Part 24

1.2K 117 19
                                    

Semua yang terjadi hanyalah mimpi (namakamu) ia bermimpi Iqbaal meninggal, dan juga dirinya hamil.

***

"Sayang ayo bangun, aku kangen kamu tega banget ya kamu ngehukum aku kayak gini" ucap Iqbaal dengan air mata yang menetes pelan dan mengenai tangan (namakamu)

Iqbaal sudah benar-benar pasrah akan keadaan yang ia alami, mungkin ini karma. Pintu ruangan rawat (namakamu) di ketuk dengan segera Iqbaal bangkit dari duduknya dan membukakan pintu

Toktoktok

"Bunda, masuk Bun" ucap Iqbaal mempersilahkan bunda Rike

Bunda Rike memasuki ruangan rawat (namakamu) hatinya teriris melihat keadaan menantu kesayangannya itu. Wanita sebaik (namakamu) harus menanggung beban ini.

Iqbaal berdiri di samping bunda Rike yang menatap iba (namakamu), ia benar-benar geram dengan Zidny kalau bukan ulah Zidny semua ini tak akan terjadi.

"Le kamu udah makan nak?"

"Udah kok bun ini buktinya" ucap Iqbaal seraya menunjukkan nasi kotak di atas nakas

Bunda Rike menganggukkan kepalanya mengerti, dirinya sedih melihat keadaan anaknya yang tak terurus. Dan masalah perceraian anaknya dengan Zidny bunda Rike sangat senang.

Zidny tak menerima sepeserpun harta dari Iqbaal perusahaan cabang milik Iqbaal yang berada di Bandung sudah Iqbaal ganti atas nama dirinya tak lagi nama Zidny. Dan Iqbaal mendengar kabar dari Kipe bahwa Zidny dan Ojan pindah ke Belanda.

"Le tadi dokter sempat ngomong sama bunda, dokter bilang kalaupun (namakamu) belum sadar selama satu Minggu ini terpaksa alat yang terpasang pada tubuh
(namakamu) di lepas"

"Mungkin ini sudah jalan dari Allah le, ikhlas ya nak" lanjut bunda Rike

Iqbaal terdiam mendengar penjelasan bunda Rike
Apa-apaan dokter menyerahkan begitu saja iya?

"Ngga, jangan ada yang lepas alat yang terpasang di tubuh (namakamu). Harusnya dokter itu usaha dong bun" bantah Iqbaal ia memijit pelipisnya

Bunda Rike menggelengkan kepalanya

"Le dokter bukannya nyerah tapi kondisi (namakamu) sudah sangat kritis nak. Bahkan ia seperti mayat hidup, kita jangan menyiksa dia" ucap bunda Rike lirih

Iqbaal memeluk bunda Rike ia menangis di pelukan sang bunda dirinya benar-benar rapuh. Bunda Rike mengelus rambut Iqbaal lembut sama halnya dengan Iqbaal bunda juga merasakan kehilangan akan sosok
(namakamu).

***

Hari ini tepat 1 Minggu waktu yang dokter berikan kepada kondisi (namakamu), tak ada perubahan kondisinya bahkan tadi (namakamu) sempat Apnea atau henti nafas.

Dokter mengira (namakamu) telah tiada, namun setelah 2 menit (namakamu) kembali bernafas dengan kondisi yang masih kritis.

Dokter keluar dari ruangan rawat tersebut dan menemui Iqbaal dan bunda Rike yang berada di depan ruangan rawat.

"Permisi pak Bu"

"Gimana dokter keadaan istri saya?" Tanya Iqbaal

"Kita bahas ini di ruangan saya saja pak, mari pak Bu"

***

"Sesuai dengan kesepakatan kita Minggu lalu pak Iqbaal jadi gimana?"

"Tadi Bu (namakamu) sempat Apnea, dan kami memprediksi bahwa kecil peluang untuk bu (namakamu) kembali seperti semula" lanjut dokter

Bunda Rike meneteskan air matanya secepat inikah menantunya pergi meninggalkan dirinya.

"Lakukan yang terbaik dok saya sudah pasrah lagi pula saya tidak mau menyiksa istri saya"ucap Iqbaal sendu

Mungkin takdir dirinya memang begini ia cukup menerima dan menjalani.

Toktoktok

Pintu ruangan dokter di ketuk dan muncullah suster dengan nafas yang tak beraturan.

"Dok dok Bu (namakamu)..." Ucap suster tersebut dengan nafas tersengal-sengal akibat dirinya lari tadi

Dokter serta bunda Rike dan Iqbaal bangkit dari duduknya

"Ada apa dengan istri saya suster!" Teriak Iqbaal

"Pak Iqbaal tenang dulu pak" ucap dokter menenangkan Iqbaal

"Dok Bu (namakamu)...."








































Bersambung.....














See u next part guys
Jangan lupa vote & comment ya :)

Istri Pilihan Bunda [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang