4. 𝕼𝖚𝖆𝖙𝖗𝖊

1.8K 310 16
                                    

𝔻𝕆ℕ'𝕋 𝕃𝕀𝕂𝔼 𝔻𝕆ℕ'𝕋 ℝ𝔼𝔸𝔻
ⓃⓄ ⓅⓁⒶⒼⒾⒶⓉ‼️

•••𝔴𝔦𝔰𝔱𝔣𝔲𝔩•••

"Ck! Kemana dia—sial!" rutuk Jihoon cemas.

"Kita harus lapor polisi!" usul Jeongwoo gusar.

Sementara Haruto hanya terduduk diam di atas sofa, nampak tengah berpikir keras. "Tidak mungkin, Wony bahkan baru menghilang sekitar dua jam yang lalu," celetuknya tiba-tiba.

"Persetan!" emosi Jeongwoo.

"Aku tidak peduli!" ujar Jihoon dingin.

Haruto mendengus, ia yakin bahwa mereka berdua memang benar saudara sepupu. "Daripada kalian uring-uringan tidak jelas seperti ini—lebih baik kerahkan semua anak buah kalian, kita cari Wonyoung sekarang juga!" ultimatumnya tegas.

Jihoon dan Jeongwoo tersentak. Menepuk kening mereka kencang, merasa bodoh.

"Shit! Kenapa tidak terpikirkan!"

"Cih! Baru sadar kalau kalian bodoh?"

Kedua pemuda bermarga Park itu seketika menoleh, lantas menatap Haruto dengan tajam. "Diam kau!" balas mereka kompak.

Namun tak lama setelahnya, ketiganya bergegas menghubungi bawahan mereka masing-masing. Memerintahkan para bawahannya untuk segera mencari keberadaan gadis cantik kesayangan mereka—Jang Wonyoung.

---☞♡☜---

Byur

"Bangun kau, jalang!"

Wonyoung menggeliat, mencoba membuka matanya.

"Akhirnya bangun juga kau, sialan!"

Gadis cantik itu tersentak, begitu menyadari bahwa ia tengah diculik. Tubuhnya terikat di atas kursi dalam keadaan basah kuyup. Kemudian ia mendongak, guna melihat siapa orang gila yang dengan tega menculiknya. "K-kau!!" ujarnya shock.

"Annyeong~" sapa sang penculik dengan nada sing a song.

"LEPASKAN AKU, SIALAN!!" teriak Wonyoung murka.

"Mmm, kenapa aku harus?"

"Kurang ajar! Lalu kenapa kau menculikku, hah?!"

"Hm ... kenapa ya??"

Mencoba mengendalikan emosi. Wonyoung akhirnya bertanya dengan sabar, guna mengetahui motif penculikan dari si pelaku, "Aku bahkan tidak pernah punya masalah denganmu. Apa alasanmu melakukan ini?" ujarnya pelan.

"Kau yakin tidak pernah punya masalah denganku?" tanya si penculik retorik.

Wonyoung mengernyit, berusaha mengingat sesuatu yang menyebabkan pemuda di hadapannya marah hingga tega melakukan hal nekat seperti ini.

Namun nihil, ia merasa tidak pernah melakukan kesalahan. Mereka bahkan bisa dikatakan tidak terlalu akrab. Jadi gadis cantik itu seratus persen yakin, jika ia tidak pernah menyakiti laki-laki tersebut.

"Ingin kuberitahu sesuatu?"

"...."

Pemuda gila itu berjalan mendekati Wonyoung, lantas membisikkan sesuatu ditelinga sang gadis cantik.

"A-apa ...." Wonyoung terlihat nampak sangat terkejut. Masih tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya barusan. Tak berselang lama, gadis Jang itu kembali bersuara, "Kau, melakukan ini hanya karena hal itu??" ujarnya tak habis pikir.

Netra sang penculik membola. "HANYA ITU KAU BILANG, HAH?!!" Pemuda itu terlihat sangat marah, kala mendengar ucapan yang keluar dari mulut Wonyoung. Wajahnya bahkan merah padam, pertanda bahwa ia benar-benar murka.

Plak!

"Akh!!" Gadis cantik itu meringis ngilu. Sepertinya, ia ditampar dengan sekuat tenaga, terbukti dari sensasi panas yang ia rasakan dipipinya. Maka, sudah dapat dipastikan sudut bibirnya juga robek.

"MASUK!!"

Segerombolan pria berbadan besar yang Wonyoung tebak berjumlah enam orang terlihat memasuki ruangan tempat ia disekap. "Kenapa kau tiba-tiba memanggil mereka?!" tanyanya was-was.

"Kenapa? Kau takut, heh?" ejek sang penculik.

"Kau tidak akan melakukan hal yang lebih gila dari menculikku, kan?" Wonyoung mulai takut, tubuhnya bahkan bergetar kecil.

"Eumm, bagaimana ya ...."

"A-apa?"

"Menurutmu bagaimana, hn?"

Netra Wonyoung seketika melebar. Gadis cantik itu hanya bisa berharap, bahwa semoga apa yang dipikirkannya tidak menjadi kenyataan. "Kumohon! Jangan lakukan hal yang lebih gila dari ini ...," gumamnya lirih.

"Uhh—sayangnya aku tidak peduli, hehe~" Pemuda itu hanya menyeringai, raut wajahnya terlihat sangat senang. "Lakukan tugas kalian!" perintahnya kemudian, yang tentu saja ia tujukan kepada enam pria berbadan besar yang berada di ruangan tersebut.

Tubuh Wonyoung tersentak. Air mata perlahan turun, nampak membasahi mata cantiknya."TIDAK!! To-tolong jangan! Kumohon!!" raungnya putus asa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya kencang.

Sang penculik tak berniat menjawab, melainkan hanya tertawa menyeramkan. Terlihat puas, kala melihat ekspresi ketakutan dari wajah gadis cantik tersebut. "Hehe, bye Wony~ Selamat bersenang-senang, oke! Dan sampai jumpa di—

"Rumah sakit jiwa," ujarnya dingin. Kemudian berbalik, melangkah pergi meninggalkan Wonyoung yang hanya bisa berteriak histeris di belakangnya.

•••𝔴𝔦𝔰𝔱𝔣𝔲𝔩•••

To be continued...

~Maaf ya Wony—kamu emang ngga jadi tokoh antagonis, tapi malah jadi sad gurl di sini:(.

ᴡɪsᴛғᴜʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang