02

27 6 0
                                    

"Ona! Gue juga murid baru! Baru dua minggu disini!"

Anak baru tapi sudah jadi kapten basket. Apa itu masuk akal? Ada-ada saja!

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

"Hati-hati sekolah nya, mau gue anterin nga nih?," tawar Jena lagi yang membuatku mendengus kesal. "Enggak perlu Jena! ," ucapku yang dipenuhi penekanan disetiap kata-katanya.

"Iya iya... gue pulang nih," pamitnya dari dalam mobil. Setelah mobil Jena hilang di balik pagar sekolah, aku melangkah secara perlahan masuk ke sekolah ini. Karena masih banyak anak yang berlalu lalang aku memutuskan untuk menunggu di post satpam dan mengorek informasi tentang ruangan kepsek.

"Nak, bel nya udah bunyi tuh, mau bapak antar?" Aku tersenyum sambil menggeleng, mengucapkan terimakasih lalu melenggang ke area sekolah. Karena pak satpamnya yang ramah aku jadi betah lama-lama disana, sampai tidak menyadari kalau bel sudah berbunyi. Dalam hati aku berdoa, semoga kali ini aku tidak tersesat dan tidak ada yang menggangguku.

Dan aku berhasil sampai di ruangan kepsek dengan selamat. Kuketok pintu besar itu beberapa kali sampai terdengar suara berat yang menyahut dari dalam menyuruhku untuk masuk.
"Fiona larasati?"

"Iya pak,"

"Oke, sesuai nilai kamu , saya memutuskan kalau kamu masuk ke kelas Ipa 1," bibirku secara refleks terbuka sendiri, mataku melebar dan jantung ku berdebar keras. Apa?! Apa nilaiku begitu baik hingga aku dimasukkan kekelas para pemilik otak emas?

"Bapak serius pak?," tanyaku agak ragu. Pak Dino mengangguk mantap dan mempersilahkan ku untuk keluar, atau lebih tepatnya mengusirku secara halus.

"Kelas saya ada dimana pak?"

"Lantai 2," aku mengangguk lalu mengucapkan permisi sebelum menutup pintu. Selama di perjalanan aku tak henti-hentinya menghentakkan kaki karena kesal. Dulu saja kelasku selalu bahasa, kenapa saat pindah kesini tiba-tiba jadi Ipa? Apa mama merubah rekap nilaiku? Hm...

Jika diperhatikan, sekolah ini sangat luas. Sekolah ini memiliki 4 gedung sekolah dengan masing-masing lima lantai, dua lapangan basket, satu lapangan bola kaki, satu lapangan futsall, dua kolam renang yang gedung nya terletak dibelakamg gedung sekolah, dua buah kantin, dua gedung perpustakaan , aula yang luas dan lapamgan utama yang lebih luas dari lapangan lainnya.

"Hei kamu!," aku berbalik badan. Kelasku belum ketemu tapi aku sudah bertemu dengan seorang guru BK yang membawa seorang murid laki-laki di sampingnya. Dia berjalan kearahku dengan tergesa-gesa. Sebentar, kearahku? Hei! Apa dia tadi memanggil ku? "Saya bu?."

"Iya kamu, pasti kamu bolos kan?!," tanya ibu itu sambil menunjuk wajahku dengan telunjuknya. "Maaf bu, tapi saya anak baru," ucapku berusaha membela diri. Aku tidak berbohong bukan? Tapi ibu itu tampak lebih garang saat aku berbicara tadi, "Nga usah ngeles kamu! Ikut saya!" Sarkasnya sambil ikut menjewer telingaku, aku sudah berontak dan mengatakan apa yang sebenarnya tapi Bu Kana tambah memperkencamg tarikan nya membuatku hanya pasrah.

"Hush...Hush..." Aku menoleh kearah kanan, disisi kanan Bu Kana ada laki-laki yang bersama Bu Kana tadi , dia sama sepertiku. Dijewer. Dia melihat kearahku sambil tersenyum tengil, aku hanya memutar bola mata malas lalu kembali fokus kedepan.

"Duduk!," aku duduk dengan pasrah di hadapan Bu Kana, aku lihat anak laki-laki itu dengan santainya duduk seperti menganggap ini adalah rumahnya sendiri. "Ngapain kalian bolos , ha?! Apa kalian kira membolos itu keren?"

"Sudah saya bilang , saya murid baru bu. Kalau ibu tidak percaya , ibu bisa tanyakan sendiri pada Pak Dino." Aku menekankan setiap kata-kataku sambil menatap mata Bu Kana, agar guru itu percaya dengan apa yang aku ucapkan. Bu Kana tampak gugup , dia keluar begitu saja dari ruangan meninggalkan ku berdua dengan laki-laki aneh ini.

"Murid baru ya?"

"Hm..."

"Nama lo siapa?"

Tiba-tiba Bu Kana kembali dengan raut wajah datar, "Oiya, maafkan ibu ya... Ya sudah! Cano antarkan dia kekelasnya," titah Bu Kana. Laki-laki yang di panggil 'Cano' itu tersenyum sumringah. Punggung nya langsung tegap, "Perintah dilaksanakan bu.." ucapnya lalu kami permisi keluar dari sana.

"Lo kelas berapa?," tanya nya yang kini berjalan di samping ku.

"Ipa 1"

"Wihh , anak purba ya..." ucapnya sambil menampakkan wajah sok kagum. Aku hanya diam, berusaha tidak peduli dengan tingkah konyol anak itu, jika dilihat lagi. Punggung kokoh dan badan kekar nya tidak cocok dengan sikap nya yang mirip dengan anak-anak , "Ini kelasnya."

Aku mengucapkan terimakasih padanya lalu berjalan hendak mengetuk pintu kelas itu, tapi Cano kembali memanggilku, "Bentar!"

"Apa?," sahutku malas

"Kenalin, gue Cano. Anak Ipa 6 dan kapten basket sekolah ini," ucapnya dengan nada sombong. Apa benar dia kapten basket? Rasanya anak ini hanya mengada-ngada. Aku menjabat tangannya, "Fiona." Aku pergi dari hadapannya.

"Ona! Gue juga murid baru! Baru dua minggu disini!," teriaknya. Tapi aku tidak menggubrisnya karena sudah masuk ke dalam kelas.

Anak baru tapi sudah jadi kapten basket. Apa itu masuk akal? Ada-ada saja!

***

•_mey_ca

•Regret

Sebagai pembaca yang baik , berkomentar lah dengan sopan dan jangan lupa tinggalkan jejak.

Kalo ada typo komen ya...

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang