¦trip¦
"Nih." Didi melemparkan kunci mobil pada Riko. "Lu harus tau gimana perjuangan gua buat dapetin izinnya dari si Bos." Ia menepuk-nepuk dadanya bangga.
"Mantap." Cengiran Riko lebar sekali. "STNK?"
Didi memukul-mukul saku celananya. "Aman, Kapten."
Riko bersiul memandangi mobil gagah berwarna copper metallic yang setidaknya masih bisa mengakomodasi kebutuhan off-road tersebut.
Riko membuka kuncinya. "Woy, Zef!"
"Hah?"
Zefan baru saja akan masuk ke bangku baris kedua jika saja Riko tidak tiba-tiba memanggilnya. Kunci mobil yang melambung ke arahnya ditangkap.
"Gue yang nyetir?" protes Zefan.
"Sampe keluar dari tol doang, elah." Riko berjalan ke arah Brio Satya. Mengisyaratkan Kei dan Tegar agar berpindah kendaraan. "Gue titip mobil gua di garasi lo ya, Di."
"Yoi."
Setelah memarkirkan mobilnya dengan aman, Riko kemudian naik ke kursi di sebelah sopir. Ia berdecak merasakan material jok. Kualitas layar LCD dan kamera parkir. Belum lagi aksesori dasbor. Bahkan aroma mobil ini seperti gaharu. Properti orang berduit memang beda.
"Gila, beda kasta banget sama mobil Riko."
"Diem, Kei."
Riko melirik ke belakang. Mengabsen sekaligus memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Meskipun sebenarnya mereka tidak punya banyak muatan. Hanya ransel masing-masing yang isinya tak seberapa. Yang makan cukup banyak ruang paling cuma gitar Tegar.
Semuanya sudah di posisi kecuali satu orang.
"Jadi?" Zefan memasang seatbelt. "Ke mana dulu nih? SPBU? Terus langsung cabut?"
"MAU BELI SNACKK."
"Oke, minimarket. Terus?"
"Ngomong-ngomong, si Ron beneran nggak ikut?" celutuk Tegar. "Mau gua coba chat lagi?"
"Nggak usah, Gar," timpal Riko. "Langsung ke rumah dia aja sekarang."
Zefan mendelik. "Lah, kenapa nggak lo sempetin tadi, Jenderal? Harus muter lagi nih."
Riko tertawa pendek. "Gue yakin dia bakal langsung ngunciin rumahnya kalau ngelihat mobil gue yang datang."
○
Itu hari Minggu yang cerah. Terlalu cerah sehingga Ron tidak berprasangka buruk sedikit pun ketika sebuah Mitsubishi Outlander tiba-tiba menghadang jalurnya di dekat sebuah persimpangan di gang rumahnya.
Mobil itu terlihat seperti ingin parkir di salah satu carport rumah di sana. Ron dengan sabar menghentikan motornya dan menunggu. Sampai tiba-tiba Tegar muncul dari balik mobil itu.
"Wow." Ron masih sibuk tepekur. Nalarnya belum jalan. "Tunggangan baru, Gar?"
Kemudian ia melotot mendapati Riko menyusul di belakang.
ANJ—
Seluruh tubuhnya seperti meneriakkan alarm kebakaran.
"Ringkus, Gar!"
SETAN.
Ketika Ron ingin putar balik, Tegar sudah memegangi setang motornya. Memutar kunci sampai mesin mati dan menariknya.
"G-Gar, lo! Shit, lepasin guaaa! Argh!"
Ron merasa seperti tahanan ketika Tegar dan Riko membekuk masing-masing tangannya ke belakang punggung kemudian menyeretnya ke mobil itu. Jika ia manusia tak punya malu seperti Riko, ia pasti sudah menjerit tak karuan sejak tadi.
"Jangan pegang-pegang! Fuck gue mau beli pulsa ke Indomaret woyy!"
Riko tersenyum cerah. Berujar sok polos, "Kebetulan kita juga mau mampir ke Indomaret. Ayo sekalian."
"Sekalian pala lu!"
Pintu mobil dibuka. Didi sudah siap sedia memberi jalan masuk supaya Ron tinggal dilempar ke bangku paling belakang agar mendekam bersama Kei.
Ron mencoba berpegangan pada sisi-sisi mobil. "Gua nggak mau ikut bangsaaatt!!"
"Tarik, Kei."
"Ayo Wijaya." Kei ngakak. Sangat terhibur dengan segala histeria Ron. "Ga rame kalo nggak ada elu!"
"Bacott!"
"Hei serius, gue butuh lo ikut." Riko mencoba menyingkirkan tangan Ron yang menempeli badan mobil seperti cicak. Ia tersenyum iseng. "Gue juga butuh uang lo."
Ron memaki ketika ia akhirnya sukses terpental ke belakang. Sandaran jok di depannya kembali dinaikkan. Ia hanya bisa mengerang nelangsa. "Kita mau ke mana sih, hah?!"
"Sabang."
"Yang bener lu, anjir?!"
Riko cengar-cengir. "Becanda."
Tegar menepuk bahu ketua mereka itu. Menyerahkan kunci. "Lo balikin nih motornya, Rik."
Ketika Riko sudah berlalu, Ron masih saja frustrasi. "Asli dah, kita mau ke mana? Woy, Pak Sopir?"
"Ke laut," tukas Zefan, menepikan mobil. Jawabannya sama sekali tidak memuaskan. "Lu nggak baca grup?"
Jangan tanya, Ron senantiasa mengabaikan notifikasi groupchat laknat itu.
○
——————
|Heksagon (6)|
——————Yerikho Njir gua ketemu siswanto
Anonymous HAHAHAHAHAHHA
KeiA MAMPOS SI AJG
Zef Lu bilang apa? Wwkwk
Yerikho Gua bilang hai
Tegar Goblok awokwowkwo
Yerikho Apa kabar om sehat om
KeiA Wonderful encounter ✨
Yerikho Gua juga bilangin si ron ikut kita sebentar
Yerikho Terus dia nanya anaknya mau diapain
Yerikho Berasa apaan aja gua anjir
○
○
○
A/n: Riko emang tukang paksa *sigh
Btw, yang terakhir itu bonus, karena saya teringat ada yang pernah request supaya Riko dipertemukan dengan Siswanto hahahah. Sayangnya cuma bisa secara tidak langsung begitu supaya chapter ini tidak panjang-panjang amat wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snacking
Humor2018. Kumpulan siswa IPS absurd yang tahun ini jalan tujuh belas. Yang awalnya demen main homo-homoan. Sampai berakhir jadi maho beneran. ________________________ Snacking © Abiguellix on Wattpad, 2018