22

7 4 0
                                    

Lala bilang Cano itu respect pada cewe, "Apa nya yang respect , main peluk anak orang aja! Huh."

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

Rumah besar tiga lantai itu kembali sepi , tadi Yuno ditelfon seseorang membuatnya harus pergi , sebenarnya Fio tidak rela. Padahal mereka baru bertemu beberapa menit dan papa harus pergi lagi , tapi dia tidak bisa mencegah karena papa itu mencari uang untuk nya.

Setelah kejadian di meja makan tadi , Fika dan Jena juga kembali ke kamar mereka. Tidak ada yang keluar , bahkan Fio juga tidak ingin keluar. Rasa nya terlalu mengerikan.

Ting!

Lala:

Heh tong! Lo kemana aja?
Sekolah!

Senyum Fio mengembang , pasti Lala sedang mengendap-endap mengechat nya. Karena sepengetahuan Fio , saat ini Lala tengah belajar dengan pak Hasnul. Guru itu terdengar pemarah , dia tidak suka diduakan, diduakan maksud nya adalah dia tidak mau anak murid nya melakukan kegiatan lain selain memperhatikan nya. Dasar bapak jomblo. Ups...

Lagi dirumah

Buruan kesini! Cano nyari elo

Fio menegakkan badannya , apa? Untuk apa anak itu mencari nya?  Rasanya Fio belum siap bertemu dengan anak tengil itu.

Males!

Mereka berantem! Bara sama Cano.
Dan lo tau sebab nya apa?

Nga.

Fio berjalan mondar-mandir dikamarnya , Lala tak kunjung membalas pesan nya. Apa Lala tertangkap pak Hasnul? Tapi tidak mungkin , Lala itu sudah profesional dalam hal ini.

Gara-gara elo! Bara langsung
nonjok Cano karna dia udah bikin
lo nangis!

Deg! Fio mematung di kamarnya , karena dirinya? Tapi kenapa?

Lo berhutang penjelasan lanjut
sama gue! Bye😒

Z. Umar Lucano:

Gue didepan rumah lo!

.
.
.

"Sshh.. ahk! Pelan-pelan. "

"Ini juga udah pelan-pelan , makanya lo diem!. "

"Jangan galak-galak elah , ntar nga sembuh. "

"Bacot lo!, " Fio mengemasi kotak P3K yang dia bawa dari rumah. Di samping nya ada Cano yang penuh dengan luka lebam , baju seragam nya kotor , banyak debu dan ada bercak darah. Kedua nya diam memandang hamparan rumput luas yang ada di belakang komplek rumah Fio.

"Maaf...., " Fio menoleh , mengerutkan dahi nya. Heran.

"Maaf , gue biang semua nya..., "

"Maa--mm, " Fio membekap mulut Cano , laki-laki itu menatap Fio tanpa berkedip padahal Fio sudah mempelototinya.

"Diem! Gue nga minta lo ngomong! , " ucap Fio ketus sambil menarik tangannya kembali. Cano perlahan mengangkat sudut bibir nya yang terluka , menurutnya Fio tambah cantik saat marah. Marah saja cantik , apalagi saat tersenyum. Ah , Cano belum pernah melihat gadis itu tersenyum  pada nya.

"Kenapa? Ngapain lo berantem? Udah nga sayang hidup? Nga inget mak bapak lo? Atau cuma mau dicap keren?...., " Fio menjeda perkataannya lalu menatap manik Cano tajam.

"Jangan di sekolah! Di jalanan aja sana biar tambah rame! , " Ucap Fio datar. Tapi jantung nya berdetak lebih kencang , ia merutuki mulut nya yang tidak bisa diam. Entah bagaimana reaksi Cano atas ucapannya tadi , yang penting Fio tidak mau menoleh lagi saat ini.

Apa Cano marah? Uh! Apa Fio harus menoleh? Baru saja Fio hendak menoleh , tiba-tiba Cano merebahkan badannya di paha Fio sambil memeluk pinggang kecil nya. Hampir saja Fio refleks memukul kepala laki-laki tengil ini kalau dia tidak melihat benjolan merah itu.

"Iya mama , papa minta maaf, " ucap Cano membuat Fio mendengus sebal. Mulut Cano yang terlalu dekat dengan perut nya membuat Fio merasakan sensasi geli apalagi saat nafas anak itu berbenturan dengan perut nya. Ah! Apa boleh membunuh anak menjengkelkan seperti dia?

"Nak , kamu tahu? Mama kamu galak , tapi papa tetap suka , " Fio terdiam mendengar ucapan Cano. Suka? Dia baru saja ingat kalau dua hari yang lalu Cano telah mengungkap kan perasaan nya pada Fio.

"Apa nak? Oh , pasti! Mama kamu cantik , papa juga ganteng." Fio mengatupkan bibir nya , tiba-tiba jantung nya berdetak tidak normal , semoga Cano tidak mendengarnya.

"Tuh dengar , jantung mama detak nya keras banget, " Fio berteriak tertahan dalam hati nya. Oh tuhan , kenapa anak ini mudah sekali membuatnya tidak karuan , Fio mendorong-dorong kepala Cano agar menyingkir dari perutnya. Tapi laki-laki tengil itu malah mempererat lingkaran tangannya membuat Fio ingin menebas kepala anak ini.

"Ih... minggir , geli tau, " Cano diam.

"Awas... awas nga?"

"Gue dorong nih , Cano!! " rengek Fio membuat Cano terkekeh. Baru kali ini dia mendengar Fio merengek , ternyata anak ini mempunyai sisi manja juga.

"Diem dulu kek! Gue mau tidur, " Fio ber-puh! dalam hati.

"Gue dorong juga lo lama-lama. "

"Dorong aja , nanti lo juga ikutan jatuh," jawab Cano enteng. Fio hanya cuek dengan peringat Cano , dia mendorong badan Cano dengan keras , tapi laki-laki itu dengan cepat menarik pinggang Fio membuat mereka berdua terjatuh.

Brruuk!!

Fio jatuh menindih Cano , tangannya sedikit menghempas dada Cano membuat laki-laki itu terbatuk. Tapi ia tersenyum saat melihat wajah Fio sedekat ini,  wajah nya takut , mata terpejam , dan bibir mengatup rapat. Sungguh lucu.

"Bandel sih dibilangin, jatuhkan, " bisik Cano lembut ditelinga nya sambil menjawil hidung Fio gemas.

"Lo nyebelin! " gumam Fio belum berani membuka matanya.

"Buka dulu dong matanya. "

"NGA!, " jawab Fio cepat.

Cano terkekeh pelan , ia memeluk tubuh Fio lebih erat , rasanya tidak ada kebahagiaan , pemberi ketenangan , dan kenyamanan bagi nya selain memeluk tubuh kecil pujaan hatinya.

"Ish... nyebelin! Nyebelin! Gue nga mau maafin lo! ," Cano semakin terbahak mendengar omelan Fio.

Lala bilang Cano itu respect pada cewe , "apa nya yang respect. Main peluk anak orang aja! Huh, " Fio mendengus sebal. Dia sangat kesal dengan laki-laki tengil kurang kerjaan ini.

Tak jauh dari tempat mereka , tepat nya di belakang pohon yang ada di ujung taman. Tangannya mengepal , matanya memberikan sorot kebencian , rambut panjang nya beterbangan oleh angin.

"Fio sialan! " desis nya.

***

Ukh! Cano bikin anak orang deg-degan bae😤

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang