36

7 3 0
                                    

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»


Sudah terhitung seminggu lebih Fio tinggal dikediaman Yuno, sudah seminggu lebih pula dia hidup menjadi pribadi Aras. Awal nya sulit bagi Fio mempercayai apa yang diceritakan oleh Yuno pada nya , tapi saat melihat semua kemiripan dan semua bukti yang ada , Fio tidak bisa mengelak kalau benar. Dia adalah Aras.

Susah sekali untuk diri nya berubah panggilan Fio menjadi Aras , tapi seiring berjalan nya waktu Fio terbiasa, dan itu murni dari dirinya tanpa adanya paksaan dari Yuno maupun Bara.

Fio memang belum mengingat dengan jelas bagaimana masa lalu nya , terkadang saat dia melamun tiba-tiba kepala nya terasa sakit dengan ada nya kepingan kecil memori yang datang. Yuno yang pernah melihat Fio kesakitan dengan sigap membawa putri nya itu kedokter dan diberi obat pereda ketika sakit itu kembali menyerang.

"Mau abang temenin atau gimana?, " hari minggu di kediaman Yuno sangat lah tenang. Mereka bertiga duduk santai di taman belakang rumah hasil dekorasi Fio, dan hari ini Fio berbicara ingin mengunjungi Lala kerumah sakit.

"Nga usah deh , Aras bisa sendiri, " ucap Fio sambil menatap kebawah. Dimana kaki nya tanpa alas kaki bergerak di antara rumput teki itu.

"Kamu beneran nga mau ditemenin sayang?, " kali ini Yuno ikut berbicara. Dia khawatir putri nya ini akan kenapa-napa saat dijalan.

"Iya pa , Aras itu udah gede. Bukan Aras kecil lagi , kalian nga perlu segitu nya, " ucap Fio menampakkan wajah songong nya. Bara dan Yuno tertawa , mau berapapun usia Fio , dia tetaplah Aras kecil bagi mereka berdua.

"Atau abang anterin sampe rumah sakit aja deh , nanti pulang abang jemput lagi. " Bara bangkit dari duduk nya.

"Tapi bang--"

"Nga ada bantahan, " seharus nya Bara lah yang berbicara seperti itu , tapi sudah didahului oleh Yuno. Laki-laki itu mengangguk membuat Fio tidak memiliki pilihan lain selain menuruti nya. Setidak nya dia aman selama perjalanan , dia takut akan bertemu Risa seperti seminggu yang lalu.

"Yaudah , cepet siap-siap. "

Bara dan Fio masuk kerumah , meninggalkan Yuno dengan segala keterdiaman nya. Dia senang melihat anak-anak nya sudah kembali , tapi dia cemas. Cemas karena masalah nya juga belum selesai dan itu akan mengancam nyawa kedua anak nya.

"Kita pergi ya pa, " pamit Fio sambil mencium punggung tangan papanya. Yuno mengangguk dan memeluk anak nya sebelum pergi. Dia melambaikan tangannya saat motor Bara sudah hilang dibalik gerbang.
.
.
.

"Bara Kean Aldebaran..."

"Fiona larasati..., " wanita yang terbaring di brangkar itu menangis haru menatap dua jagoannya yang ada digendongan suami nya.

Para sahabat yang ada disana juga menampakkan raut bahagia sekaligus haru, mengingat betapa keras nya perjuangan Salsa. Tadi saat bayi laki-laki yang tak lain adalah Bara keluar , Salsa dinyatakan koma. Semua orang panik dan khawatir , bagaimana kah nasib si kecil kalau ibu nya pergi begitu saja.

Tapi, dua jam setelah dinyatakan koma, Salsa kembali sadar dengan merintih kesakitan. Dengan kehendak yang maha kuasa , mereka semua menahan tangis saat mendengar suara tangisan bayi perempuan. Ini kelahiran yang bisa dibilang langka , bayi kembar tak seiras yang berbeda dua jam.

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang