16

7 4 0
                                    

Terkadang hal baru memang sulit untuk diterima...
Tapi, dia bisa mewarnai hidup kita dengan caranya sendiri....
Walau tidak selalu berakhir bahagia...

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

Di kamar rawat inap Fio , Cano dengan agak gemetar melangkah masuk dan duduk disamping ranjang Fio. Ia memandangi wajah Fio yang tampak tenang dan mata tertutup , pemandangan ini lebih baik daripada hari sebelum nya.

"Bangun! Gue tau lo nga tidur..., " ucap Cano dengan datar. Dia duduk dengan tangan terlipat di dada, Fio membuka sebelah mata nya. Mendengus pelan. Fio menduduk kan dirinya sambil menyandar kebelakang , "Kok lo tau?, " tanya Fio tidak terima.

"Mata lo gerak-gerak , " jawab nya santai sambil memberi tatapan merendahkan kepada Fio.

Fio hanya mencibir lalu mengalihkan pandangannya , rasanya dia sudah bosan dengan pemandangan ruangan putih ini. Cano tertawa kecil membuat dahi Fio mengernyit , tapi dia tidak mengalihkan pandangannya. "Kesambet dedemit ruang mayat lo?," tanya nya malas masih enggan menatap Cano.

Cano menggeleng , setelah tawanya reda Cano mulai memasang wajah serius walau masih tampak konyol , "gue kangen...."

Fio terdiam , dia tidak bisa bereaksi apa-apa. "Gue kangen suara lo , wajah jutek lo , sikap sok cuek lo padahal mah... mau, " Fio yang awal nya senang  tiba-tiba langsung menimpuk kepala Cano dengan tangannya.

Ia melotot garang , sedangkan yang dipelototi hanya menampakkan wajah santainya. Fio melempar bantal nya , dengan cepat Cano menangkap nya lalu menjulurkan lidah. Mengejek.

Fio memijat pelipis nya yang terasa berdenyut , niatnya tadi ingin beristirahat tapi diganggu oleh makhluk astral kurang kerjaan seperti Cano. Tanpa sengaja , Fio menyurai rambutnya kebelakang dan saat menarik tangannya matanya terbelalak.

"Hah! kok rambut gue rontok? " tanya Fio melirik Cano dengan tatapan meminta penjelasan.

"Kan pas sakit lo jambak rambut sendiri , pake teriak-teriak segala...." ucap Cano menampakkan wajah kesalnya. Dia masih ingat dihari ia diusir oleh Fio membuatnya dimarahi oleh dokter Dava itu. 

"Lo.... liat gue kayak gitu?, " tanya Fio ragu-ragu.

"Hm.... lo kayak orang gila , " ucap nya santai. Fio melotot dengan wajah memerah , apa-apaan anak ini? Dengan rasa kesal yang menggebu-gebu  , Fio melempar semua benda yang ada didekatnya. Sedangkan Cano , sudah berlari ke sudut , ke bawah kasur , dibelakang sofa, bahkan sampai dibelakang pot bunga. Ia tertawa lebar melijat wajah kesal Fio , setidak nya gadis itu tidak tertekan lagi.

Cciiittt....

Pintu ruangan Fio terbuka pelan, di belakang pintu berdiri seorang gadis dengan senyum cerahnya, tapi perlahan senyum nya pudar saat melihat keadaan kamar yang berantakan. Di belakang gadis itu juga berdiri seorang pria berjas putih , ikut terperangah melihat kamar Fio.

"Cano!!! , " teriak Lala sambil menjewer telinga Cano , menariknya keluar dari belakang pot bunga. Cano menyengir lalu menampakkan cengirannya sambil mengusap telinga nya yang terasa berdenyut.

"Lo apain Fio?, " tanya Lala dengan nada galak.

"Ngajak main, " jawab Cano dengan wajah tanpa berdosanya , dan malah merangkul pundak Fio sambil mengedipkan matanya.

"Heh! Jangan ngadi-ngadi deh lo! Helas Fio udah marah gitu!, " balas Lala dengan melototkan matanya.

"Gue cuma mau--" Cano menjeda perkataannya saat gawai yang ada disaku jaket nya bergetar. Cano menjauh dari mereka bertiga , tidak lebih dari 2 menit Cano membalikkan badannya.  Mimik wajahnya berubah drastis. Fio mengerutkan dahinya ketika Cano berjalan kearahnya dengan sorot mata sayu.

Entah angin dari mana tiba-tiba Cano memeluk tubuh Fio membuat mereka bertiga terkejut. Fio yang tak kalah terkejut hanya diam , laki-laki itu terdengar menghembuskan nafasnya yang terasa berat berulang kali diceruk leher nya. "Cepet pulang , gue kangen, " suaranya begitu pelan sampai Lala dan Dava pun tidak mendengar nya.

Fio hanya diam , dia tidak mengerti apa yang terjadi barusan pada laki-laki ini. Cano mengurai pelukannya lalu tersenyum cerah , ia menatap Lala dan Dava bergantian lalu pamit karena ada urusan mendadak.

Setelah lenyapnya Cano dari ruangan Fio, kamar nya senyap. Mereka bertiga sedang menerka-nerka apa yang sedang terjadi hingga membuat laki-laki itu berubah drastis.

***

Kalo ada typo komen ya...

Sebagai pembaca yang baik berkomentarlah dengan sopan , dan jangan lupa vote:D

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang