Setelah lelah berkeliling tanpa arah dan tujuan, Jeno akhirnya menghentikan laju mobilnya. Di sinilah ia sekarang, di salah satu hotel mewah tengah kota. Menyesap wine dan sebatang rokok bergantian mengamati gemerlap lampu malam.
"Phada?"
Jeno mematikan rokok dan menjauhkan gelas wine dari jangkauan Jio.
Ya, memang Jeno pergi setelah menjemput Jio dari rumah orang tua Jaemin siang tadi. Dengan berbagai kata manis dan bujukan akhirnya Jio mau bersamanya tanpa merengek minta pulang.
Tenang saja, Jeno tak berbuat macam-macam. Ia hanya ingin bersama putranya, um maksudnya putra Jaemin. Dengan hadirnya Jio membuat Jeno bisa berpikir lebih jernih dan tidak gegabah.
Ponselnya ia tinggalkan di teras rumah Jaemin dan ia membawa handphone baru agar tak bisa dilacak.
"Thank you for growing up to be a good boy. I'm sorry, too. I love you, my son."
Setelah mengetahui sebuah fakta, Jeno semakin menyayangi Jio dan tak ingin lepas dengan bocah tiga tahun itu.
"Harusnya kita udah bahagia bertiga, Prince. Tapi Papamu itu terlalu serakah dan nggak pernah puas sama satu pasangan. Fada harus gimana hm?" Monolog Jeno sambil menimang Jio yang sudah kembali tidur di gendongannya.
"Papamu bilang mau serius sama Fada, tapi malah kissing sama sekretarisnya. Semoga saat kamu dewasa, kamu nggak seperti Papamu ya? Jadi orang yang setia, penurut, dan nggak aneh-aneh kayak Mamamu."
Pagi-pagi buta Jeno dikejutkan dengan Jaemin yang sudah berdiri di depan kamar hotelnya. Ingin Jeno mengusir Jaemin karena demi apapun ia masih belum ingin bertemu pria tersebut. Tapi ya sudahlah, Jeno akhirnya mengizinkan Jaemin masuk.
Jaemin langsung tertuju pada Jio yang masih terlelap di ranjang memeluk sebuah boneka Ryan.
'Segitu sayangnya lo sama Jio ya Na?'
Asik bergelut dengan pikirannya sendiri hingga Jeno tak menyadari Jaemin sudah berada di hadapannya. Tangan Jaemin terulur mengusap pipinya sayang dengan tatapan masih sama seperti kemarin, penuh penyesalan.
"Jeno, maaf sayang. Gue salah, gue khilaf. Silahkan lo marah tapi jangan pergi karena gue ga bakal sanggup kehilangan lo, Jen."
"Udah? Gue mau lanjut tidur."
"Jeno.."
Jaemin memeluk Jeno dari belakang dan menumpukan kepalanya di bahu lelakinya. Jaemin menyesal, sangat."Gue harus gimana biar lo ngga kecewa lagi?"
"Lepas, gue mau tidur Jaem."
Tidak rela Jaemin lepaskan pelukannya tetapi tetap ia lakukan. Jaemin takut Jeno semakin membencinya.
Hingga Jeno merebahkan dirinya di ranjang dan sedikit menggeser tubuh Jio barulah lelaki tersebut berbalik ke arah Jaemin yang menatapnya sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
pandemi [JJ]✔
RandomIni bukan soal wabah, ini tentang penyatuan dua orientasi anak Adam yang berbeda namun dianggap sama. Nomin to Jaemjen versatile/seke