Chapter 12

466 106 10
                                    

Sorry For Typo
.
.
Selamat membaca.
.
.

(Thanks Dynaa_ifa. Mhon jngn kcwa)

Silih berganti masalah datang menghampiri kehidupan Daehyun, membuat kepalanya sakit dan pening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Silih berganti masalah datang menghampiri kehidupan Daehyun, membuat kepalanya sakit dan pening. Satu masalah belum selesai, masalah lain datang lagi. Seakan tuhan tidak adil untuknya, bagaimana tidak ia berpikir seperti itu? Setelah kehilangan putranya untuk selamanya, berpikir semua telah usai, nyatanya tidak.

Circle Magic masih aktif dan mengancam. Keadaan enam pemuda yang berada di Circle Magic, menjadi kunci lingkaran itu belum pulih sepenuhnya, apalagi mereka sempat pingsan saat badai salju lima hari lalu.

Kini masalah baru datang, Hoya merasakan Aura Sunggyu dan Samael saat badai salju itu. Apa mungkin Sunggyu selamat pada malam itu dan hanya Taehyung menjadi tumbal? Entahlah. Ini masih masalah dalam lingkungan Menara Bayangan.

Di luar lebih parah lagi, Petisi atau lebih mudah di sebut mengumpulkan dukungan dan suara untuk menutup Menara Bayangan. Petisi untuk pengusiran pengendali Elements dari negara ini, terus di suarakan. Membuat Keturunan Klan yang sudah berbaur kembali terdesak.

Ingin rasanya Daehyun lari dari semua masalah ini, pergi jauh di mana tak seorang pun mengenalnya. Membawa setengah hati yang masih tertinggal -- Nahyun--, meninggalkan tempat penuh ukiran luka dan derita.

Namun Daehyun sadar, sebagai keturunan pendiri Menara Bayangan, ini sudah menjadi tanggung jawabnya melindungi semua keturunan Klan seperti leluhurnya terdahulu. Ia juga sangat bersyukur banyak orang-orang hebat akan membantunya. Ia tidak bisa menyebut nama orang-orang itu satu persatu, yang pasti semua Keturunan Klan baik itu di Menara Bayangan atau di tempat lain, akan saling melindungi satu sama lain.

Semoga secercah cahaya bersinar terang untuk Keturunan Klan kelak. Menghapus perbedaan, menghilangkan batasan.

Kita lupakan masalah Menara Bayangan, mari kita fokus masalah pribadi Daehyun yang membuatnya bertambah pusing.

Di sinilah Daehyun berdiri, di sebuah ruangan warna putih dan di dominasi aroma obat. Di luar ruangan ini tak kalah berisik dari yang di dalam.

Netra Daehyun terfokus pada seseorang di sudut ruangan meraung-raung histeris. Bahkan seorang perawat yang berusaha menghentikan tangan itu supaya tidak memukul kepala, tidak bisa berbuat banyak. Tangan itu begitu ringan memukul kepala bertubi-tubi dan menjambak rambut yang sudah tipis itu.

Daehyun merajut langkah ke sudut ruangan, memeluk erat tubuh yang tak terkendali itu. Sesak. Pedih. Atau.... Entahlah, Daehyun sendiri tidak tahu kata-kata yang mampu menggambarkan perasaannya sekarang, karna semua kata-kata itu tak akan mampu menggambarkannya.

Pagi tadi ponsel berdering, di layar ponsel itu tertera nomor yang sudah tak asing baginya satu tahun belakangan ini. Hanya beberapa kalimat di ucapkan orang di seberang sana, yang mampu membuat Daehyun kalang kabut. 

The Tower Magic Of Shadow (Sequel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang