Chapter 51 ( Jangan Pergi )

3.1K 252 81
                                    

Aldebaran dan Andin seperti sedang ada di dalam mimpi ketika mendengar ucapan dokter yang mengatakan bahwa Alana anak kandung yang baru saja mereka ketahui pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.

"Engga mungkin.." ujar Andin kepada dokter tersebut sambil menangis terisak.

"Dokter jangan bikin saya marah.!" Ujar Aldebaran kepada dokter tersebut.

"Maaf pak Bu kami memang tidak bisa menyelamatkan nyawa anak bapak dan ibu." Ujar dokter tersebut kepada Aldebaran dan Andin.

"Tadi Alana kondisi nya benar-benar menurun pak.."

Aldebaran tertawa sinis sambil meneteskan air matanya.

"Terus buat apa nama gelar anda sebagai seorang dokter hah?.! Seorang dokter harus nya bisa menyelamatkan pasien bukan malah sebaliknya.." marah Aldebaran kepada dokter tersebut.

"Maaf pak kami tidak bisa berbuat apa-apa.."

"Saya tidak perlu maaf Kalian. Yang saya butuhkan adalah kalian bisa menyelamatkan nyawa anak saya..!". Ujar Aldebaran dengan nada marah nya.

"Kalian tidak takut rumah sakit ini saya laporkan ke kantor polisi hah?.!"

"Maafin kami pak kami benar-benar tidak bisa menyelamatkan nyawa anak bapak.."

Andin tanpa basa-basi lantas langsung berlari menghampiri Alana dan di ikuti dengan aldebaran di belakang nya.

Kaki mereka berdua melangkah dengan begitu lemas mendekati tubuh Alana yang terbaring lemah di tempat tidur dengan muka yang begitu pucat dan tersenyum manis.

Andin dan aldebaran menatap muka Alana yang begitu tenang dan damai dengan mata terpejam nya.

"Sayang.." ujar Andin sambil mengelus rambut Alana dengan begitu lembut karna takut membuat Alana merasakan sakit.

"Bilang sama mamah kalau kamu hanya tidur biasa bukan tidur untuk selamanya.." Ujar Andin dengan begitu lirih dan air mata yang menetes di pipinya.

"Kamu tau gimana bahagia nya mamah ketika mengetahui bahwa kamu adalah anak mamah, putri cantik mamah.." ujar Andin sambil tersenyum manis menatap wajah Alana.

"Mengetahui kenyataan tersebut mamah awalnya sempat berpikir bahwa itu hanya mimpi terindah mamah tapi ternyata mamah salah karna itu adalah bukan mimpi terindah mamah melainkan kenyataan yang begitu paling membuat mamah bahagia bisa mempunyai anak seperti kamu.." ujar Andin sambil mengelus pipi Alana dengan lembut.

"Jadi mamah mohon jangan kembalikan kenyataan terindah mamah menjadi mimpi terburuk mamah ketika mengetahui bahwa kamu pergi untuk selamanya meninggalkan mamah.." ujar Andin menatap Alana sambil menangis terisak.

Aldebaran?
Dia terus memandang wajah Alana yang begitu tenang dan damai.

Tanpa aldebaran sadari ternyata air mata nya sudah jatuh di pipi nya.

"Alana anak papah. Anak yang benar-benar papah harapkan menjadi putri papah Sekarang benar-benar menjadi nyata nak. Kamu benar anak kandung papah sayang.." ujar Aldebaran sambil menggenggam tangan Alana dengan erat.

"Kamu tau? Papah begitu mendambakan seorang putri yang memiliki sifat seperti kamu.."

"Bangun putri papah.." ujar Aldebaran sambil menatap Alana dengan pandangan dalam nya.

Hening.
Alana tidak berniat membalas ucapan Andin dan Aldebaran. Bahkan untuk membuka matanya saja itu tidak Alana lakukan.

"Pertama kali papah mengetahui kamu adalah anak papah rasanya benar-benar begitu bahagia. Tapi sekarang bahagia itu di gantikan dengan tetesan air mata karna harus melihat kamu terbaring lemas seperti ini sayang.."

You Are Everything To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang