Bab 31

11.6K 1.6K 175
                                    

Hy assalamualaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hy assalamualaikum.
Gimana kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan bahagia.

Maaf banget baru bisa update. Udah lama ya? Kira-kira berapa Minggu. Sorry banget padahal niatnya pingin cepat up. Tapi karena di kehidupan nyata ada banyak problem ini itu, jadi cerita Malika tertunda.

Thanks yang masih nyimpen cerita ini. Thanks yang nunggu ceritanya Malika.

_________

"Akhir-akhir ini kita jarang kumpul," geleng Raksal. "Tepatnya Sarga dan Jhon. Mereka menjengkelkan."

"Memangnya kenapa? Sekarang ini dia pasti sibuk mempersiapkan bandnya," jawab Shasha sambil menyemprotkan air ke tanaman bunga kecilnya.

Sekarang mereka sedang berada di salah satu ruang khusus di sekolah, atau kata lain basecamp-nya mereka.

"Tapi...." rengek Raksal. Hanya kepada perempuan itulah dia bisa merengek seperti ini. "Mereka sudah keterlaluan."

Shasha tertawa. "Jangan kekanak-kanakan."

"Setidaknya mereka menghubungi kita? Dan apa-apaan teleponku yang gak dijawab." Lalu menoleh ke arah Regal yang sedang berdiri di depan jendela. Menutup mata, menghadap langit yang sedikit mendung.

"Regal!"

Membuka mata. "Mereka bukan anak kecil," jawabnya padat tanpa menoleh sedikitpun.

"Kamu pun menjengkelkan. Beberapa hari ini kamu juga agak berubah, menjadi pendiam. Meskipun kamu orang yang gak banyak bicara, tapi sekarang kamu semakin pendiam, selalu bergelung dengan pikiranmu sendiri. Kenapa semua orang berubah? Kamu, Sarga, Jhon dan juga si nenek penyihir Malika."

Shasha menghentikan aktivitasnya, nama itu selalu membuatnya merasa terganggu, merasa was-was dan tidak nyaman.

"Berubah? Siapa? Malika? Apa maksudmu Raksal." Sebenarnya Shasha sadar akan perubahan itu, perubahan yang kurang dia sukai. Tapi topik ini membuatnya penasaran, rasa penasaran yang mungkin akan membunuhnya.

"Dia semakin gila."

Shasha meletakkan semprotan tanamannya.

"Jangan berkata kasar seperti itu," ujarnya berusaha tetap kalem.

"Kenapa Shasha kita sangat baik?" Raksal mencubit manja pipinya. "Bahkan setelah semua perlakuan buruk Malika."

Shasha tertawa ringan. "Hentikan!"

"Tapi memang benarkan, Malika_"

"Cukup!" Regal menatapnya tajam. "Jangan berlebihan pada hal yang kecil."

Raksal berdecak kesal. "Benar-benar menjengkelkan." Berbalik ke arah Shasha yang hanya terdiam. "Shasha aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti."

"Ya, Raksal."

Seriously? I'm a Villainess? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang