/26.11.18/ ○ 13:03

5K 811 446
                                    

¦class meeting¦


"Jadi kita perlu pikirin nama kelas dan bikin logo kelas buat buku tahunan nanti. Ada yang mau nyumbang nama?"

"Heksagon!"

Jreng ... jrengg.

"Diem, Rik."

Yohan mengernyit jijik. Tidak bisa membayangkan jika saat foto perpisahan kelas nanti mereka membawa spanduk bertuliskan Heksagon dan memakai jaket yang tersablon simbol segi enam. Mereka pasti akan tampak seperti ormas terlarang. Atau sekumpulan penyembah kerang ajaib.

Yah, sebenarnya tidak separah itu tapi Yohan terlanjur tidak bersimpati dengan komplotan perusuh itu.

"Well anyway, gua udah bikin note di grup kelas buat kalian nyetor ide. Jadi kalau kalian punya usulan yang keren silakan di-submit, oke? Target kita, tahun baru nanti masalah logo dan nama kelas ini udah kelar."

"Siap, Han."

"Oke."

Jreng ... jreng.

Yohan mengangkat tangannya. "Gitar lu diemin dulu, Gar." Ia kemudian mengambil spidol dan mulai menulis. "Terus, gue, Keanu, sama Alé udah mulai nyari-nyari  toko custom clothing gitu dan nanya-nanya ke mereka. Jelasin, Ken."

"Nah, jadi...."

.

Sementara Keanu sibuk menyambung untuk menerangkan beberapa biro tempah pakaian yang sempat mereka datangi, Komplotan Koplak tidak repot-repot menyimak dan hanya fokus makan siang di jejeran meja paling belakang.

"Oper kerupuknya ke sini, Rik."

"Bagi bumbu satenya dikit."

"Balikin pangsit gua anjing."

Mereka bersempit-sempitan, menyeret kursi masing-masing untuk berkumpul mengelilingi meja Zefan dan Didi.

.

"Terus, bakal ada perubahan total terhadap rencana acara perpisahan kelas kita nih! Berhubung karena Yang Mulia Kepsek yang terhormat tidak menghendaki adanya acara kelas yang dilakukan di luar kota!" cibir Niki.

Mendengar itu, seisi kelas kontan ricuh.

"LAHH KENAPA ANJIRR."

"Jadi gimana? Dibatalin gitu??"

"BALIKIN DANA GUA KALO GITU."

"Emak siapa yang ngadu ke Kepsek, ngaku sekarang! Emak lu kan, Van?!"

"Enak aja setan!"

"Tenang, tenang!" Yohan memukul-mukulkan spidol ke papan tulis. "Kepsek nggak ngizinin bukan karena ada orang tua yang keberatan, tapi karena ... lo tahu lah, terkait kelakuan angkatan tahun-tahun yang lalu."

"Bener," tanggap Niki. "Jadi, nggak boleh ke luar kota dan ga boleh bermalam."

"Payah."

"Ga asik."

"Nah, jadi kita semua setuju—harus setuju—kalau rencana perpisahan kelas di Funland dan penyewaan penginapan dibatalin."

Satu kelas bersorak kecewa. Mengacungkan jempol ke bawah. Yohan hanya bisa menghela napas pendek. Satu-satunya hal yang bisa ia syukuri ialah setidaknya ia belum memanjar lokasi penginapan tersebut.

"Demo kuy ke kantor kepsek."

"IKOT RIK!"

"WUOOHH."

SnackingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang