Part 25

1.3K 126 19
                                    


Toktoktok

Pintu ruangan dokter di ketuk dan muncullah suster dengan nafas yang tak beraturan.

"Dok dok Bu (namakamu)..." Ucap suster tersebut dengan nafas tersengal-sengal akibat dirinya lari tadi

Dokter serta bunda Rike dan Iqbaal bangkit dari duduknya

"Ada apa dengan istri saya suster!" Teriak Iqbaal

"Pak Iqbaal tenang dulu pak" ucap dokter menenangkan Iqbaal

"Dok Bu (namakamu)...."

***

Iqbaal dan bunda Rike berlari menyusul dokter dan juga suster menuju ke ruangan rawat (namakamu), dokter menahan Iqbaal yang hendak ikut masuk.

"Pak Iqbaal dan ibu tunggu di luar saja, kami akan berusaha semaksimal mungkin pak"

"Mohon percayakan kepada kami dan tetap berdoa pak" lanjut dokter

Iqbaal mendesah frustasi seraya mengacak-acak rambutnya sendiri, bunda Rike mengelus bahu Iqbaal memberikan kekuatan kepada anaknya.

"Sabar ya nak"

Iqbaal dengan segera meninju dinding rumah sakit hingga buku-buku jarinya berdarah. Bunda Rike segera menarik Iqbaal ke pelukannya dengan Isak tangis histeris.

"Bunda, gimana Ale hidup tanpa (namakamu)" teriak Iqbaal histeris

Para pengunjung rumah sakit menatap Iqbaal dengan iba, ada juga yang ikut meneteskan air mata. Iqbaal benar-benar terlihat rapuh dan tak berdaya.

Bunda Rike menuntun Iqbaal duduk di kursi dengan pelukan yang tak di lepas, Iqbaal benar-benar butuh pelukan bundanya.

Sampai akhirnya pintu rawat (namakamu) di buka dan menampilkan sosok dokter dengan tersenyum, melihat Iqbaal dan bunda Rike

Bunda Rike mengernyit alisnya heran "kenapa dok ada apa?"

Iqbaal segera bangkit dari duduknya dan menghampiri sang dokter yang masih tersenyum, Iqbaal mengguncangkan bahu dokter dengan geram.

"Dokter kenapa istri saya meninggal? Kok dokter senang?" Tanya Iqbaal bertubi-tubi

Dokter terkekeh " Alhamdulillah, pak Iqbaal Bu (namakamu) telah melewati masa kritisnya, kemungkinan beberapa jam lagi Bu (namakamu) akan sadar"

Bunda Rike tersenyum haru "benar dokter?"

Dokter mengangguk mengiyakan pertanyaan bunda Rike, Iqbaal sangat bahagia mendengar ucapan dari dokter.

Saking senangnya ia sampai memeluk sang dokter, Dokter hanya tersenyum.

"Kalau begitu saya permisi pak Iqbaal Bu Rike" pamit dokter

Setelah kepergian dokter Iqbaal menatap bundanya tak percaya, Iqbaal memeluk sang bunda dengan erat.

"(Namakamu) ga pergi ninggalin Ale Bun" ujar Iqbaal antusias

Bunda tersenyum haru seraya mengusap air matanya "iya Le kita bersyukur (namakamu) masih ingin bersama kita"

Iqbaal dan bunda Rike memasuki ruangan rawat (namakamu), terlihat wanita cantik itu masih setia memejamkan matanya.

Keadaannya sudah lumayan stabil, alat-alat medis yang di pasang di tubuhnya juga sudah di lepas.

Iqbaal menggenggam tangan dingin milik (namakamu) dengan tersenyum "cepat sadar ya sayang, aku rindu" bisik Iqbaal

Bunda Rike tersenyum menyaksikan anaknya yang begitu membutuhkan (namakamu)

"Feeling aku emang benar, suatu saat Iqbaal pasti akan jatuh cinta dan membutuhkan (namakamu). Lupakan Zidny ya nak"batin bunda Rike

***

Iqbaal sudah berada di rumah sakit, tepatnya di ruang rawat (namakamu). Ia sedang membaca email yang di kirimkan sekretarisnya mengenai hasil meeting kemarin.

Tanpa Iqbaal sadari (namakamu) telah sadar dari komanya, ia melihat Iqbaal yang sangat serius dengan handphonenya.

(Namakamu) memejamkan matanya lagi "dia siapa?" batin (namakamu)

Iqbaal beranjak dari duduknya, ia merasa tenggorokannya kering. Dirinya ingin membeli air mineral di kantin rumah sakit.

"Sayang aku beli minum dulu ya" pamit Iqbaal mencium kening (namakamu)

Setelah kepergian Iqbaal, (namakamu) membuka matanya lagi. Ia memegang keningnya.

"Dia siapa? Beraninya dia cium kening aku" Tanya (namakamu) pada dirinya seraya memegang keningnya

Iqbaal baru saja memasuki ruangan rawat (namakamu), terkejut melihat (namakamu) yang sedang memegang keningnya.

Dengan segera Iqbaal menghampiri (namakamu) dan menekan tombol merah yang ada di sebelah meja.

"Sayang kamu kapan sadarnya?" Tanya Iqbaal dengan antusiasnya Iqbaal mencium tangan (namakamu)

(namakamu) mengernyitkan dahinya, dan menarik tangannya yang di cium Iqbaal dengan kasar.

Iqbaal tersentak, hingga akhirnya sang dokter datang.

"Pak Iqbaal bisa keluar sebentar kami akan mengecek keadaan ibu (namakamu)"

Iqbaal menganggukkan kepalanya, sementara (namakamu) nampak bingung.






























Bersambung.....







Saran cerita baru dong
Mau Iqbaal (namakamu) lagi atau yang lain?



See u next part guys
Jangan lupa vote & comment ya :)

Istri Pilihan Bunda [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang