Pasca mengetahui fakta menyakitkan tentang Jeno-Jio-Julia, Jaemin hanya menangis. Ia mengingat bagaimana hancurnya Lia setelah tahu dirinya hamil. Lia pernah melakukan percobaan bunuh diri jika saja Jaemin tak sigap waktu itu. Semuanya terasa menyakitkan.
Jaemin ingin menyalahkan Jeno mungkin menghajarnya pula, tapi ia juga berpikir ialah yang paling bersalah di sini. Sejak dulu ia paham betul perasaan Jeno padanya namun sayang ia masih denial dan bermain-main. Ia selalu membuat harapan hingga Jeno terus terjatuh dan tak punya jalan pulang sementara dirinya justru masuk dalam cinta lain dengan seorang gadis tunggal yang begitu lugu nan manis.
Jika saja Jaemin tidak memberi harapan pada Jeno dan tak pernah melewati batas, mungkin saat ini Lia masih ada bersamanya. Tetapi kemungkinan lain adalah ia tak akan pernah memiliki Jio. Sekali pun Jaemin punya anak, pastilah bukan seperti Jio karena Jio ada dari Jeno dan Lia.
"Maaf"
Dahi Jeno mengeryit kala mendengar kata maaf dari Jaemin. Bukankah seharusnya Jaemin marah padanya atas apa yang sudah ia perbuat?Jaemin merentangkan tangan meminta Jeno untuk datang memeluknya. Meskipun dengan langkah ragu-ragu, Jeno tetap memeluk lelakinya. Sejenak ia lepaskan rindu dan rasa sakit yang pernah ia rasa pada Jaemin. Sedangkan Jaemin sendiri mencoba berdamai dengan egonya untuk tetap mempertahankan hubungan mereka.
"Na, gue mmhh"
Tubuh Jeno hampir terhuyung sebagai efek kejut akan ciuman tiba-tiba dari Jaemin. Tidak, fisik Jeno tidak selemah itu tapi siapa yang tidak kaget jika kena ciuman mendadak? Apalagi hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja. Mereka masih dalam tahap mencari jalan keluar.Perlahan Jeno memejamkan mata ikut menikmati permainan bibir dan lidah bersama Jaemin. Ciuman penuh perasaan tanpa nafsu itu setidaknya berjalan sekitar 6 menit sebelum akhirnya sama-sama melepaskan dan menatap satu sama lain.
"Gue minta maaf, gue yang paling bersalah di sini. Gue mungkin sakit hati karena lo udah berani nyentuh Lia dan bikin masa depan dia hancur tapi hadirnya Jio bikin gue bersyukur, Jen. Lupain aja semuanya, sekarang kita fokus sama hubungan kita dan Jio. Untuk yang kemarin gue bener-bener khilaf. Maaf, maaf banget."
Entah mengapa Jeno merasa dirinya jadi begitu emosional. Bahkan air matanya luruh dengan mudahnya hanya mendengar ucapan Jaemin.
Perlahan wajahnya diusap sayang oleh Jaemin yang mana membuatnya malu sendiri. Jeno merasa bak anak ABG yang malu-malu kucing padahal usianya sudah seperempat abad.
Tak apa, Jaemin suka kok Jeno yang mode kiyowo gini. Soalnya kalo lagi mode maung, Jaeminnya takut. Kayak kemarin.
"Ngga mau ngomong apa gitu, Yang?"
Jeno hanya menggelengkan kepala sambil menyamankan diri dalam pelukan Jaemin. Tak lama ia memekik sebab Jaemin menjatuhkan tubuh mereka tiba-tiba di atas kasur.
"Kaget anjing!"
"Kasar amat sih?!"
"Wajar kasar, soalnya gue bukan makhluk halus."
Jaemin terkekeh manis sambil menciumi pipi Jeno berkali-kali. Semakin lama semakin nyaman hingga kegiatan keduanya diinterupsi oleh Jio yang sudah menggedor-gedor pintu kamar.
"Anak gue kenapa sih?"
"Anak kita, Jen."
"Dih iya!"
Pintu kamar dibuka oleh Jaemin menampilkan Jio yang menggandeng Renjun. Sebenarnya Jio pengen digendong tapi ia urung pasca mendengar Renjun mengeluh punggungnya sakit. Si kepala keluarga cukup tercengang dan menatap Renjun penuh selidik. Bagaimana bisa Jio melihat Renjun yang sudah disembunyikan dalam kamar rahasia?
KAMU SEDANG MEMBACA
pandemi [JJ]✔
RandomIni bukan soal wabah, ini tentang penyatuan dua orientasi anak Adam yang berbeda namun dianggap sama. Nomin to Jaemjen versatile/seke