Chapter 22: Sungho. Teman atau?

322 49 13
                                    

Sorry For Typo

.
.
Selamat membaca.
.
.

Bunyi sepatu  beradu dengan lantai menggema dalam kediaman megah Lee Sungmin, langkah Jaeha begitu pasti melewati ruang tengah menuju salah satu kamar dalam kediaman itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi sepatu beradu dengan lantai menggema dalam kediaman megah Lee Sungmin, langkah Jaeha begitu pasti melewati ruang tengah menuju salah satu kamar dalam kediaman itu. Beberapa foto tergantung apik dan tersusun rapi beberapa tempat, potret gambar yang memiliki kisah tersendiri di setiap momen.

Seperti foto Lee Sungmin, istrinya dan putranya dalam satu bingkai cukup besar menghiasi ruang keluarga, ketiganya tersenyum lebar namun dibalik senyuman itu ada kegetiran yang coba disembunyikan, terutama Lee Jaesuk, putra Lee Sungmin, dia menyembunyikan rasa sakitnya di balik senyuman.

Dan satu lagi foto cukup besar, Jaeha bisa pastikan potret gambar ditampilkan juga palsu, itu foto dirinya, Lee Sungmin dan Lee Jaesuk atau Kim Taehyung, selain senyum tulus Kim Taehyung, senyum dirinya dan Lee Sungmin adalah palsu, itu karna Taehyung memaksa Lee Sungmin satu frame dengan anjing setianya.

Selain dua foto besar yang penuh kepalsuan, selebihnya foto Kim Taehyung atau orang di rumah ini memanggilnya tuan muda Jaesuk yang menghiasi kediaman Lee Sungmin dengan berbagai ukuran. Potret momen yang ditampilkan begitulah adanya tidak ada kepalsuan.

Saat Lee Sungmin masih hidup, Jaeha cukup heran melihat tingkahnya yang senang mengambil foto Jaesuk tanpa orang yang menjadi objek foto menyadari dan Lee Sungmin pasti akan langsung mencetak, lalu memajang di mana mata mudah melihatnya.

Sekarang, saat Lee Sungmin telah tiada, serta adik kecilnya Jaesuk tidak disisinya, Jaeha baru mengerti apa yang dirasakan Lee Sungmin saat itu, Kerinduan.

Ya! Kerinduan, Lee Sungmin melampiaskan kerinduannya pada sang mendiang putra pada Taehyung yang keduanya memiliki kemiripan. Saat ini Jaeha terjebak dalam rasa itu, ia rindu dengan Jaesuknya, adik kecilnya, bahkan memandang foto-foto yang terpajang tidak mengobati rasa rindunya itu.

Jaeha berdiri di depan pintu kamar yang menjadi tujuannya tadi, saat tangan kirinya akan memutar gagangnya, pintu itu terbuka duluan dan menampilkan sosok sekretaris Choi dari balik pintu.

"Oh, Presdir sudah datang." Sekretaris Choi mencoba meredakan rasa terkejutnya melihat atasannya itu yang sudah berdiri dibalik pintu. Jaeha hanya menjawab dengan anggukan. Sekretaris Choi membuka lebar pintu dan mempersilahkan Jaeha masuk, dibalik punggung Jaeha yang berjalan masuk sekretaris Choi mengusap dadanya dan menghala nafas panjang menghilangkan rasa terkejutnya.

Di antara kasur dan dinding kamar yang tak terlalu lebar, seorang pemuda sebaya Jaesuk duduk meringkuk menyembunyikan kepalanya di antara kedua kakinya dengan tangan kiri yang memeluk kaki, sementara tangan kanan pemuda itu terkulai lemas dilantai, tubuhnya bergetar, Jaeha bisa pastikan dia sedang menangis.

Jaeha mendudukkan dirinya di atas kasur tepat di samping pemuda itu, berdehem pelan, membuat yang duduk dilantai mendongak melihat kerahnya. Lelehan air mata begitu jelas menghiasi pipi, begitu juga luka lebam menghiasi wajahnya, jejak darah juga terlihat di sudut bibir dan pelipis mata. Jaeha bisa pastikan jika air mata itu bukan bentuk dari rasa sakit dirasakan pemuda ini, melainkan rasa takut yang menggerogoti.

The Tower Magic Of Shadow (Sequel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang