Enggak ada pakboy jomblo di dunia ini selain Jaemin Subetot. Betul apa betul? Apa sebaiknya kita tarik gelar pakboy dari nama Jaemin.
"Udah gue bilang, gue bukan pakboy. Gue tuh jomblo fisabilillah!" Jaemin ngotot.
"Yaudah gue halalin gimana?" celetuk Haechan.
"Maksud lu apa?" Ingin rasanya Jaemin mengobok tenggorokan Haechan.
Dunia memang sempit, sebab sejauh apapun Jeno menghindari, ada masanya Jeno skak ster tidak bisa kemana-mana ketika tiba-tiba harus berhadapan dengan Fei, kisah cintanya yang masih menggantung.
"Mau ke mana lagi?" Fei menarik lengan Jeno. Jeno menatap Jaemin Haechan seolah meminta pertolongan untuk dijauhkan dari Fei yang sebetulnya masih selalu dekat di hati Jeno. Sialnya Jaemin dan Haechan malah beringsut menjauh.
"Jangan menghindar lagi bisa gak?" Fei menatap Jeno yang masih menundukkan kepalanya.
"Setidaknya lu kasih penjelasan ke gue, jangan ghosting gini dong, Jen!" lanjut Fei.
"Oke, gue minta maaf." Cuma itu yang Jeno ucapkan.
"Abis ini lu enggak perlu menghindari gue lagi," ucap Fei. Jeno akhirnya menatap Fei. Memberanikan diri meminta penjelasan dari kalimat yang baru saja Fei ucapkan.
"Iya, lu enggak usah repot-repot pergi kalo gue datang. Lu gak usah repot-repot belok arah kalo lu liat gue. Selama ini gue tau lu ngindarin gue, Jen. Tapi gue diem aja. Gue tunggu sejauh apa lu bisa gini ke gue!" Memang salah Jeno. Jeno tidak berani memberikan keputusan untuk Fei. Masalahnya Jeno ragu untuk maju, tapi juga takut untuk mundur. Jeno menyukai Fei dengan beribu alasan, tapi Jeno memiliki ribuan alasan pula untuk menjauhi Fei. Seandainya ada selisih satu angka saja, Jeno pasti sudah memutuskan, tapi Jeno betul-betul masih bimbang. Cinta pertama Jeno kenapa harus serumit ini?
"Gue mau pindah!"
"Ke?" Reflek Jeno melotot.
"Ke Kalimantan."
"Kenapa enggak bilang?"
"Gue udah lama mau bilang. Tapi lu ke mana?" Fei mendecih.
"Oh." Jeno sekarang merutuki dirinya yang pecundang di dalam hatinya. Jeno harus melepaskan sebelum memulai.
"Jangan nangis, nanti makruh puasa lu!" Fei terkekeh.
"Maafin gue ya!" ucap Jeno, lagi. Fei menarik senyumannya.
"Good luck! Gue pamit."
"Sekarang?" Jeno kembali melotot.
"Iya. Gue sengaja mampir dulu sebelum pergi. Memastikan sesuatu, apa masih ada potongan hati milik gue di sini." Fei menatap manik mata Jeno.
Jeno masih membisu, ia tidak mau memberi harapan palsu pada Fei. Ditambah lagi Fei mau pergi, artinya mereka LDR. Sepertinya persen angka untuk alasan berpisah dengan Fei naik satu angka.
"Kita sampe sini aja, Fei." Jeno ragu-ragu menyentuh jemari Fei. "Selamat tinggal!" Jeno urung menyentuh Fei, bukan muhrim, lagi puasa, batin Jeno.
"Gue pamit!" Fei meninggalkan Jeno dengan kedutan rasa sakit di dadanya. Mungkin begitulah akhirnya kisah cinta dengan seorang Jung Jeno.
...
"Masih pemula, wajar Jen." Jaemin dan Haechan memeluk Jeno. Ada rasa kasihan, juga rasa pengen mengakak setengah mati.
....
Mengulik kisah cinta pemuda memang begitu asyik. Misalnya seperti apa yang sedang dilakukan Bu Ranti di beranda rumahnya, buka Facebook, stalking Facebook milik Wonpil Supeno si selebbook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]
Fanfiction"Enjoy your life right now, do everything that you want to do" - YoungK