Bab 24

15.8K 2K 356
                                    

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Melupakan memerlukan proses yang tak sesederhana itu.

Semua orang mendapatkan kesempatan tersebut. Tapi selalu ada dua pilihan. Memilih melakukan atau diam terbelenggu.

Zayn, lelaki itu tidak memilih cara itu atau barang kali dia memang tidak bisa memilihnya.

Penyesalan,

sesuatu yang selalu datang diakhir. Tetapi bukan sebuah ending. Mungkin, bagi Zayn itu sebagai permulaan untuknya, 'memanusiakan diri'. Penghukuman diri.

Kebohongan, salah satu sifat yang dibenci tapi disisi lain sifat yang disukai manusia, sering dilakukan, seperti halnya Zayn. Dia membenci tapi tetap melakukannya. Kebohongan yang telah dia lakukan berminggu-minggu ini. Kebohongan untuk seorang Malika, Dia terbuai, semakin tenggelam_ 'teman'

Selama 2 tahun atau mungkin 3 tahun ini, kebahagiaannya terluka. Tidak ada yang tahu, kesalahan yang telah dia perbuat membuatnya menderita dalam keheningan. Selama itu, Zayn hanya bisa melihat dan mencari kabar tentang Malika dari jauh dan dalam sunyi. Rindu yang membuncah, tapi dia takut, takut, takut, takut, kesalahan itu terjadi lagi dan membuat Malika semakin tersakiti. Kesalahan karena ketidakberdayaan.

Tapi, seakan Tuhan memberikannya kesempatan, Malika mengalami hilang ingatan. Zayn tentu khawatir, tapi disisi lain dia lega. Brengsek bukan? Bisa kembali sedekat ini dengannya, membuat jiwanya seperti diberi kucuran kehidupan.

"Zayn!"

Suara yang membuatnya tersadar dari pikirannya.

Zayn menoleh, disana, di depan pintu kelasnya, Malika tengah menatapnya tanpa kebencian. Murni ketidaktahuan dan itu membuatnya lega.

"Yang lain udah nunggu sambil cemberut loh, apalagi Roy. Duh minta ampun deh itu anak! Pingin banget aku kuncir mulutnya," cerocos Malika.

Zayn menatapnya lembut. "Maaf," telah berbohong, maaf karena tidak bisa menepati janji. Maaf, karena sampai saat ini aku mencintaimu. lanjutnya dalam hati.

Di seperjalanan mereka terus berbicara, lebih tepatnya Malika yang berbicara banyak dan Zayn sebagai pendengar baik. Selalu, selalu, selalu menyimpan setiap kata, suara, momen ke dalam otaknya. Karena mungkin, suatu saat nanti ketika Malika teringat kembali, teringat siapa dirinya yang sebenarnya, kedekatan dan kebersamaan ini tak akan terjadi lagi. Zayn tidak ingin serakah, karena dia pernah mengalaminya. Keserakahan yang membuatnya menyakiti Malika. Cukup sekali, dia tidak akan mengulanginya lagi.

Tapi, bolehkah Zayn berharap? Meski dia tahu berharap hanya sebuah omong kosong yang akan kembali menambah lukanya. Harapan adalah kebohongan yang kejam. Tapi, dia berharap mereka bisa kembali dekat dengan Malika mengetahui siapa dirinya. Itu sudah cukup, sangat cukup.

-i just want you to know who i am-

oOo

"Lagi apa?" tanya Roy pada Mitha. Sedari tadi Mitha hanya duduk sambil memegang buku dan pulpen. Biasanya dia akan full merekam, tidak biasanya.

Seriously? I'm a Villainess? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang