JenoJaemin⁹

1.6K 188 11
                                    

"Baba!"

"Halo Jio!" Renjun memeluk Jio dan menciumi pipi gembil balita itu. Si balita hanya terkikik geli diperlakukan demikian.

"Papamu di mana?"

"Papa bobo"

"Jio bisa tolong baba buat bangunin Papa Na?"

Jio mengangguk lalu turun dari gendongan Renjun berlari ke kamar sang papa. Jika saja tak ada Jeno, mungkin Renjun bisa langsung masuk ke kamar Jaemin dan menarik paksa bosnya. Tetapi keadaan sudah berubah, ia harus tau batasan agar tak ada kesalahpahaman.

"Kenapa?"

"Pagi, Pak Bos."

"Ga usah sok manis, ada maunya kan lo hari Minggu gini ke sini?"

"Hehe, gue mau ngajuin cuti seminggu buat balik ke Jilin dan lusa gue berangkat."

Jaemin menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dan kembali memejamkan mata, masih mengantuk.

"Bos?"

"Ada urusan apa lo di Jilin?"

"Urusan keluarga dong. Jio juga udah ada yang nemenin kan kalo gue tinggal."

"Yakin banget bakal gue izinin?"

"Pak Bos..."
Renjun merengek dengan puppy eyes lucu yang membuat Jaemin merotasikan matanya jengah. Bukan, sebenarnya Jaemin tak tahan dengan yang imut-imut apalagi Renjun terlihat berkali lipat lebih manis.

Eh!






"Phada cakit? Kok ada melah-melah?"
Jeno sontak memperbaiki lengan bajunya yang melorot sebab menggendong Jio yang baru saja selesai ia mandikan. Sejujurnya tubuh bagian bawah Jeno agak nyeri tetapi ia tetap memaksa diri untuk menggendong si kecil.

"Digigit Papa?"

"Eh?"

"Papa cuka gigit pipi Jio."

"Ehm sakit nggak pipinya digigit Papa?" Pengalihan pembicaraan.

"Cakit dicubit."

Pria 25 tahun itu telaten memakaikan minyak telon, bedak dan baju untuk Jio. Tak lupa merapihkan rambut halus milik balita tersebut.

Jio langsung turun menemui Papa dan Babanya setelah Jeno bilang ia akan mandi. Si kecil Narasya ini menghambur pelukan pada Renjun, ia menyukai cara sang Baba dalam menciumnya. Ya, karena Renjun menciumnya penuh kasih sayang dan hati-hati berbeda dengan Jaemin yang menciumnya gemas hingga kadang Jio risih sendiri.

"Jio, papa di sini loh. Kenapa malah Baba yang dipeluk?" Tanya Jaemin sambil memasang wajah sedih.

"Mamau Papa, beyom mandi."

"Jagoan sama baba aja, kan kita udah mandi yah."

"Tadi malam siapa yang nangis minta bobo sama papa sama fada?"

"Ndak dengal."

Jaemin nelangsa, anaknya lebih memilih orang lain daripada dirinya. Kadang ia berpikir apakah Renjun itu ayah kandung Jio hingga mereka semacam memiliki ikatan tak kasat mata. Tetapi pemikiran itu berubah setelah Jio juga lengket dengan Jeno. Lagi pula tidak mungkin seorang aseksual seperti Renjun sampai melakukan one night stand dengan Lia. Toh mereka tak pernah bertemu.

"Ren, gue mandi dulu."

"Iya"

Sepeninggal Jaemin, Jio lanjut bermain dengan Renjun. Tatapannya polos berbeda dengan Renjun yang memancarkan sorot mata sendu. Ada orang lain yang akan menemani Jio dan merawat Jio jika ia tak ada. Jeno, lelaki itu adalah cintanya Jaemin lebih pantas dipanggil Ayah oleh si kecil dibanding dirinya. Renjun bukan siapa-siapa ia hanya orang lain yang kebetulan bisa dekat dengan si kecil Narasya.

pandemi [JJ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang