Bab 17

18.4K 2.5K 179
                                    

"Keilandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keilandra...." Sesak, suaranya tercekat. "Malika..." Napasnya tak teratur. Air matanya keluar dengan putus asa. Malam ini dia kembali hancur. Semua yang berhubungan dengan perempuan itu selalu mengacaukan hidupnya.

Masih teringat jelas kejadian beberapa jam lalu. Kini hubungan mereka benar-benar berakhir. Tak ada yang tersisa. Hanya tinggal ratapan luka dari manusia pesakitan.

Seperti ini. Kehilangan..

Malika membencinya.

Dia berhasil membuat Malika tak mengiginkannya lagi.

Akhirnya dia berhasil, tapi........ kenapa ini terasa menyakitkan.

Dia pikir sudah berhasil mengendalikam dirinya dari Malika. Namun, nyatanya salah. GAGAL.

Malika adalah kelemahan. Malika adalah bukti nyata hidupnya setengah terenggut.

Racauannya masih sama. Keilandra Malika yang terucap di bibirnya. Berpuluh-puluh kali Regal memanggil-manggil nama itu, tak ada rasa bosan, hanya ada rasa kehilangan yang semakin menggila.

Dentuman musik keras mulai menyakiti pendengarannya. Alkohol mulai membuatnya kehilangan kontrol. Seharusnya dia berhenti. Seharusnya dia pergi. Namun, lelaki itu lebih memilih diam, menyakiti dirinya, berharap perasaan kehilangan di dalam dada musnah.

Regal memukul dadanya keras. Sial, semakin menyakitkan. Ingatan perpisahan tadi semakin menekan otaknya. Menekan hatinya. Menekan kewarasannya.

"Regal, kamu harus berhenti. Aku antar kamu ke apartement," ajak William, satu-satunya teman Regal dari kecil. Lelaki itu tahu persis bagaimana Regal sekarang. Dia sedang hilang arah. Dia sedang kacau.

Namun, Regal malah menuangkan alkohol itu ke dalam gelasnya hingga penuh.

Dengan cepat William merebutnya. "Regal stop! Atau aku akan menghubungi Mr. Kenzo!" ancamnya.

Regal tertawa hambar. "Wil, aku mau dia."

"Aku mau Keilandra! Aku mau dia Wil! Dia pergi! Dia pergi Wil!" recaunya.

William mendengus frustasi. "Tolol! Kalo cinta ya bilang! Kalo cinta ya pertahankan!"

"Aku mau dia Wil!"

"Semua sudah selesai. Kami benar-benar berakhir," racaunya parau."Akhirnya dia membenciku?"

William berdecak. "Makanya kalo cinta ya disayang-sayang bukannya dianjing-anjing!" hardiknya.

Kembali, Regal tertawa hambar. Sekarang lelaki itu menatap kedua maniknya. "Dan membiarkannya terjebak dengan monster sepertiku?"

"Wil, bukan dia yang berbahaya. Tapi aku, aku yang berbahaya untuknya."

"Kamu sendiri tahu Wil, di dalam diriku sepenuhnya hanya sebuah kepalsuan. Aku ini monster," Regal menggebrak meja dengan kasar. Meremas rambutnya_ menghilangkan pening yang menyerbu.

Seriously? I'm a Villainess? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang