06

17 7 1
                                    

"Gue gantengkan..?"

"Ganteng iya...."

"Ganteng kayak Ibal beruk!"

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

"Apa Jen? Berisik bener lo pagi-pagi..!" Teriak Fio kesal dari dalam kamarnya, sejak tadi Jena tidak henti-hentinya berteriak menyuruhnya untuk bangun padahal Fio sudah bangun sejak tadi bahkan dia sudah selesai memakai seragam.

Fio melirik jam tangannya lalu membelalakkan mata saat melihat jam yang tertera disana. Dia sudah hampir mau terlambat, tapi kenapa bisa? Padahal Fio sudah bangun lebih dulu daripada toa Jena. Dengan tergesa-gesa gadis itu berlari keluar setelah mengunci pintu kamarnya , memeriksa apakah isi tasnya sudah benar, apakah ada barang yang tertinggal.

Karena terlalu fokus dengan isi tasnya Fio lupa untuk melihat kedepan padahal dia sedang berjalan di tangga, saat kaki nya lupa untuk menginjakkan tangga yang ada dibawahnya alhasil gadis itu melompati dua tangga membuat badannya limbung dan terancam akan jatuh. Fio memejamkan matanya, tidak kuat menerima kenyataan kalau dia akan terguling kebawah dan mungkin akan berakhir dari dunia ini.

Hap!!!

"Kalo turun tangga itu hati-hati bego!!," Fio mengeratkan pegangannya pada orang itu. Dia tidak peduli siapa yang sudah menolongnya, tapi dari suaranya dia sudah bisa menebak kalau orang itu adalah cowo. Hei! Sejak kapan dirumah nya pagi-pagi sudah ada cowo?

"Elo!," sentak Fio saat sudah berhasil berdiri dan melihat laki-laki tengil itu yang telah menolongnya, "Udah ditolongin bukannya say 'Thanks Cano' atau apa kek?"

"Huh!!,," dengus Fio sebal lalu segera turun kebawah. Mengabaikan Cano yang kembali mengoceh panjang karena ditinggalkan. Sesampainya dibawah, dia hanya menemukan meja makan yang kosong dan bibi yang sedang menyiram tanaman dibelakang. Di atas meja ada sebuah kertas berwarna merah yang menarik perhatian Fio, dia mengambil nya lalu membaca kertas itu walau tidak tau siapa yang punya.

Dear Fio,

Maafin mama nga pamit ya sayang, kami ada urusan penting keluar negri. Mama ajak Jena karena kamu harus sekolah, kalo mama ajak kamu , pasti kamu capekkan pindah terus?

Kemarin kamu ketiduran di gazebo , trus Cano yang angkat kamu ke kamar. Mama titipin kamu ke Cano dan dia yang bakal nge check kamu tiap pagi. Uang jajan dan kebutuhan lain udah mama tabung di rekening kamu, kalau mau ambil aja.

Mama,

Fio meremas kertas itu lalu membuang nya asal, tidak mau berlama-lama lagi dia langsung lari keluar untuk pergi sekolah. Di luar sudah ada Cano yang duduk santai diatas motornya, tidak peduli dengan hal itu. Fio berlalu begitu saja didepan Cano, gadis itu berdiri di tepi jalan sambil terus mengechek hpnya.

"Woi, buruan naik! Lo nga mau telat kan?," ucap Cano menepuk pundak Fio. Gadis itu mendelik lalu menghempaskan kasar tangan Cano, membuat laki-laki itu terkejut.

"Lo kenapa si? Cepetan naik, kita udah telat 5 menit gara-gara lo nih!"

"Siapa suruh nungguin gue? Pergi aja lo sendiri sana!," usir Fio sambil terus memandangi layar hp nya.

Cano mengepalkan tangannya lalu memakai helm dan melajukan motornya , berhenti di depan Fio untuk tetap menjalankan amanat mama Fio yang menyuruhnya untuk selalu menjaga Fio,"Buruan naik! Lo mau dihukum gara-gara telat sejam?"

"Gue udah bilang sama lo buat jangan sok akrab sama gue. Dan sekarang, trima akibatnya! Gue nga mau bareng lo, pergi aja sana...."

"Serah lo," pasrah Cano dan mulai menggas motornya. Benar-benar meninggalkan Fio. Gadis itu menghela nafas berat, percuma saja menunggu Go-jek nya datang kalau dia saja sudah terlambat. Perlahan kaki nya mulai melangkah menjauhi rumah, Fio hanya menunduk tidak memperhatikan jalan.

Pikirannya melayang memikirkan isi surat mamanya tadi, apa begitu pentingkah sebuah pekerjaan dibandingkan dirinya? Apa begitu sulit membangunkan dia untuk sekedar berpamitan? Dan.... APa mama menganggap nya sebuah barang yang bisa saja Dititipkan ke orang lain begitu saja?

Memikirkan hal itu membuat air mata Fio jatuh tanpa di perintah, dia berjalan sambil berurai air mata , tidak peduli kemana dia melangkah yang penting bisa membuatnya tenang untuk beberapa saat. Fio berjalan tanpa arah, tidak penting apa saja yang sudah dia lalui , tidak penting dengan semua tatapan aneh orang-orang yang dia lalui. Hingga akhirnya Fio berhenti saat merasakan angin kencang menerpa wajahnya.

Gadis itu menoleh dan tidak sadar kalau dirinya sudah sampai disebuah danau. Danau itu sepi, mungkin karena sedang jam sibuk jadi tidak ada yang mengunjunginya, Fio tersenyum kecil dan melangkah kearea dalam, dia duduk disalah satu batu besar yang dari atasnya bisa melihat danau dengan leluasa.

Deburan ombak begitu nyaring, angin kencang menerbangkan rambutnya, Fio menutup matanya menikmati angin yang terus berembus ke arahnya, dia hanya ingin merilekskan pikiran yang terasa begitu berat.

"Ngapain lo disini?," Fio tersentak, dia membuka mata dan melirik kebelakang. Ternyata ada Cano yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.

"Lho, bukannya lo sekolah?,"

"Emang lo pikir gue beneran sekolah dan ninggalin lo gitu aja?"

Fio hanya menampakkan wajah tidak tertarik lalu kembali menghadap kedepan. Cano ikut duduk disamping nya dan melakukan hal yang sama dengan Fio, rambut berantakan milik Cano tambah berantakan karena terpaan angin.

"Gue tadi ngikutin lo dari belakang, gue liat lo nunduk aja terus, gue kira lo bakal jatuh di tengah jalan eh malah nyampe ke sini..." Fio membuka matanya sebentar untuk melirik Cano yang masih memejamkan matanya, "nga nanya!"

"Gue juga nga lagi jawab pertanyaan lo..." Diam. Keduanya sama-sama terdiam menikmati keheningan yang terasa begitu damai.

"Gue tau apa yang lo rasain , sakit hati kan?"

"Nga usah sok tau jadi kadal..." Cano terkekeh sambil menyugar rambutnya kebelakang.

"Gue nga sok tau , tapi gue emang tau..." Fio tidak menanggapi perkataan Cano. Dia tidak sadar kalau sudah menatap laki-laki itu begitu lama sampai saat mata mereka beradu pandang barulah Fio mengalihkan pandangannya.

"Napa lo liatin gue terus? Iya gue tau gue ganteng..."

"Pede tingkat dewa..." balas Fio malas.

"Gue emang ganteng kan?" Tanya Cano sambil mendekatkan wajahnya ke arah Fio membuat gadis itu memundurkan wajahnya. Dia menampakkan wajah jengkel," ganteng iya...." Cano tersenyum bangga mendengar balasan Fio.

"Ganteng kaya Ibal beruk tepatnya..." Ucap Fio sambil tertawa pelan. Cano menarik sudut bibirnya sedikit lalu berpura-pura dongkol dengan ucapan Fio. Dalam hati dia sangat bersyukur karena bisa membuat tawa pertama gadis itu keluar hari ini.

"Eh, lo mau kemana?,"

"Mau lari dari beruk!"

"Kurang garam lo Fio!," teriak Cano kesal. Fio hanya tertawa dan terus berlari menjauh dari Cano, ah hanya dengan itu saja dia bisa melupakan masalahnya sejenak.

Terima kasih, laki-laki aneh, kurang kerjaan dan tengil-batin Fio

***

Sebagai pembaca yang baik , berkomentar lah dengan sopan dan jangan lupa tinggalkan jejak.

Apa kesan dan pesan buat Fio dan Cano? :D

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang