22. Mohon maaf jiwa dan raga.

85 28 46
                                    

Setelah drama sungkeman yang sangat haru biru di hari raya idul fitri. Subetot sekeluarga memutuskan untuk menyambangi rumah Abah Sungjin selaku orang paling dituakan oleh pak Brian.

Dengan baju koko yang serempak berwarna putih, trio Subetot mengekor di belakang Buna dan Papanya yang berjalan beberapa langkah di depan sambil membawa rantang berisi opor ayam dan lontong untuk Umi Alief sekeluarga itu.

Minhee terlihat masih misek-misek dengan hidung yang memerah, sungkeman sama Buna dan Papa di hari raya memang paling luar biasa berkesan di hati Minhee. Melihat bagaimana kedua kakak laki-lakinya meminta maaf pada kedua orang tuanya, melihat bagaimana Jaemin dan Iqbal memeluk mereka satu persatu sambil mengucapkan kata-kata maaf dan sayang, adalah hal yang paling mengharukan bagi Minhee.

Belum lagi ketika Minhee sungkeman pada Mas dan Abangnya, sampai rasanya tidak ada kata yang mampu mereka ucapkan selain pelukan erat dari Minhee untuk mereka. Minhee sangat menyayangi Abang Iqbal dan Mas Jaemin, walaupun kenyataannya Jaemin dan Iqbal adalah dua mahluk alaihim gambreng yang paling menyebalkan di muka bumi ini.

Minhee tersenyum menatap Pak Brian dan Bu Mansha yang sekarang sedang bercanda gurau di depan, aduh senangnya pengantin lawas, batin Minhee sambil terkikik geli.

Dilihatnya Buna dan Papa bergandengan tangan erat sekali. Rona kebahagiaan terpancar dari tatapan mata keduanya.

Minhee ingin suatu saat membangun rumah tangga yang hangat seperti Buna dan Papa. Tentu saja dengan sang pujaan hati, Dean. Aamiin. Yaampun apa yang baru saja Minhee pikirkan?

Setahu Minhee, Buna dan Papa jarang bahkan hampir tidak pernah bertengkar. Tapi begitu lebaran tiba, Buna minta ampun ke Papa seolah dosanya paling besar sedunia pada sang suami. Begitu juga Papa. Papa selalu membubuhi kecupan manis di kening Buna setelah bersalaman. Ahhh, Minhee bahagia melihat itu.

"Mas sama Abang jaga sopan santun ya, Nak." Papa menatap ke belakang sebentar, melihat pada anak-anaknya yang sekarang mengangguk patuh, (Entah kalau nanti?)

"Assalamu'alaikum," ucap Mansha langsung disahuti oleh seisi rumah.

"Wa'alaikumussalam, masuk Tante." Jennie mempersilahkan kubu Subetot masuk.

"Mas, maaf lahir batin." Brian memeluk Sungjin. Sungjin menepuk punggung Brian.

"Maaf lahir batin ya Bu Alief." Mansha menjabat tangan Alief.

"Maaf lahir batin juga ya Bu Mansha." Keduanya lalu cupika cupiki.

Berlanjut pada anak-anak mereka. Iqbal dan Jennie terlihat agak canggung, tapi berkat keributan yang diciptakan Jaemin dan Wonpil suasana mencair kembali.

"Lu yang minta maaf ke gue ya kang rumpi, tenang aja bakal gue maafin semua kelakuan busuk lu ke gue!" Jaemin menjabat tangan Wonpil.

"Iya Jaemin, gue juga udah memaafkan semua kelakuan jelek lu ke gue. Mulai sekarang gue ampuni dosa lu." Wonpil tak kalah sengit.

Begitulah suasana lebaran antara kubu Subetot dan kubu Supeno.

....

Jayahalu cukup ramai siang itu, semua warga pergi bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangga.

"Kali ini lu kudu lebih rajin keliling ya, Jae! Dosa lu paling banyak sekomplek!" ucap Iqbal.

"Kayak lu enggak aja sih, Brother!"

"Jangan gelut lagi Abang, Mas. Kalian semua sama aja. Kita keliling bertiga!" Minhee melerai.

"Ya ampun males banget padahal!"

"Abang!" Jaemin dan Minhee kompak memelototi Iqbal.

"Iya iya! Ya udah anak kecil jalan duluan!" Iqbal mendorong bokong Jaemin dengan kakinya.

Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang