20

7 4 0
                                    

"Udah puas foya-foya nya? Udah puas senang-senang nya? Pulang buat ngapain? Palingan cari modal buat foya-foya lagi , tapi pakai alibi kangen anak. Hahaha , Bullshit!, "

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

Pagi-pagi buta tidur nyenyak Fio terganggu karena ada yang mengguncang badannya , setelah mengumpulkan kesadarannya Fio terduduk dengan penampilan berantakan. Dia berulang kali mengusap matanya dan menguap , Bibi-- sang pelaku segera menyuruh Fio untuk bersih-bersih.

"Ngapain si bi? Masih pagi banget lo. Dingin.... ," ucap Fio menarik selimut nya kembali. Bibi segera meraih tangan Fio dan menyeretnya begitu saja sampai kamar mandi , Fio yang sudah terlanjur bangun dan merasakan dingin nya lantai hanya mendengus sebal dan menyumpahi bibi. "Napa si bibi pagi-pagi udah aneh? Ck!"

Saat Fio keluar , dia dikagetkan dengan bibi yang sudah berdiri didepan kamar mandi memegang sebuah sweater warna hitam dengan gambar beruang dan rok selutut berwarna senada. "Pakai ini ya non, " ucap bibi menyodorkan baju itu. Fio tidak ambil pusing , dia kembali masuk dan memakai baju itu. Eh , tunggu sebentar.

"Bi!! Kok Fio dikasih baju ini sih? Kan hari ini Fio sekolah! " teriak Fio yang sudah memakai baju segera keluar darisana. Ia melihat bibi yang masih tenang didepan meja rias nya , hal itu semakin membuat pertanyaan didalam benak Fio bertambah.

"Hari ini non Fio nga usah sekolah dulu... ada sesuatu buat non Fio hari ini, " Fio mengerutkan dahinya. Sesuatu? Tapi dalam rangka apa? Padahal kan jadwal ulang tahun nya masih lama. Lagi-lagi Fio mendengus sebal , dia itu sudah terlalu banyak ketinggalan pelajaran dan jangan lupakan kalau Fio sekarang berada dikelas Ipa 1. Bisa dapat urutan terakhir dia kalau malas belajar. Kan malu....

Bibi menyisir rambut panjang sepunggung Fio dengan lembut , sedangkan Fio memakai bedak bayi tipis dan pelembab bibir. Kata bibi 'Sesuatu' itu ada dirumah , jadi untuk apa dia terlalu berlebihan. Setelah selesai berdandan Fio memandangi dirinya dicermin , sudah lama sekali Fio tidak berdandan seperti tadi. Walau hanya memoles wajah nya sedikit.

"Langsung turun aja buat sarapan non , " Bibi sudah turun kebawah terlebih dahulu , Fio merasakan detak jantung nya sedikit cepat hari ini. Apa yang dimaksud bibi? Mencoba untuk tenang , Fio ikut menyusul bibi dan terkejut saat melihat ada dua orang tidak asing sudah duduk dimeja makan.

Mendengar suara kecipak sendal , Jena berdiri dan tersenyum saat melihat wajah adiknya yang terdiam didekat tangga. Fika-- mama Fio ikut berdiri dan tersenyum melihat putri bungsunya , sudah lama mereka tidak bertemu ternyata anak nya banyak berubah.

"Hai sayang... sini!, " ucap Fika sambil menunjuk kursi disamping Jena. Kakaknya itu mengangguk dan langsung menarik tangan Fio, tapi Fio menahan badannya kuat-kuat membuat Jena tidak berhasil membawanya. "Kenapa?, " tanya Jena melihat wajah takut Fio.

Rasa nyeri itu kembali datang , membuat kepala Fio ingin pecah kalau saja dia tidak menahannya. Fika ikut nenyusul Fio dan hendak memeluk putri bungsunya , tapi dengan cepat Fio berlari dan bersembunyi dibelakang Jena membuat hati Fika hancur mendapat penolakan itu.

Jena yang paham situasi menguatkan mama nya dan tetap memaksa Fio agar mau bergabung dengan mereka , kenapa adik nya tiba-tiba menjadi pendiam?

Jena dengan telaten mengambil menu kesukaan Fio sehingga piring gadis itu terisi hampir penuh, "ayo dimakan." Melihat Fio yang hanya diam membuat Jena gemas dan menyendokkan segumpal sayur kemulut adik nya itu.

"Nah , gitu dong." Fio mendengus kesal , dia mengunyah ogah-ogahan sayur itu dan tidak mau menatap mereka berdua.

"Kemarin malam saat kami sampai ternyata kamu tertidur disofa dan tidak mengunci pintu , kami kira kamu tau kami akan datang ternyata tidak, " suara mama yang selama ini Fio rindukan terdengar begitu memuakkan di indra pendengarannya. Fio kemarin memang sengaja tidak mengunci pintu karena dia punya firasat kalau akan ada yang datang  , ternyata itu mama nya.

"Ngapain pulang?, " pertanyaan Fio berhasil membuat Jena dan Fika terdiam. Sedangkan Fio hanya cuek dengan hal itu dan terus melanjutkan acara makannya.

"Kami kangen sama kamu , sayang..., " Fio hampir saja memuntahkan makanannnya saat mendengar perkataan menjijikkan mamanya. Di telinga nya itu terdengar sekumpulan omong kosong.

"Masih inget sama anak?, " Jena menyikut perut Fio yang dibalas delikan sebal oleh Fio. Biarkan saja dia dicap sebagai anak durhaka , karena nyatanya mereka lah yang membuatnya seperti ini.

"Maksud kamu?."

"Udah puas foya-foya nya? Udah puas senang-senang nya? Ngapain pulang? Palingan cari modal buat foya-foya lagi, tapi pakai alibi kangen anak. Hahaha, Bullshit!, " Fio tertawa sumbang , wajahnya tampak menyeramkan , tatapan matanya horror menatap Fika yang ada dihadapannya.

Ucapan Fio berhasil memancing amarah yang sedari tadi ia pendam , apa anak ini memang berniat membuatnya marah? Fika berdiri dari duduknya, "Fio!!!"

Ruangan itu lengang.

"Mana sopan santun kamu ha?!! Ingat kamu lagi bicara sama siapa?!, " tangan Fika terangkat keatas , Jena yang dari tadi diam ikut berdiri , takut terjadi yang tidak diinginkan. Sedangkan Fio sudah pasrah dengan takdirnya.

"Jangan sakiti anak saya!.., " suara berat itu membuat mereka bertiga menoleh. Seorang laki-laki tampan berjalan dengan berwibawa kearah mereka lengkap dengan style jasnya. Fika mematung ditempat , tangannya tanpa sadar sudah meremas ujung meja begitu kuat.

Perlahan Fio ikut menoleh dan terkejut sekaligus senang. Dia berdiri lalu melompat kegirangan kepelukan orang itu , "papa! " ucap Fio sambil memeluk orang yang dia panggil 'Papa' itu dengan erat. Yuno-- terkekeh kecil sambil mengusap surai hitam Fio, "iya sayang, kamu kangen papa?," tanya nya sambil mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi anaknya.

"Eum... pa-pa" ucap  Fio agak tercekat. Matanya berkaca-kaca melihat orang yang selama ini dia rindukan.  Melihat Yuno yang begitu erat memeluk Fio membuat hati Jena bagai diremas , "siapa orang itu ma?. "

Baik Fika maupun Fio terkejut dengan pertanyaan Jena , Fika terkejut karena Jena yang sudah membuat pertahanannya hancur sedangkan Fio terkejut karena Jena tidak mengenali papa mereka?

Fika mencengkram tangan anak nya kuat , ia tertunduk sambil tergugu. Sebentar lagi , sebentar lagi semuanya akan terkuak.

***

Kok jena nga tau ya? Hayoo kenapa?

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang