Bab 20

19K 2.5K 211
                                    

👺👺👺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👺👺👺

Gue sudah melangkahkan kaki ke area belakang sekolah, tapi yang gue cari gak memunculkan batang hidungnya.

Jangan-jangan mereka bohongin gue?

Gue berdecak, melihat jam yang melingkar di tangan. Bentar lagi masuk.

Sambil bertolak pinggang, membuka mata menjelajah, melihat ke segala arah berharap mata gue menemukan keberadaannya.

Tapi bahkan sampai bel masuk bunyi, pencarian gue sama sekali gak membuahkan hasil. Dengan lesu gue melangkah pergi ke kelas.

Namun, mendadak gue menajamkan pendengaran saat mendegar suara samar. Awalnya gue ragu untuk mencari tahu sumber suara itu, yakali siapa tahu itu suara iseng milik setan, secara gue lagi di tempat sepi, di tempat yang jarang banget di datangi murid-murid. Tapi, entah kenapa gue malah mendekat secara teratur, mengikuti naluri. Suara yang tadinya samar, kini gue bisa denger dengan jelas. Suara alat musik. Piano. Nadanya terasa frustasi dan penuh dengan amarah. Luapan dari sang pemain.

Gue jadi keinget drakor Penthouse.

Gue meneguk ludah. Menarik nafas panjang kala jarak gue dengan ruangan itu semakin dekat. Perlahan tapi pasti, gue bisa lihat pintu yang sama sekali gak ketutup alias kebuka.

Semoga disana ada manusia asli bukan manusia jadi-jadian. Terlebih manusia asli itu adalah Kresya, gak apa-apakan mengharapkan keberuntungan? Dengan hati-hati kepala gue melongok ke dalam, mencari sang pemain.

Gue memfokuskan mata, melihat seseorang tengah bermain piano. Mata gue memicing dan disaat itu gue yakin bahwa keburuntungan lagi bareng sama gue, dia Kresya. Akhirnya gue bisa mendesah lega.

Perlahan, kaki gue menuntun mendekat. "Ngapain lo? Kesetanan?"

Dia langsung menghentikan permainannya, menoleh terkejut dengan raut gelap. Menatap gue dengan deru nafas yang mengiringi.

"Tertawalah!" Itulah yang keluar dari mulutnya setelah hening.

Gue mengedikkan bahu. "Gak ada yang lucu. Kecuali sekarang lo mau stand up comedy."

Dia mengeram kesal. "Ini semua gara-gara kamu sialan!"

Dia berdiri tegak dengan tangan yang mengepal erat. Gue memerhatikan pakaian dan rambutnya, kotor dan basah.

Gue melepaskan jaket dan memberikan kepadanya. "Pake."

Kresya membuangnya ke lantai. "LO! Ini semua gara-gara lo sialan! Brengsek! Semuanya hancur! Itu semua gara-gara lo! Gue tahu kejadian di kantin itu semuanya ulah lo!"

"Kenapa kamu gak bisa membiarkan kesalahan kecilku? Aku memang menuduhmu, tapi_ kenapa balasan kamu menghancurkan aku seutuhnya? Aku rasanya ingin mati saja"

"Maaf," kata gue.

Dia tertawa kecut. "Apa kakak tahu? Kehidupan sekolahku sekarang seperti di neraka! Mereka menghinaku! Mereka menghakimiku! Mereka membenciku! Mereka merisakku! Mereka sialan!" umpatnya.

Seriously? I'm a Villainess? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang