29
Hari demi hari berlalu dengan cepat. Tanpa Dina sadari, Steven benar-benar telah mencuri hatinya. Ia bahkan sudah setuju sepenuhnya untuk bertunangan dengan atasannya itu. Niko seakan hilang begitu saja dari ingatannya, meski sebenarnya mantan kekasihnya itu masih sering berkirim pesan dengannya—bahkan mereka pernah makan siang bersama satu kali—tapi Dina sadar, perasaannya pada Niko telah dikalahkan oleh perasaannya terhadap Steven.
Malam ini, Steven dan kedua orangtuanya akan datang bertemu ibu Dina dan membicarakan perihal pertunangan dan pernikahan mereka.
Dina bahagia sekaligus sedih. Andai ayahnya masih ada saat ini. Ayahnya dulu seorang pengacara andal. Dina sangat bangga padanya. Mereka sekeluarga hidup bahagia meski tidak bergelimang kemewahan seperti konglomerat.
Sampai beberapa tahun yang lalu, ayahnya pergi untuk selamanya disebabkan serangan jantung, meninggalkan istri dan kedua anaknya dalam rasa kehilangan yang mendalam.
Dina mendesah sedih. Hidup mereka memang terjamin dengan uang tabungan yang sang ayah tinggalkan. Ibunya yang seorang ibu rumah tangga, atau ia dan adiknya, tak perlu cemas memikirkan masalah uang untuk jangka waktu lama, tapi keadaan itu tidak menutupi lubang kosong di dada mereka. Lubang yang menganga karena rindu dan kehilangan.
Dina mengerjap, mengusir air mata yang membakar matanya. Meski sedih, ia harus berbahagia malam ini. Dina menatap bayangan dirinya di cermin. Ia mengenakan gaun ungu selutut dan tanpa lengan yang sopan. Riasan wajahnya juga sempurna.
Berusaha mengenyahkan perasaan sedihnya, Dina memaksa seulas senyum di bibir, lalu keluar dari kamar dan menemui ibunya yang tampak sudah berdandan rapi dan duduk di ruang tamu, menunggu kedatangan Steven dan kedua orangtuanya.
Dina senang ibunya menyambut baik saat ia mengatakan akan memilih Steven. Sikap sang ibu yang bijak dengan tidak menyinggung tentang Niko membuat Dina lega.
Setelah mengobrol sejenak dengan ibunya, Dina mengatakan sebaiknya mereka menunggu Steven di teras.
Tidak lama menunggu, tampak sebuah mobil mewah berhenti di pinggir jalan di depan rumah Dina.
Dina melirik ibunya dengan gugup, sementara sang ibu membalas dengan senyum lembut.
Terlihat Steven dan kedua orangtuanya keluar dari mobil dan melangkah ke arah mereka.
Jantung Dina berdegup dua kali lebih cepat. Ia meremas jemarinya di depan tubuh dengan perasaan tak menentu. Gembira dan gugup bercampur di dada.
Saat ketiganya tiba di depan mereka, Dina tersenyum dan mengenalkan Steven pada ibunya. Steven juga melakukan hal yang sama, mengenalkan Dina pada kedua orangtuanya.
Kemudian mereka masuk ke dalam rumah. Dina berharap semuanya berjalan lancar.
***
Bersambung...
Evathink
IG : evathinkBersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]
RomansaTAMAT! PART LENGKAP! [Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] "Aku hanya ingin mengenalkan calon istriku pada kedua orangtuaku, tidak salah, kan?" Wajah dina memerah. "Tapi saya bukan calon istri Bapak." Steven tersenyum hangat...