~12~

1.3K 109 223
                                    

"Umm... a-aku mau bertanya pada sensei.....

Kenapa aku harus memanggilmu dengan nama kecilmu? Sedangkan aku bukan siapa-siapamu",

"A-Aku tau aku sudah bertanya waktu itu pada sensei.... Ttemo, tetap saja aku ingin tau.... Oshiete kudasai, Sanemi-sensei", (Name) menatap Sanemi intens.

Sanemi membeku di tempat, kalimat yang sama diucapkan lagi oleh (Name). Bibirnya sedikit kaku untuk mengatakannya. Kondisi yang sama, Sanemi juga bingung bagaimana cara menyampaikannya pada (Name).

"Sudah kubilang...

Aku tertarik padamu, aku ingin akrab denganmu, (Name)......", Sanemi mencoba setenang mungkin meskipun rasanya ia ingin meringis karena nada (Name) masih sama nyelekitnya.

(Name) merasakan darahnya mendesir bersamaan dengan wajahnya yang memanas, hatinya merasakan euphoria saat Sanemi mengatakan kalau ia tertarik padanya. Bibirnya hanya membulat seolah ia mengerti apa yang Sanemi katakan.

Akrab?

(Name) seolah pernah mendengar alasan yang sama, entah dimana. Seseorang mengatakan padanya bahwa ia ingin akrab setelah mengenalnya bertahun-tahun.

"Ne, (Name)..... apa kau percaya pada reinkarnasi?", kini giliran Sanemi yang bertanya pada (Name).

"Ha'i.... aku percaya, memangnya kenapa, sensei?" –(Name)

"Iie.... Hanya ingin tau saja..... etto, apa kau pernah bermimpi seolah kau berada di masa lalu?" –Sanemi

Seketika (Name) menunduk, menyembunyikan wajahnya yang ia yakini sudah memerah karena mengingat mimpinya.

'Aku baru mau melupakan mimpi tadi dan sekarang Sanemi-sensei malah mengingatkannya', batin (Name).

(Name) mendongakkan kepalanya perlahan lalu menghela napas.

"Pernah..... dan aku melihat seseorang dalam mimpiku...", (Name) mengerjapkan matanya dan membayangkan ia kembali ada di mimpi itu.

'Siapa? Siapa yang ada di mimpi (Name)?', batin Sanemi penasaran.

"Eumm.... Seperti apa mimpimu? Dan siapa yang kau lihat?" –Sanemi

(Name) tersenyum kecil, "Aku bermimpi aku berada di medan perang dan memegang pedang berwarna hijau, beberapa orang meneriakkan namaku karena aku tidak sadar, terlihat begitu berantakan dan berdarah dimana-mana, seseorang memangku ku di saat-saat terakhirku.....

Aku samar-samar menatap wajah pria itu, dan ia mirip Sanemi-sensei", jelas (Name) dengan senyum yang masih ada di wajahnya.

"Ah iya, belok ke kanan, sensei.... Kafenya ada disana", tunjuk (Name) pada salah satu belokan.

"O-Oke....", Sanemi masih gugup. Pikiran melayang entah kemana. Matanya menatap kafe yang ada di barisan pertokoan.

"Aku turun disini saja, sensei", menyadari keadaan yang sedikit canggung, (Name) tidak tau harus apa dan memilih turun sebelum sampai kafe.

"Kau yakin? Ini hampir sampai...." –Sanemi

"Hnn... aku mau membeli benang di toko itu" –(Name)

"Baiklah, kita sampai...", kata Sanemi memberhentikan mobilnya.

(Name) menundukkan kepalanya pada Sanemi, "Arigatou, Sanemi-sensei, atas tumpangannya dan sudah menjelaskan padaku ^^", kata (Name) sambil tersenyum pada Sanemi.

"Do-Douita.....Sampai jumpa hari Senin di sekolah, (Name)", kata Sanemi sambil mengusap rambut (Name) pelan-pelan. Menikmati kesempatan dalam kesempitan.

花は木 乙女 (Hanahaki Otome) || Sanemi Shinazugawa x Female! ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang