16. 𝕾𝖊𝖎𝖟𝖊

1.8K 240 63
                                    

𝔻𝕆ℕ'𝕋 𝕃𝕀𝕂𝔼 𝔻𝕆ℕ'𝕋 ℝ𝔼𝔸𝔻
ⓃⓄ ⓅⓁⒶⒼⒾⒶⓉ‼️

•••𝔴𝔦𝔰𝔱𝔣𝔲𝔩•••

"Hyung-nim, apa tidak ada kesempatan Wonyoung untuk sembuh?" Ini adalah pertanyaan Dongpyo kala Hyeongjun dan dirinya usai menjenguk sang gadis Jang untuk kedua kalinya.

Mashiho sejenak tampak menghela napas, kemudian dengan ragu-ragu menjawab, "Eum, aku juga belum tahu, doa kan saja yang terbaik untuk kesembuhannya, ya."

"Pasti. Kasihan sekali Wony. Aku tidak menyangka ada yang berani berbuat setega itu padanya ...," timpal Hyeongjun dengan raut wajah sedih.

"Ya, orang yang melakukannya benar-benar biadab," balas Dongpyo dengan tatapan mata yang dalam.

Mashiho hanya mengangguk singkat menanggapi percakapan keduanya. Dokter muda itu kemudian merogoh saku celana bahannya, lalu meraih ponsel miliknya.

Ada satu notifikasi yang membuat dahinya mengerut samar. Saat dirinya akan membalas pesan singkat itu, pertanyaan tiba-tiba dari Hyeongjun menghentikan niatnya.

"Hyung-nim, kira-kira jam berapa Jihoon-hyung dan yang lainnya pulang?"

Mashiho bergegas memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. "Ah, itu tidak tentu sih. Saya juga kurang tahu pasti. Tetapi, biasanya mereka pulang sekitar pukul lima sore-an."

Hyeongjun hanya mengangguk-angguk menanggapi jawaban itu.

"Ini sudah jam setengah enam, harusnya mereka sudah pulang, kan ya?" timpal Dongpyo tiba-tiba.

"Ya, seharusnya. Tapi, mungkin ketiganya lembur atau entahlah, saya juga tidak tahu."

"Ah, ya sudah. Kalau begitu kami pamit pulang dulu ya, Hyung-nim. Terima kasih atas ijin dan waktunya," ujar Hyeongjun dengan senyum ramah, diikuti anggukan Dongpyo di sebelahnya.

"Sama-sama. Mari saya antar ke depan."

Dongpyo dengan cepat menyahut, "Tidak perlu, Hyung-nim. Kami sendiri saja, sekali lagi terima kasih," katanya seraya membungkukkan tubuhnya singkat, begitu pula dengan sang sahabat.

Keduanya lantas berbalik kemudian bergegas pergi. Meninggalkan Mashiho yang terduduk seorang diri di sofa, dengan tatapan datar tak lepas memandang punggung keduanya, hingga berakhir di telan pintu.

---☞♡☜---

Jihoon, Haruto, dan Jeongwoo kini tengah berada di apartemen pribadi sang Watanabe. Ketiganya terlihat tengah terlibat dalam diskusi yang begitu serius.

"Aku setuju dengan Jeongwoo."

Tatapan Haruto menajam. Pemuda tampan itu tampak tak terima dengan ucapan tersebut. "Kalian gila, hah?! Kenapa harus kita yang melakukan hal menjijikkan itu padanya?!" ujarnya sengit.

"Itu hanya untuk menyiksanya, bodoh!" balas Jeongwoo emosi.

"Kenapa tidak menyuruh orang lain atau para bawahanmu saja untuk melakukan itu. Bukankah lebih masuk akal, huh?!"

Jihoon menghela napas. "Aku tidak ingin mengambil resiko sekecil apa pun. Bisa saja sampah itu merayu mereka lalu meminta untuk dibebaskan."

ᴡɪsᴛғᴜʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang