05

15 6 0
                                    

"Kenapa lo mukul gue?"

"Takut,"

«ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ»

"Ck! Lo diam dong."

"Ini udah diam babi, mau diam gimana lagi? Patung?," ucap Fio kesal. Jena tampaknya juga kesal tapi dia lebih memilih diam dan terus melakukan aksinya. Mendandani Fio, atau lebih tepatnya dia merubah Fio menjadi mirip badut psikopat. Sudah sangat lama Fio di kamar Jena, ia mulai risih karena Jena tak kunjung siap, setengah jam  selanjutnya Fio baru dibolehkan keluar dengan rambut berantakan dan wajah yang sangat buruk.

"Fio, turun kebawah!,"

"Ck! Bentar , Fio mandi dulu!"

"Cepetan!," dengan tergopoh-gopoh gadis itu berlari kekamarnya yang ada di lantai tiga. Disana hanya ada kamarnya, lantai dua khusus Jena dan lantai dasar untuk mamanya. Jadi tidak ada yang boleh menginjakkan kakinya dilantai tiga kecuali seizin Fio.

Setibanya diatas, Fio melihat sebuah perawakan tinggi sedang duduk diruang santai dilantai tiga, orang itu membelakangi nya membuat Fio susah untuk mengenalinya. Dengan hati-hati Fio mendekat lalu memegang pundak orang itu, "Heh! Ngapain lo?"

"Huwaaa!!! Genderuwo!!" Teriak orang itu yang terjungkal ke lantai sambil menutup wajahnya. Fio yang aslinya penakut langsung berlari kekamarnya dan mengunci kamar agar genderuwo yang dibilang sama orang tadi tidak mengganggunya. "Sejak kapan rumah gue ada genderuwo nya? Jangan-jangan Jena nih yang ngundang genderuwo."

Tiba-tiba pintu kamar Fio diketuk dengan agak keras, gadis itu kaget beberapa saat dan refleks menjauh dari sana," gue harus usir tuh genderuwo, pake apa ya?"

Fio tersenyum licik saat melihat sapu yang ada dipojok kamarnya, memegang tangkai sapu itu erat-erat lalu dia mulai merapalkan doa untuk keselamatannya. "Tuhan jagain Fio ya, Fio cuma mau ngusir genderuwo itu aja ko..."

Ceklek

"Lo-,"

"Hiyaa!!!!,"

Bugh....

   Pak!!!

Bugh!!

Suara pukulan dari tongkat sapu Fio mengundang suara gaduh yang membuat Jena tergesa-gesa melihat keadaan adiknya itu. "Fio!!!,"

*Mampus, salah dugaan...* batin Fio sambil menurunkan tongkat sapunya dan menyimpannya dibalik punggung.

"Lo apa-apaan si? Mau bunuh orang?!," tanya Jena dengan wajah garangnya. Fio hanya tertunduk malu sambil merutuki kebodohannya. Jadi yang dia kira genderuwo tadi adalah Cano , ya Cano. Laki-laki tengil , kurang kerjaan itu tiba-tiba ada rumahnya. Sungguh ajaib bukan?

"Salah dia dong, main nyelonong bae kesini," Fio berhenti sejenak lalu menjentikkan jarinya. "Lo tau dari mana rumah gue? Kok lo bisa ada disini? Ohhh atau jangan-jangan lo ngikutin gue sampe pulang ya??,"

"Ngaku lo!!!," Fio melemparkan berbagai tuduhan untuk Cano sedangkan Jena yang sudah muak melihatnya langsung melerai perkelahian unfaedah dari adiknya.

"Dia itu anak temennya mama!," bentak Jena yang langsung membuat Fio diam. Oh jadi itu alasan kenapa mama nya sangat repot tadi sore.

"Oh! Yaudah keluar sana!," Fio berusaha memgusir Cano secara terang-terangan. Dia tidak peduli entah itu sopan atau bagaimana yang penting dia hanya ingin Cano hilang dari hadapannya. "Makanya cepetan kebawah!"

"Hm..."

Jena dengan agak canggung meminta maaf atas kelakuan Fio tadi, lalu mereka sama-sama turun kebawah dan membiarkan Fio membersihkan dirinya terlebih dahulu. Tak butuh waktu lama hingga Fio bisa bergabung dengan mereka, makan malam berjalan lancar. Mama Fio dan Mama Cano tampak begitu sibuk membahas hal yang Fio sendiri tidak tahu, kakaknya tiba-tiba menghilang setelah acara makan malam selesai.

Akhirnya Fio memutuskan untuk keluar dan duduk di gazebo yang dia desaign sendiri sambil menikmati angin malam.

Lala is calling....

"Fio!"

"Apa nyet? Nga usah ngegas juga kali La, kaget gue"

"Hehehe, sengaja lho..." Fio memutar bola matanya malas. Bercakap dengan Lala memang tidak membutuhkan topik tertentu, sekarang saja Fio dan Lala tiba-tiba sudah membahas artis korea , tadi membahas murid yang terbully di sekolah mereka dan nantinya akan membahas cowo. Maybe

"Eh La, tau nga... Cano ada dirumah gue,"

"Eh, si tengil itu? Ngapain dia dirumah lo? Lamaran?,"

"Nga usah ngaco lo! Amit-amit banget dah. Dia itu anak nya temen mama gue"

"Nah trus?,"

"Ya gitu, habis tu kita makan malas bareng dan gue yang bosen akhirnya keluar dan sekarang telponan bareng lo"

"Berarti gue ganggu waktu lo dong Fi?"

"Eh engga ko, gue malahan bersyukur lo nelfon"

"Yah , sorry Fi, gue mau tidur dulu bye..."

"Eh La.... Woi jangan matiin dulu, yahhh mati" desah Fio kecewa. Dia kembali menatap kedepan dengan pandangan kosong, banyak sekali pikirannya yang berkelana kemana-mana. Ada sebuah bayangan yang mendekat dari arah belakang, Fio mendengus. Dia sudah tau itu siapa, siapa lagi kalau bukan Cano?

"Kenapa lo mukul gue?,"

*Ebuset, ni anak dateng-dateng langsung to the point aja...* batin Fio.

"Takut..." balas Fio sekenanya.

"Takut kenapa?

"Entah..."

"Aneh!" Hardik Cano sambil menoyor kepala Fio. Gadis itu mendelik kearahnya sebentar, lalu kembali menghadap kedepan.

"Ini lo mau ngapain si?," tanya Fio kesal karena Cano yang tidak bisa tenang sejak tadi.

"Duduk,"

"........"

Hening. Tidak ada lagi yang membuka pembicaraan. Dan tidak lama setelah itu bahu kanan Cano terasa berat, laki-laki itu menoleh dan tersenyum kecil kala mendapati Fio yang tertidur dengan wajah polosnya.

***

  •_mey_ca

•Regret

Sebagai pembaca yang baik , berkomentar lah dengan sopan dan jangan lupa tinggalkan jejak.

REGRET ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang