7 tahun kemudian
Renjun membuka pintu mobil guna mempersilakan Tuan Mudanya masuk. Namun, Jio yang Renjun lihat hari ini bukanlah Jio yang biasanya. Bocah lelaki itu tampak murung bagai tertutup mendung.
"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?"
"Jangan pulang dulu, Baba."
Beberapa menit perjalanan tanpa arah, Jio memberanikan diri bertanya to the point pada Renjun. "Baba, apa hubungan Papa dan Fada itu nggak normal?"
Renjun yang ditanya demikian memperlambat laju mobil dan mengambil jalan kiri. Ia sesekali menoleh pada Jio yang masih menatapnya penasaran.
"Menurut Jio sendiri gimana?"
"Biasa aja, seperti hubungan Mama Ital dan Ayah atau Mama Lisa dan Daddy."
"Lalu masalahnya di mana, Prince? Coba cerita sama Baba apa yang bikin Jio murung begitu."
"Mereka bilang hubungan Papa dan Fada itu nggak normal karena sama-sama laki-laki. Katanya laki-laki harus sama perempuan baru bisa dibilang normal."
Renjun hanya tersenyum dan fokus pada jalanan. Ia diam beberapa saat tak langsung merespon ucapan Jio.
"Setiap manusia itu punya pilihan untuk hidup mereka sendiri, Jio, nggak perlu memikirkan apa yang orang lain bilang. Papa Na memilih untuk menjalin hubungan sama Fada meskipun mereka laki-laki. Jio lihat Papa Na saling cinta kan dengan Fada, mereka juga bahagia. Jio juga nggak kekurangan kasih sayang meskipun Papa Na dan Fada dianggap nggak normal sama orang lain."
"Kalo bisa pilih, kenapa Papa Na nggak pilih buat sama perempuan?"
"Setau baba, Papa Na nggak mau mencintai perempuan lain selain Mama Lia. Cuma Mama Lia satu-satunya perempuan yang Papa Na cinta. Biar lebih jelas, nanti Jio tanya sendiri sama Papa Na kenapa malah pilih Fada."
"Jadi, itu semua tergantung cinta ya, Baba?"
"Kurang lebihnya begitu. Karena cinta datang tiba-tiba dan nggak memandang siapa orangnya. Yang penting Jio nggak kurang kasih sayang, mau apapun pasti Papa Na sama Fada berusaha turuti. Bener nggak?"
"Iya, Baba."
"Kalo gitu sekarang kita pulang ya? Sebentar lagi pasti Fadamu sampai rumah."
Jio mengangguk semangat dengan air muka secerah mentari. Renjun ikut senang jika Tuan Mudanya kembali ceria tak menekuk muka seperti sebelumnya.
Hari ini Jeno yang menjemput putranya karena Renjun ada rapat bersama Jaemin. Senyuman manis yang terpatri di wajah tampannya seketika luntur kala mendapati seragam Jio yang lusuh dan bekas cakaran di dekat matanya. Sepertinya Jio baru saja berkelahi.
"What happen, Prince?"
"Mereka hina Fada dan Papa, Jio nggak suka."
"Mereka?"
"Dewin, Arico sama Fila."
"Kita pulang dulu, nanti cerita semua sama Fada."
Jeno membawa Jio masuk ke mobil lalu bergegas pulang. Ia harus segera membersihkan luka cakaran di pelipis putranya agar tidak infeksi. Sedikit berlebihan, tetapi memang Jeno seprotektif itu terhadap anak tunggalnya.
Sesampainya mereka di rumah, Jeno langsung membersihkan tubuh Jio perlahan. Takut menyakiti Jio lebih banyak. Bisa-bisa Jaemin marah padanya karena dianggap tidak bisa menjaga anak.
Selesai mengobati luka Jio dan menyiapkan makan, Jeno mulai menginterogasi bocah 10 tahun tersebut.
"Fila bilang Fada sama Papa itu gay dan sampah. Jadi, Jio dorong Fila sampai jatuh terus nabrak ujung meja. Terus Dewin sama Arico gantian dorong Jio sampai jatuh. Mereka juga bilang Jio nggak boleh sekolah di sana karena Papa sama Fada itu sampah menjijikan. Akhirnya Jio pukul mereka kayak yang Fada ajarin tapi Dewin malah cakar muka Jio. Jio menang kok, mereka nangis terus Bu Guru datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
pandemi [JJ]✔
RandomIni bukan soal wabah, ini tentang penyatuan dua orientasi anak Adam yang berbeda namun dianggap sama. Nomin to Jaemjen versatile/seke