38

6 3 0
                                    

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

"Pagi epribadeh!!! "

"Woi Nada! Suara lo kek toa masjid! " seru Furqon dari meja belakang, Nada mendelik sinis lalu menghampiri Furqon.

"Apa lo bilang ha?!, " sentak Nada hendak menjambak rambut Furqon.

"Misi-misi pemirsa , gue mau lewat. "

"Woi , yang punya bangku mau lewat noh! Badan lo ngalangin jalan. " Furqon membuat satu kelas gemas , dia selalu saja  memancing singa betina mengamuk pagi-pagi.

"Permisi bunda Nada , gue mau lewat, " ucap Fio memasang senyum mengerikannya. Nada membalikkan badannya dan langsung membawa Fio keluar kelas.

"Eh , ada apa lo pagi-pagi nih?, " tanya Fio heran. Nada mendekatkan wajah nya membuat Fio merasakan detak jantung nya semakin cepat. Atau lebih tepatnya ingin melompat saat ini.

"Gue kirain bakal ada belek lo tadi, tapi nga ada. " Lalu Nada pergi begitu saja membuat Fio melongo. Gadis itu mengusap dada nya , memang begitulah sifat Nada , suka membuat deg-degan.

Abang is calling...

"Aras..."

"Hm.. apa?, " Fio masuk kekelas nya lagi dan duduk ditempatnya. Pagi ini Furqon mengungsi di kursi sebelah Fio karena malas meladeni tingkah gila Farhan , padahal mereka satu jiwa.

"Kata papa...."

"Abang lulus? , " Fio tidak sadar kalau ucapannya didengar oleh Furqon. Laki-laki itu mengerutkan dahinya , bukannya Fio tidak memiliki abang?

"Yah kamu udah tau..."

"Yaiyalah Aras tau , bang Bara kan emang udah pinter dari kecil, " Furqon membulatkan mulutnya. Bang Bara? Aras? Sebenarnya Fio sedang berbicara dengan Bara atau sedang pura-pura menelfon?

Tak lama setelah itu telfon ditutup oleh Bara , saat Fio menoleh kesamping dia hampir saja terjungkal karena wajah Furqon yang sangat dekat dengannya.

"Heh! Gue kaget Furqon! Ngapain lo?, " sembur Fio sambil memundurkan wajah Furqon.

"Lo tadi nelfon sama siapa dah? Kepo gue "

"Sama Ba-- "

"Selamat pagi anak-anak! "

Fio menggeleng ke arah Furqon, sekarang bukan waktunya untuk mengobrol karena guru killer sudah masuk. Furqon hanya mendesah kecewa lalu ikut fokus menatap kedepan, diam-diam dia mencuri pandang ke arah Fio yang fokus.

Dia tersenyum kecil , melihat Fio dari dekat adalah sebuah keajaiban , tapi dia harus berusaha mati-matian menahan perasaan nya agar hanya tetap biasa saja dengan Fio. Dia masih sadar diri kalau dirinya bukan lah orang yang sejajar dengan Cano dan Bara yang memiliki tingkat ketampanan tinggi , Furqon hanyalah laki-laki biasa dengan paras pas-pasan.

Hal itu yang terkadang selalu membuat nya harus memendam rasa ini kepada Fio dan berakhir dengan hanya bisa memperhatikan gadis yang ditaksir nya diam-diam dari jauh.

"Woi , Furqon... Furqon! "

"Eh iya kenapa?, " Furqon merutuki dirinya yang kelepasan memandang Fio begitu lama.

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang