Grep
Dekapan erat Jaemin dapatkan begitu memasuki rumah. Jeno, si pelaku bahkan semakin menyamankan dirinya meskipun tak ada feedback dari Jaemin.
"Gue mau mandi, habis itu kita bicara." Ucap Jaemin seraya melepaskan pelukan Jeno dan menghampiri Jio yang malah menghindar.
"Jio nggak rindu papa?"
"Nda mau dekat Papa, Jio dah mandi."
Jaemin terkekeh dan mengusak kepala putranya gemas lalu pergi ke kamar. Sementara Jeno mengunci pintu sebelum menyusul Jaemin. Tak lupa ia memberi pesan pada Jio untuk bermain dengan tenang di ruang tengah.
Suara gemercik air Jeno abaikan sambil terfokus mencari baju untuk Jaemin. Kaos oblong berwarna putih polos dan celana training adidas hitam bergaris sekaligus dalamannya. Jeno letakkan pakaian Jaemin di atas ranjang sementara dirinya menunggu di sofa.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka dengan tubuh Jaemin berbalut bathrobe putih. Duda kaya kesayangan Jeno itu mengambil baju di lemari mengabaikan pakaian yang sudah Jeno siapkan.
"Gue udah siapin baju, Na."
"Semua baju sama aja."
Jeno hanya menghela napas. Sebenarnya pacarnya ini kenapa sih?
Wagu njir nyebut pacar(。>﹏<。)
"Mau ngomong apa?"
Sorot mata Jaemin terkesan tajam dan dingin, namun jika ditelaah lebih dalam ada kekhawatiran di dalam sana. Begitu pula Jeno yang menutupi rasa gugup sesantai mungkin.
"Empat tahun lalu, lo pernah balik ke Indo tanpa nemuin atau ngabarin gue kan?"
"Huum, saat itu gue cuma tiga hari karena lo tau sendiri Papi sama Mami lagi proses cerai."
"Lo ketemu Lia?"
"Lebih dari sekedar ketemu."
"Kalian ngapain?"
Jeno terdiam beberapa saat sambil menatap tepat pada netra Jaemin. Helaan napas terdengar agak kasar sebelum Jeno kembali berucap, "Membuat Jio, mungkin?"
Jaemin seketika jatuh, kakinya melemas tak mampu menopang tubuh. Ritme detak jantungnya bertambah dan kini matanya hanya menatap kosong.
Saat itu Jeno diam-diam memperhatikan Jaemin dan Lia yang sepertinya baru selesai berkencan. Jujur saja Jeno tak bisa menahan rasa sesak di dadanya melihat perlakuan manis Jaemin pada Lia. Lelaki yang menjadi cinta pertama dan satu-satunya yang membuat Jeno merasakan surga dunia kini sedang merengkuh dunianya yang lain. Jeno tidak rela.
Hari berikutnya Jeno tak sengaja melihat Lia bersama teman-temannya di aula hotel di mana sedang diadakan pesta ulang tahun yang cukup mewah. Karena merasa sakit hati yang mendalam Jeno menjadi nekat dan mendekati Lia.
"J-jeno?"
"Shut up!"
Lia takut dengan tatapan tajam Jeno sehingga ia hanya diam mengikuti langkah lelaki yang menarik lengannya ini.
Jeno membawanya pada kamar 423. Tubuhnya didorong keras hingga menabrak meja dan tersungkur kesakitan. Tetapi lelaki di hadapannya ini masih bermuka batu. Jeno yang Lia lihat malam itu bukanlah Jeno yang ia kenal maupun Jeno yang selalu Jaemin ceritakan.
"Bahagia banget ya lo sama Jaemin? He treated you like a queen, am I wrong?"
Lia hanya menggeleng dan beringsut mundur karena Jeno semakin mendekat. Sungguh lelaki itu nampak sangat menyeramkan.
"Empat tahun pacaran pasti udah pernah dicicipin ya?"
"Ngga pernah!"
"Nice. Gimana kalo first time lo sama gue aja? Biar gue tau gimana rasanya cewek yang selama ini berdampingan posisi sama gue di hatinya Nana."
Sibuk mencerna perkataan Jeno, gadis kesayangan Jaemin itu sudah kembali ditarik dan dikungkung di atas ranjang.
Semua terjadi begitu cepat hingga Lia tak memiliki kesempatan memberontak. Tidak ada kelembutan sama sekali dalam setiap pergerakan Jeno. Benar-benar seperti pemerkosaan tetapi di sini Lia hanya media pelampiasan di mana sejak tadi Jeno mendesahkan nama Jaemin.
Plak
"Argh Naa!"
Lia merasa hancur. Fisiknya dilecehkan dan hatinya sakit mengetahui fakta bahwa Jeno bukan sekedar sahabat bagi Jaemin. Matanya bahkan tak bisa menangis sebab terlalu shock akan semuanya.
Jeno membersihkan dirinya dan meninggalkan Lia dengan keadaan mengenaskan. Mata bulan wanita itu tak lagi memancarkan binar namun hanya ada kekosongan.
"Inget kata-kata gue! Jangan pernah lo ngadu hal ini ke siapa pun apalagi Jaemin. Gue ga segan melakukan yang lebih parah dari ini kalo sampai lo ngelanggar. Paham?"
Lia mengangguk kecil sambil terus meringkuk berbalutkan selimut menutupi tubuh telanjangnya. Hingga lelaki itu keluar dari kamar hotel barulah Lia menumpahkan air mata yang sejak tadi tertahan. Kotor, itulah yang Lia pikirkan tentang dirinya.
Setelah kejadian itu, Lia tak lagi pernah melihat Jeno. Tetapi ia masih tetap takut dengan ancaman yang diberikan sebelum pergi. Bahkan saat ia ketahuan hamil pun ia tak pernah bilang siapa ayah dari bayinya. Beruntungnya, Jaemin mau bertanggung jawab dan menopang Lia saat orang tuanya tak lagi sudi untuk menatap.
Sejujurnya Jeno tidak berekspetasi jika Lia akan hamil. Ia hanya melakukannya sekali dan langsung membuahkan hasil. Entah ia harus menyesal atau senang karena pada akhirnya ia punya kuasa akan putra Narasya.
Di saat yang sama, Jio tak sengaja mendorong rak buku hingga mendapati pintu rahasia. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia meraih dan memutar knop. Pintu itu terbuka dan betapa terkejutnya ia melihat Renjun yang sedang bermain game. Ah tidak, Renjun juga sama terkejutnya melihat Jio tiba-tiba masuk.
"Baba!"
Boneka anjing di dekapannya jatuh karena berlari dan menubrukkan diri pada Renjun yang membuka tangan. Untungnya memar di wajah Renjun sudah memudar meskipun punggungnya masih sakit."Baba kangen banget sama Jio."
Hampir dua minggu Renjun berada di sini menahan diri untuk tidak menemui Jio karena takut anak itu menangis melihat keadaannya.
"Baba kok di sini?"
Duh, bingung Renjun tuh kalo ditanya gini.
"Baba lagi main petak umpet. Jio pinter banget bisa nemuin baba."
"Napa ndak bilang?"
"Baba udah bilang Papa Na kok, emang Papa Na nggak bilang Jio?"
'Maaf ya Bos, bingung dan ga tau mau jawab apa soalnya :('"Papa Na jelek!"
'Sekali lagi maaf, Bos. Jadi dikatain anak sendiri.'
Jio menyamankan diri di pelukan Renjun tanpa mau melepaskan sebab takut Babanya pergi lagi. Sudah tahu bukan jika Jio sangat menyukai lelaki yang memeluknya ini?
"Baba ndak boleh pelgi lagi. Baba ndak main wimi lama kali" (with me)
"Maaf yaa, Baba nggak pergi lagi kok."
Kecupan-kecupan kecil Renjun bubuhkan di pipi Jio yang makin gembul dari sebulan lalu. Jeno benar-benar merawat Jio dengan baik pastinya. Renjun senang Jio tak akan kekurangan kasih sayang meskipun tak punya sosok ibu. Tetapi beruntungnya ada Bunda, Krystal dan Lisa yang bisa memback up hal itu.
Tapi tunggu, kenapa Jio bisa mendekati rak buku? Apa Jeno Jaemin pergi lagi?
(๑'ڡ'๑)
'tbc'
KAMU SEDANG MEMBACA
pandemi [JJ]✔
RandomIni bukan soal wabah, ini tentang penyatuan dua orientasi anak Adam yang berbeda namun dianggap sama. Nomin to Jaemjen versatile/seke