Side 10.

6.4K 733 33
                                    


Happy reading...

Typo bertebaran...






...

Mark terus berlari, mengabaikan teriakan Lucas dan Hendry yang memanggil namanya. Kaki kaki miliknya begitu lihai melewati lereng bukit yang cukup licin dan sedikit menanjak.

Hati ternyata belum siap untuk bertemu papa kandungnya.

Sampai di bawah bukit, Mark berhenti sejenak untuk menarik nafas. Menengok kebelakang untuk memastikan kedua sahabatnya itu.

Ketika obsidian milik Mark bergerak lagi, kini dirinya menatap Jeno yang entah kenapa berdiri di depan pintu masuk pemandian.

Karena penasaran, Mark menghampirinya. "Woy, Jen. Ngapain?" Teriak nya.

Jeno menoleh, lalu melambaikan tangan. "Eh, Bang."

"Ngapain kamu di sini?"

"Ini ngantar pesanan kue." Jawab Jeno sambil menunjukkan paper bag.

Mark memangut mengerti.

"Abang sendiri udahan mancingnya?"

"Udah, nih."

"Wih, banyak juga bang dapet ikannya." Puji Jeno saat melihat ember yang Mark bawa.

Mark pun mengelus dadanya bangga.

"Permisi, dari a piece of cake caffe , bukan?"

Sebuah suara menginterupsi percakapan Mark dan Jeno, tampak keduanya langsung menoleh.

"Betul." Jawab Jeno. "Dengan kak Sungchan?"

Pemuda di depan mereka mengangguk. "Iya, berapa semuanya?"

Mark terus memperhatikan Sungchan dari atas sampai bawah, nampak tak asing. Apa mungkin mereka pernah bertemu?

"Sungchan!"

Ketiga kepala sontak menoleh kearah suara cempreng bak lumba lumba itu.

Ah, Mark ingat sekarang. Si Sungchan ini anak Daddy dan papa Taeyong. Mark pernah melihat sekali poto mereka di media sosial Jaehyun.

"Mark," Panggil Taeyong yang tak dikaidahkan oleh Mark.

Jeno nampak bingung, lalu mengyenggol bahu Mark. "Siapa, bang?"

Mark menoleh, apa Jeno lupa dengan Taeyong? Tapi wajar sih, dulu Jeno memang tak tahu paras Taeyong hanya dari cerita saja Jeno tahu tentang Taeyong.

"Papa Taeyong dan anak anaknya." Mark sengaja mengompori Jeno.

Jeno mengangguk, ah pantas bau nya busuk sekali disini. Ternyata ada burung pemakan bangkai.

"Cabut, yok. Bang" seru Jeno karena telah menyelesaikan transaksinya.

Mark mengangguk, "kuy."

Namun sebelum mereka beranjak pergi, Taeyong lantas meraih pergelangan tangan Mark.

"Mark, papa ingin bicara sama kamu."

Mark diam sambil menatap tangan nya yang digenggam Taeyong.

"Papa kangen sama kamu."

Mark tak berkedip. Jeno pun hanya diam sebagai penonton, andai ada Jaemin, pasti mereka akan adu mulut.

"Mark, kamu gak kangen papa?"

Mark tertawa sumbang. Kangen? Hell, dia pikir dia siapa? Jangan sok menjadi seorang papa.

Dulu saja kemana orang ini pergi saat Mark lahir?

Kemana dia pergi saat Mark meringkuk kedinginan di panti asuhan sialan itu?

Dimana dia, saat Mark butuh perlindungan?

Yang paling penting, dimana dia ketika Mark butuh sosok malaikat?

Dia, orang ini, Papanya tak pernah ada saat Mark membutuhkannya?

"Anda jangan bicara omong kosong."

"Mark," Taeyong memelas terkejut. "Kamu kok gitu?"

Mark tak peduli, "lepaskan tangan saya." Desisnya.

Taeyong menggeleng ribut. Tidak dia tidak akan melepaskan Mark.

"SAYA BILANG LEPASKAN TANGAN SAYA!" Habis sudah kesabaran Mark.

"Woy, jangan bentak Papa gue lo, ya." Teriak Chenle tak terima.

Sungchan berjalan mendekati Taeyong. "Udah pa, lepasin aja."

Teayong tetap kukuh menggenggam tangan Mark.

"Oke, jangan salah saya berlaku kasar."

Seketika Jeno melonggo tak percaya, seorang Mark yang terkenal ramah, baik, sopan bisa dengan ringan tangan menyiram Taeyong menggunakan ember berisi ikan miliknya.

Sungchan dan Chenle pun hanya bisa diam tak percaya.

Mark menghempaskan tangan Taeyong, lalu berjalan sampil meraih tangan Jeno.

"Kita pulang."



...

Mau tak bikin konflik berat, tapi rasanya konflik noren ama markmin udah berat.

Apa kita pisah buku saja?







Salam manis

IAKUMA_CHAN

Dark Side [JaeDo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang