Guyuran air pancuran tidak lagi terasa. Dina melayang menikmati setiap sentuhan dan bisikan Steven. Jemari tangannya yang berada di bahu Steven merambat naik ke kepala pria itu, lalu tangannya meremas rambut gelap nan lebat Steven.
"Steve..." erang Dina parau. Napasnya tersengal menahan terjangan gairah.
Dina baru tersadar oleh hipnotis hasrat itu saat tangan Steven menyentuh kain terakhir yang menutup tubuhnya. Ia menghentikan tangan Steven yang mengusap pangkal pahanya.
"Steve..." bisik Dina dengan suara gemetar, "Jangan..."
"Kau milikku, Dina," bujuk Steven sambil terus mencumbu Dina.
Dina berusaha untuk tetap sadar, meski sebenarnya ia sudah mulai terbang dan melayang-layang.
"Steve." Dina menahan tangan Steven yang kini menyelinap masuk ke dalam kain segitiga minim yang menutupi pangkal pahanya.
"Dina..." desis Steven dengan napas terengah menahan hasrat.
Gairah di antara mereka kian membara. Namun Dina belum siap melangkah lebih jauh.
"Jangan," pinta Dina dengan suara serak. Bahkan di telinganya sendiri pun, ia mendengar suaranya sangat mirip desahan sarat hasrat.
Dina menarik tangan Steven dan meletakkannya di pinggangnya. Ia menyentuh wajah Steven yang sedari tadi bermain di dadanya. Dengan lembut ia mengecup bibir pria itu.
"Jangan sekarang," bujuk Dina disela-sela tautan bibir mereka.
Dina tahu, sama seperti dirinya, Steven juga sangat bergairah. Dan pastinya butuh usaha besar untuk pria itu tidak menerkamnya saat ini juga.
Dina mengakhiri ciuman mereka, mematikan keran pancuran, dan meraih kimono yang tergantung rapi di sudut kamar mandi.
Steven melakukan hal yang sama. Ia memakai kimononya dengan mata menatap Dina lembut sekaligus penuh hasrat.
Tatapan itu menggetarkan dada Dina. Jantungnya berdetak kencang. Mungkin sekarang ia harus mengakui, ada cinta yang lain selain cinta pertama. Mungkin ia harus jujur pada hatinya, bahwa ia mulai jatuh cinta pada Steven. Ini terlalu cepat, tapi Dina tahu, entah bagaimana Steven berhasil menerobos masuk ke dalam hatinya yang terkunci rapat sejak berpisah dengan Niko.
Steven membantu Dina memakai kimono. Setelah itu membopongnya keluar dari kamar mandi dan membaringkannya ke ranjang.
Dina berteriak kecil, memprotes kalau rambutnya akan membuat bantal dan seprei basah, tapi Steven hanya menyeringai samar dengan tatapan intens.
Hati Dina berbunga-bunga.
Rasa ini benar-benar baru dan sulit untuk disangkal.
Dina tersenyum.
Ketegangan mereka tadi menguap tanpa bekas.
***
evathink
IG : evathink
Google Playbuku : evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]
RomanceTAMAT! PART LENGKAP! [Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] "Aku hanya ingin mengenalkan calon istriku pada kedua orangtuaku, tidak salah, kan?" Wajah dina memerah. "Tapi saya bukan calon istri Bapak." Steven tersenyum hangat...