Ceklek
"Nana!"
Tiffany dan Amber seketika menutup kuping mereka karena teriakan Jeno. Bisa-bisanya sedang sakit malah berteriak seperti itu saat Jaemin datang, padahal sebelumnya seperti kain yang tak berdaya.
Pemuda manis itu hanya tersenyum dn meminta Amber dan Tiffany pulang, ia tau ibu dan anak tersebut belum beristirahat sejak semalam. Amber sudah mengatakannya tadi.
Setelah Amber dan Tiffany pergi, Jaemin duduk di samping ranjang Jeno dengan tangan yang mengusap rambut sahabatnya perlahan. Mata keduanya bertemu, Jaemin bisa melihat kerinduan di mata Jeno.
"Dari mana aja?"
"Lo tau jawabannya, Jen."
Dada Jeno terasa sesak, ia berharap Jaemin menepis pikirannya, namun jawaban Jaemin justru seolah membenarkan pikiran itu.
"Semalaman?"
Jaemin hanya mengangguk, sambil matanya melirik ke arah bubur yang sudah dingin tanpa tersentuh sedikit pun. Ia menghela napasnya, Jeno belum meminum obat. Entah mengapa ia menjadi lebih khawatir dengan keadaan Jeno.
"K-kalian, t-tidur bareng?"
Lagi-lagi Jaemin hanya mengangguk dengan senyuman yang terlihat menyebalkan dalam pandangan Jeno. Mata si samoyed perlahan memanas dan air mata sudah terbendung siap meluncur bebas. Hatinya benar-benar sakit menerima kenyataan pahit. Namun ia bisa apa? Ia hanya sahabat Jaemin, tidak lebih.
"Lo pergi aja dari sini, Jaem! Gue tiba-tiba males ngelihat lo."
"Oke"
Tanpa Jeno duga, Jaemin malah meng-iyakan ucapannya. Pemuda manis itu berpamitan dan pergi dari ruang inap Jeno. Sepeninggalan Jaemin, Jeno semakin terisak keras."Hiks, bego! Kok pergi beneran! Hiks mama.."
(。ŏ﹏ŏ)
"Halo Tanteku!"
Yuri terlonjak mendengar sapaan Jaemin. Dokter spesialis penyakit dalam tersebut hampir saja memukul Jaemin jika tak ingat mereka sedang berada di kantin rumah sakit. Putra adik keduanya itu memang suka sekali membuat kesal orang lain. Tapi karena Jaemin itu tampan dan bermulut manis, jadi ia masih termaafkan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking.
"Ngapain kamu di sini?"
"Jeno sakit, Tante."
"Temen kamu yang ga punya mata itu?"
"Ih Tante sembarangan. Jeno punya mata tapi ga kelihatan aja."
Yuri tertawa begitu Jaemin mengerucutkan bibirnya kesal. Keponakannya ini terlihat tampan dan manis di saat bersamaan. Bila mungkin Yuri bisa memutar waktu, ia ingin kembali ke masa Jaemin masih kecil dan bisa ia culik kapan saja.
Jaemin memesankan bubur dan jus untuk Jeno, serta beberapa camilan yang mungkin bisa ia bawa nanti.
"Temanmu sakit apa Na?"
"Ga tau Tan, keknya shock gara-gara pas dia pusing, Nana bawa ngebut lari dari polisi."
"Imunitas dia lagi rendah berarti."
Setelah mengambil pesanan dan membayar, Jaemin berpamitan pada Yuri untuk kembali ke ruang inap Jeno.
Di sana, tepat di depan pintu, Jaemin dapat melihat Jenonya menangis. Hal itu membuat dada Jaemin sesak karena dalam kondisi lemah, Jeno justru menghabiskan energinya untuk hal tak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
pandemi [JJ]✔
RandomIni bukan soal wabah, ini tentang penyatuan dua orientasi anak Adam yang berbeda namun dianggap sama. Nomin to Jaemjen versatile/seke