Mari flashback sejenak~~
Saat itu Jaemin dan Jeno hanyalah siswa kelas 9 yang belum paham benar apa itu cinta. Kasih sayang antara keduanya hanya diartikan sayang dalam konteks persahabatan. Namun nyatanya, Jeno memiliki rasa yang lebih untuk Jaemin. Banyak gadis yang mendekati tetapi semuanya ia tolak dengan dalih tak mau pacaran.
Kakaknya sedang liburan sehingga bisa menemaninya di rumah. Kala itu, Jeno bisa melihat tatapan berbeda Jaemin untuk Amber. Intens dan penuh antusiasme, seakan fokus Jaemin hanya untuk Amber.
Jaemin dulu bukan seorang yang social butterfly, ia kerap menjaga jarak dengan orang lain. Jika biasanya ia akan bertingkah manis dan manja pada keluarganya atau keluarga Jeno -minus Dimas-, ia mulai bersikap gentle pada Amber.
"Jen, Amber suka cowok apa cewek sih?" "Tipe idaman Amber itu kayak gimana?" Pertanyaan-pertanyaan serupa sering dilontarkan Jaemin padanya. Bahkan pada ulang tahun Amber, Jaemin memberi kado sebuah kalung yang terlihat manis namun tidak feminim. Yang ia tahu, Jaemin tidak akan pernah memberi kado jika seseorang itu tidak spesial baginya.
Tetapi perasaan Jaemin pupus begitu saja tatkala ia mendengar bahwa Amber menyukai kakaknya, Krystal. Mereka berada di universitas yang sama dan cukup dekat satu sama lain. Jaemin memilih mundur, hingga perasaan itu hanya menjadi rahasia antara ia dan Jeno. Jaemin tak suka mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Cinta Amber untuk Krystal, bukan ia. Meskipun nyatanya Krystal tak pernah menerima Amber dan memilih menjalin kasih dengan seorang pria.
"Pantat gue perih, Jen."
"Lo kira gue nggak? Malah kek mati rasa."
"Besok-besok gantiannya perhari jangan perronde." Telinga Jaemin memerah hingga ke leher setelah mengucapkan hal itu pun dengan wajah Jeno yang sudah seperti kepiting rebus.
Tak lama Amber masuk ke kamar Jaemin membawa kantung makanan. Yang memesan tentu saja Jaemin, katanya biar Jeno dan Amber menghemat uang untuk pergi ke Amerika. Padahal uang Jeno dan Amber juga tidak akan habis hanya untuk membeli makanan bagi tiga orang. Ah ya, Jaemin dengan berat hati melepaskan Jeno untuk mengejar cita-cita.
Pikirnya berputar ke belakang, bagaimana perjalanan persahabatan serta anomali dalam dirinya dengan Jeno. Sadar atau tidak, ia telah lama jatuh dalam pesona Jeno. Pemuda itu tampan dan manis, sikapnya hangat dan menggemaskan.
Tak pernah kusangka ini terjadi
Kisah cinta yang suci ini
Kau tinggalkan begitu saja
Sekian lamanya kita berduaPersahabatan keduanya telah terjalin sejak masih dalam kandungan. Ya, Tiffany dan Yoona adalah teman dekat sehingga sering berkumpul bersama bahkan saat hamil. Saat keduanya dipertemukan, tak ada tangisan ketidakcocokan. Semua berjalan bak ada chemistry di antara mereka yang tak bisa diputuskan oleh siapapun.
Tak kusangka begitu cepat berlalu
'Tuk mencari kesombongan diri
Lupa segala yang pernah kau ucapkan
Kau tinggalkan dakuDan kini setelah bersama selama 18 tahun, Jenonya memilih untuk pergi. Jaemin tak tahu pasti apa alasan sebenarnya, pemuda April itu hanya menegaskan ia ingin menjauh dari ayahnya karena Dimas tak menyukai anomali dalam sexuality setelah kejadian Amber beberapa tahun silam serta mencari ilmu dan pengalaman baru di tempat asing.
Pergilah kasih, kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu (Pergilah kasih)
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Semoga tercapai segala keinginanmu"Jen, hari ini gue mau ke rumah. Lo di sini dulu sama Jaemin."
"Kenapa?"
"Love bites lo banyak banget."
Wajah Jeno memerah malu. Diliriknya Jaemin yang tampak tak terganggu dengan pembicaraan ini. Tak ada yang bisa Jeno lakukan selain menyetujui lagi pula ia tak ingin dicecar berbagai pertanyaan penuh intimidasi papinya.
Sarapan yang merangkap makan siang itu selesai tak lama setelahnya. Jaemin menyandarkan tubuhnya pada headboard sementara Jeno bersandar di dada dan memeluknya. Acara tv yang berjalan nyatanya tak lebih menarik dari eksistensi masing-masing. Jaemin lebih memilih menatap Jeno sementara Jeno menikmati usapan-usapan lembut pada rambut dan punggungnya.
