7 air panas

3.8K 492 17
                                    

"Jeno-ya, cepat masuk! Ayah sudah belikan kue untukmu."

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Jeno, kue kesukaannya khusus dibelikan oleh Ayah. Jeno berlari kencang kearah rumah tanpa memikirkan dengan siapa tadi ia sedang bermain. Jeno masuk dan rumah terasa hangat ketika keluarga kecil kesayangannya lengkap berada dalam rumah. Jeno tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya hari ini.

Tak lupa nyanyian serta barang yang diberi pita diatasnya menjadi penghias suasana ruangan hari ini. Lihatlah lelaki yang punya mata berbentuk bulan sabit itu sangat antusias kalau nyatanya, hari ini dia sedang merayakan ulang tahunnya.

"Fuuhhh~"

Teriakkan bahagia sebagai suara efek memperlihatkan betapa bahagianya hari ini. Semua ekspresi dari Ayah, Bunda serta Kakaknya terekam sempurna oleh Jeno bahwa wajah mereka sungguh berbeda dari hari biasa Jeno temui. Sangat langka sekali. Sungguh bahagia sekali.

Rasanya Jeno tidak mau bangun dari mimpi kalau Jeno mendapatkan kebahagiaan—











"Haaakh"









Jeno bangun dan melihat ruang tengah yang sangat sepi. Hanya suara detak jantungnya yang sempat riuh akibat terbangun paksa dari mimpi yang ia dapat. Lagi-lagi, Jeno mendapatkan mimpi yang sama.

Jeno menarik nafasnya sangat dalam dan membuangnya dengan kasar. Sebegitu capeknya, ia mendapatkan keindahan yang hilang dalam hitungan detik.

"Nono-ya~"

Suara yang tak asing ditelinga Jeno, suara Donghyuck. Betapa mengembangnya sempurna senyum yang tertampak pada wajah Jeno sekarang. Kebahagiaannya telah datang. Orang yang ia klaim menjadi rumah, sekarang ada didepannya dengan wajah manis yang Jeno sangat suka.

Donghyuck berjalan kearah sofa yang Jeno duduki. Tapi Jeno merasa aneh. Sepertinya, dia tidak mengenali Donghyuck saat mendekat. Suhu tubuhnya naik, dadanya merasa sesak seperti tercekik.

Donghyuck mendekatkan pada diri Jeno dengan senyumannya, "No, maafin aku. Aku harus—"















"HAAAAKH!!"















Jeno bangun lagi dan menyadari, bahwa ia baru saja mendapatkan false awakening. Mimpi di dalam mimpi. Tepat dimalam ini, dia baru saja mendapatkan kejadian mimpi seperti itu. Apalagi Donghyuck ada didalamnya.

Jeno menjadi panik.

Kesehatan Jeno memang sudah buruk. Jeno menjadi payah akhir-akhir ini. Benar-benar menjadi orang yang penakut. Kini ia memeluk gulingnya untuk menenangkan debaran jantungnya akibat mimpinya yang benar-benar melelahkan. Masih tidak percaya bahwa dia mendapatkan dua mimpi sekaligus, senang dan sedih. Tapi keduanya, membuat Jeno sedih.

Jeno takut. Dia sendiri sampai tidak mengenali dirinya yang sekarang. Seperti sedang tersesat.






.






.







Jeno keluar dari kamarnya dan bergegas mengambil air karena tenggorokannya terasa kering. Jujur saja kalau detak jantungnya masih berdetak cepat sampai sekarang. Sulit sekali untuk mengatur detakannya yang sudah tidak beraturan temponya.

"Kau sudah bangun?" Suara seseorang yang tidak asing bagi Jeno. Jangan bilang kalau dia memang sedang bermimpi lagi. Kalau iya, tolong bangunkan cepat. Jeno sangat payah menghadapi mimpinya sendiri.

Seseorang itu mengambil gelas dan menuangkan air untuk Jeno. Terlihat sekali kalau Jeno kelelahan, "Kau abis bermimpi, nak?" ucapnya dengan nada lembut.

Jeno mendekat dan merasakan tubuh orang yang ada di depannya. Sangat hangat. Dia benar-benar merasakan suhu tubuh seseorang yang Jeno peluk. Tapi entah Jeno menjadi linglung. Sekarang, dia benar-benar tidak bisa membedakan mana mimpi dan juga nyata.

"Bunda.."

"Iya ini Bunda, sayang. Apa mimpimu di kejar rentenir sampai Bunda bisa merasakan detak jantungmu?"

Jeno makin mengeratkan pelukannya, "Ini jam 3 pagi dan Bunda baru datang. Wajar kalau Jeno bingung sekarang."

Bunda-nya tersenyum bahwa anaknya masih sama aja dengan Jeno yang masih anak-anak. Bunda bersyukur kalau anaknya ini tidak berubah saat ditinggal. Jeno tumbuh dengan sangat baik.

"Apa Bunda keluar lagi dan harus menunggu matahari terbit supaya Jeno tidak bingung?" Bunda melempar candaan tetapi tidak mengubah Jeno untuk melepas pelukan eratnya itu. Malah hati Jeno sudah agak tenang, tidak seperti tadi yang menggebu-gebu. "Ini hari ulang tahunmu. Aku ingin merayakan ulang tahun Jenoku hari ini."

Jeno melepas pelukannya. Kini dia bisa tersenyum sangat lega. Bunda tidak pernah melewatkan hari ulang tahun Jeno. Sebisa mungkin, Bunda harus pulang dan menyempatkan untuk merayakan ulang tahun anak semata wayangnya. Seperti sudah menjadi tradisi mutlak dan tidak boleh dilanggar.

Jeno melihat kearah meja yang sudah banyak sekali lauk pauk yang mungkin selama perjalanan kesini, Bunda menyempatkan untuk membeli masakan yang akan di makan untuk berdua nantinya. Dan ada sup rumput laut juga disana. Untung Bunda bisa mendapatkan sup rumput laut di malam hari.

Bunda mendekat pada Jeno yang sedang asik menaruh lauk pauknya itu kedalam tempat makan. Tapi gelagat Bunda agak aneh, dia seperti orang yang sedang bersembunyi, "Jeno, tidak sedang menelpon pacarmu kan? Bunda takut kalau kalian sedang melakukan—"

"Bunda!"

Kalau Jeno ingin menghampus momen memalukannya, salah satunya apa yang dipikirkan Bunda saat ini. Sungguh Jeno ingin melupakan ketidaksengajaan tragedi yang tertimpa pada dirinya di depan Bunda.

"Udah tinggalin dulu aja disini. Sekarang kita tidur. Dan besok kita sarapan bareng ya sebelum kamu berangkat kerja." Bunda memberi tanda untuk menghentikan aktivitas Jeno. Beliau melihat kalau mata Jeno itu masih mengantuk.

Sebelum itu, ada pertanyaan yang Jeno pendam sedari tadi. Dia tidak tahu. Katakanlah bahwa Jeno sangat takut dengan jawaban yang akan dikatakan Bunda-nya.

"Bunda," Jeno menarik nafasnya, lalu kembali melanjutkan penggalan kata yang terjeda, "Besok tidak kembali kan?"

Bunyi detik jarum sangat keras sehabis pertanyaan Jeno diungkapkan depan Bunda-nya. Ada sedikit jeda disitu. Bunda hanya bisa tersenyum dan mungkin, Jeno juga malas mendengar jawaban yang sama olehnya.

"Maafkan Bunda."


































tbc

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

terimakasih sudah tumbuh dengan baik jenosi🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

terimakasih sudah tumbuh dengan baik jenosi🙂

Hot Water🔥 • nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang