mendorong Aurora agar maju.
"Dia— dia yang bakal ngalahin lo!" tekannya.
Mata Pelangi terpaku, bibirnya terkunci rapat. Otaknya tak berkerja dengan baik. Kakinya bergetar, jantungnya hampir merosot tak kala melihat siapa yang berdiri didepannya.
"A-Aurora?" Bibirnya begetar saat mengucapkan satu nama.
Aurora tersenyum sinis. "Apa kabar, Pelangi?"
Pelangi tersenyum sepah, ia menggeleng tak percaya. "Hahaha, ini pasti gue lagi mimpi. Iya, gue pasti lagi mimpi. Gak mungkin lo Aurora. Aurora udah mati!"
Aurora mendengus geli. "Lo masih sama bodohnya."
Pelangi tetap menggeleng, ia masih tak percaya. Bagaimana mungkin? Sesorang yang bertahun-tahun tak pernah ia temui lagi dan ia sangka telah mati kini berdiri tegak di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Liliy Of The Valley
Teen FictionAurora Belliana Amoel, gadis yang terlahir sebagai kutukan. Darahnya yang bisa mematikan membuat hidupnya berubah berantakan. Siapa yang menyentuh setetes saja darahnya bisa terluka secara permanen. Dia memilih hidup sendiri. Mencari sepeser uang d...