"Lo berharga buat gue Jen, saking berharganya gue ga bisa bayangin gimana hidup gue tanpa lo di sini."
"Ga usah berlebihan, gue cuma salah satu dari sekian banyak orang yang sayang sama lo. Lo ga bakal kesepian. Bahkan lo bisa dapetin teman tidur dengan gampangnya kalo misal Lia ga mau."
Kalimat Jeno sedikit menyinggung perasaan Jaemin seakan lelaki tersebut casanova yang haus kehangatan ranjang. Tetapi Jaemin lebih memilih diam sejenak lalu kembali melanjutkan percakapan.
"Jeno.. sejauh apapun lo pergi, sejauh apapun lo ngehindar, gue tetep rumah buat lo. Kalo capek lo bisa pulang ke pelukan gue."
"Mm jadi kita ini sebenernya apa?"
"Kita adalah dua orang yang dipersatukan oleh waktu, saling berjalan bersama dalam cinta dan dipisahkan oleh asa."
Untuk ke sekian kalinya Jeno menangis di hadapan Jaemin. Tangis yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun bahkan keluarganya.
"Boleh ga sih gue egois pengen memiliki lo seutuhnya? Tapi cinta lo udah terlanjur buat Lia." Lirih Jeno dengan suara serak membuat mata Jaemin ikut memburam basah. Bagaimana caranya Jaemin meyakinkan bahwa cintanya tidak hanya untuk Lia tetapi juga untuk lelaki di dekapannya ini?
Seandainya Jeno tau betapa frustasinya Jaemin karena mencintai dua orang sekaligus, dirinya dan Lia, masih kah ia merasa tak penting dalam hidup Jaemin? Namun, ungkapan cinta dari Jaemin pun tak akan membuat Jeno semudah itu percaya karena Jaemin tak bisa memilih satu dari dua tahta.
"Jaem kita udahan aja. Lo terlalu sulit buat digenggam."
"Maksud lo?"
"Gue mau deketin Lia sebagai dominan bukan sebagai sahabat. Kalo gue ngejar Lia saingan gue cuma lo. Tapi kalo gue bertahan sama lo saingan gue banyak. Gue bisex kalo lo lupa."
"Ryujin jangan macem-macem. Lia punya gue!"
"Lebih baik yakinin perasaan lo sendiri Jaem. Yang hati lo mau itu Lia atau Jeno? Jangan serakah! Gue ga rela cewek sesempurna Lia disakiti gitu aja."
Ryujin berlalu begitu saja meninggalkan Jaemin dengan segala keterdiamannya. Selama ini ia terus menutupi anomali dalam dirinya dengan terus berharap pada Jaemin. Memang rasa yang ia punya bukan hanya sekedar canda tetapi lama-lama ia jengah juga. Dirinya dan Lia sudah lama bersahabat, bermain api di belakang Lia membuat Ryujin merasa sesak dan tak enak. Apalagi Jaemin yang hanya menjadikannya tempat pelarian saat ia bosan. Ryujin juga punya perasaan.
Ia tak mau Lia sakit hati jika mengetahui sisi lain dari Jaemin. Bila ia tak bisa memiliki Lia, biarlah ia menjadi sang penawar luka sebab pernah digores oleh orang yang sama.
Sementara Jaemin langsung bergegas pulang. Jeno melarangnya berkunjung sehingga ia butuh kamarnya sekarang.
Kepulangan yang tanpa kata, bertepatan dengan keluarganya yang sedang makan malam. Jaemin bungkam, membuat Krystal dan Lisa khawatir karena hanya merekalah yang mengetahui sisi lain si bungsu.
"Nana berantem sama Lia?"
"Apa ada masalah sama Jeno?"
Dua pertanyaan tersebut hanya Jaemin tanggapi dengan gelengan. Ia memilih melewatkan makan malam agar segera menyentuh kasur. Jujur ia tak tahu apa yang harus dilakukan atau bertanya pada siapa.
"Si bungsu kenapa Bun?" Tanya Jayden yang baru keluar dari kamarnya.
"Biasalah."
"Kamu kayak ga tau Nana aja."
Jayden tak paham, ia hanya berdiri mematung mencerna perkataan ayah bundanya. Lisa yang gemas akhirnya menarik Jayden ke meja makan sebelum pacarnya benar-benar menjadi patung kebanyakan ngebug.
t b c
(๑'ڡ'๑)
KAMU SEDANG MEMBACA
pandemi [JJ]✔
RandomIni bukan soal wabah, ini tentang penyatuan dua orientasi anak Adam yang berbeda namun dianggap sama. Nomin to Jaemjen versatile/seke