/07.10.18/ ○ 10:17

7K 905 297
                                    

¦stick to the plan, bastard¦


-----
| Miranda |
-----

Mir

Nonton kuy



KUUUY

Film yg mana nih?

Gw sih pengen venom

Ron kemudian menoleh pada Riko. Menunjukkan layar ponselnya pada pemuda itu seraya menaikkan dagunya sedikit untuk bertanya.

Riko mengernyit membaca ruang obrolan tersebut. Miranda bahkan tidak curiga ada angin apa Ron tiba-tiba mengajaknya nonton. Padahal tempo hari pernyataan cintanya baru ditolak oleh orang yang sama. Tanpa pikir panjang, gadis itu langsung kooperatif mengiyakan. Balasannya bahkan hanya selisih satu menit dari pesan terakhir yang dikirim Ron. Riko mendengus. Secinta itu ya dia sama si cupu ini.

"Gimana?" tagih Ron.

"Ya udah, Venom aja." Riko butuh beberapa menit untuk browsing jadwal dan booking tiket elektronik. "Jam 13:40. CGV Vocal Point. Bilangin ke dia kalo lu udah beli tiketnya."

"Hmm." Ron dengan ogah-ogahan mengetikkan instruksi Riko tersebut. Balasan dari Miranda datang secepat kilat. Gadis itu menyetujui dan bertanya di mana dan kapan sebaiknya mereka bertemu.

"Miranda nawarin buat ketemu sebelum jam satu supaya bisa nongkrong dulu sebentar di kafe atau apalah. Gimana, Rik?"

Zefan terbahak di ujung sofa.

Riko mendecih. "Jangan. Langsung ketemu di lobi bioskop aja jam 13.30. Biar nggak melenceng dari rencana."

"Sirik aja lu."

"Berisik, Zefanjě."

"Oke." Ron yang tidak terlalu peduli hanya mengangkat bahu. Meski tidak dipungkiri, ada sedikit rasa puas saat bisa menunjukkan bahwa ia lebih superior dalam hal menghadapi Miranda.

"Beres," ucap Ron kemudian sambil menunjukkan layar ponselnya pada Riko sebagai bukti.

"Hem." Riko bangkit berdiri. Mata belum lepas dari layar ponselnya.

Didi berdiri di sofa, mengintip dari bahu Riko. "Lu pesen 4 seat?"

"Buat Miranda sama tim divisi gua," jelas Riko tanpa beban. Seolah mengeluarkan sekitar seratus enam puluh ribu itu bukan apa-apa. Sepertinya pemuda itu sedang kaya.

"YAANJIR DITRAKTIR NONTON."

Didi melirik iri pada Zefan yang melempar tatapan meledek padanya. Ia beralih pada Kei--ketua divisi kebanggaan mereka. "Kapten?"

"Pesenin satu seat lagi buat gua, Rik. Nanti gua bayar."

"....kapten?"

Kei mendelik. "Apaan? Gua bokek. Bayar masing-masing kalo mau nonton."

Zefan menyelutuk usil melihat tampang terlantar Didi. "Sini gua yang bayarin."

Namun, Didi buru-buru menolak. "Nggak usah," dengusnya sebal. Sebab, seringai samar Zefan saat mengatakan hal itu ibarat tanda bintang berukuran nano pada bagian syarat dan ketentuan berlaku. "Gua bayar sendiri. Duit gua juga banyak, cih," ujarnya tak mau kalah.








○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SnackingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang