Happy reading...
Typo bertebaran...
....
Sebuah perempatan terbentuk sempurna pada dahi indah milik Kim Doyoung, dirematnya gagang telepon yang ada di meja kasir.
Sungguh Doyoung pusing.
Beberapa menit lalu Mark dan Jeno datang dan langung berlari meju kamar masing masing dengan raut wajah kesal, dan sekarang seorang bocah ingusan menelpon cafe nya dengan suara melengking bak lumba lumba hanya untuk protes.
Ah, bukan.
Hanya untuk menjelek jelekkan putra pertamanya.
"YA, KAU HARUS MINTA MAAF PADA IBUKU! KARENA ULAH NAKAL ANAK TAK TAHU DIRI ITU! JIKA KAU TAK MAU AKU AKAN-
"Kau akan apa?" Doyoung memotong cepat ucapan si penelfon.
Dari seberang sana suara decakan sebal terdengar sangat jelas.
"AKAN KU SURUH AYAHKU UNTUK MENGHANCURKAN CAFE KECIL MU ITU!"
Sungguh anak yang tak tahu sopan santun.
"Silahkan saya tidak takut." Balas Doyoung yang sedikit geram. "Bawa ayahmu kehadapanku sekarang bocah."
"Ha!? Bocah!"
"Ya, Bocah sombong seperti mu yang hanya besar perkataannya tidak membuatku takut."
"Huh!? LIHAT AKU AKAN SEGERA KESANA, TUA BANGKA!"
Tanpa menunggu jawaban Doyoung, telepon itu terputus sepihak. Doyoung mendengus. Apa bocah berisik itu pikir Doyoung akan takut!?
Tentu saja sedikit.
Dia takut anaknya membuat kesalahan fatal, walau dari cerita Jeno. Mark hanya menyiram orang itu dengan se ember air yang ada ikan sungai nya.
Tapi terlepas dari kesalahan aneh Mark, Doyoung yakin Mark pasti punya alasan. Hanya saja Doyoung belum tau alasannya.
Dengan senampan cupcake heart dan jus semangka, Doyoung berjalan menuju kamar anak sulungnya.
"Mark, boleh papa masuk ?" Tanya Doyoung pelan sambil mendorong pelan pintu kayu itu.
Mark meneloh, mencoba tersenyum walau rasa sesak menggerogoti hatinya.
"Papa," lirih Mark sambil berlari menerjang Doyoung.
"Hm, kenapa?"
Mark menangis tiba tiba, membuat kerutan di dahi Doyoung.
Sekali lagi Doyoung sungguh bingung.
...
"Sebaiknya kita kembali saja."
Ke tiga kepala yang siap menerjang pintu a pice of cake itu pun menoleh bingung.
"Kenapa, kan kita harus kasih pelajaran pada anak tak tau diri itu Pa." Chenle bersikukuh.
Sungchan mengangguk." Ntar kalau dibiarin makin ngelunjak. Mentang mentang kita lagi di kawasannya."
Melihat perpaduan argumen membuat Jaehyun berjalan mendekati Taeyong.
"Kenapa, hm?"
Taeyong menggeleng sebagai jawaban.
"Ayo masuk dan beri pengertian pada pelaku yang membuatmu berbau amis ini."
Jaehyun menggenggam tangan Taeyong. Lalu ditarik pelan supaya mengikuti langkahnya.
Bunyi bell terdengar nyaring atau lebih tepatnya brutal, membuat Jaemin yang kala itu berjaga di meja kasir pun mendelik tak suka.
"MANA PEMILIK CAFE INI!" Teriak Chenle begitu kencang.
Jaemin, yang melihat itu pun geram. Ditinggalkan nya meja kasir hanya untuk berjalan menuju bocah tak tau diri di depan pintu cafenya.
"Bisa tolong tenang." Jawab Jaemin datar.
"MANA OWNERNYA!"
Jaemin berdecak. "Tuan. Bisa. Kah. Kau. Diam."
"Aku tak ada urusan denganmu"
Dengan kasar Chenle mendorong jatuh tubuh Jaemin.
Sudah cukup, batin Jaemin.
Dengan cepat Jaemin berdiri dan langsung melempar Chenle kebelakang. Membuat Jaehyun yang baru saja membuka pintu terkejut.
"TUAN APA ORANG TUAMU TAK MENGAJARIMU CARA BERTAMU DENGAN BAIK!?"
Jaehyun membeku ditempat, rasanya dia kenal suara ini.
" KAU MEMBUAT KERIBUTAN DI CAFE KAMI! MEMANGNYA KAU PIKIR KAU SIAPA? ANAK RAJA FIRAUN!?"
Sindiran pedas menusuk hati ini...
"SEBAIKNYA KAU PERGI SEBELUM KU HAJAR WAJAH MENYEBABKAN MU ITU!"
Seperti milik putra manisnya,
JAEMIN
Jaehyun mendongakkan kepalanya, melihat siapa pemilik suaran itu. Dan saat itu lah mata hazelnya bertemu dengan wajah merah menahan amarah milik Jaemin.
Putra termanis dan tersayangnya.
.....
Nih, buat kak jaeminxrj semoga nggak ngecewain .....
Salam manis
IAKUMA_CHAN
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side [JaeDo] ✔
FanfictionDaddy berubah, dan kami benci itu. Benci karena membuat papa menangis. #Jaedo IAKUMA_CHAN🐻