13. Bang Sinaga

150 33 20
                                    

"Abang enggak apa-apa kan?" Suara Minhee dari gawai Iqbal terdengar.

"Sakit banget sih hati abang, dek. Rupanya abang korban PHP doang." Iqbal menahan nafasnya sesak.

Jadi ternyata selama ini Iqbal sudah menaruh hati pada Jennie. Sayang seribu sayang, langkahnya kalah cepat dengan Bang Naga, Bujang perumahan elit sebelah, anak Sultan yang tajir melintir sampe punya Penthouse segede gambreng.

Iqbal tersenyum, ingat bagaimana kemarin ia begitu semangat mengundang Om Sungjin datang ke rumahnya. Sebetulnya itu modus untuk bertemu Jennie si pujaan hati yang baru saja berhasil membuat Iqbal jatuh cinta, tapi belum apa-apa, cintanya sudah kandas begitu saja.

Padahal Jennie yang berhasil bikin Iqbal move on dari Zara. Ahh sudahlah, bukan jodoh.

"Bah, ada Iqbal mau ngelamar Jennie." Kalimat candaan Jennie yang sempat Iqbal aminkan di hatinya lagi-lagi terngiang. Ia betul-betul ingin melamar Jennie suatu saat nanti. Iqbal fikir itu bagus juga, menyatukan dua keluarga yang memang sudah sangat dekat, papanya dan om Sungjin kan sudah seperti adik kakak, alangkah lebih baik jika Iqbal dan Jennie mengikatnya dengan pernikahan.

"Ah udahlah!" dengkus Iqbal.

"Abang yang kuat, ya..." ucap Minhee lembut.

"Minhee jangan bilang siapa-siapa loh, abang cuma cerita ke Minhee aja. Awas aja kalo bocor, apa lagi sampe Jaemin tau."

"Iya abang, ngomong-ngomong gimana acara semalem?"

"Lancar kok, Jennie juga datang." Lagi-lagi nama Jennie disebut oleh Iqbal.

"Alhamdulillah deh. Bang, Minhee kangen banget sama Buna. Buna lagi apa?"

"Lagi goleran di depan TV. Nonton Aldebaran terus."

"Ikutan sana biar enggak galau."

"Ogah amat, Buna berisik. Berfatwa mulu ngelebihin Najwa Sihab."

"Heh," hardik Minhee.

"Minhee kapan balik?"

"Lima hari lagi, Bang."

"Bagus deh, jangan lupa, bawa oleh-oleh yang banyak."

"Iyaaaa! Mau apa?"

"Serah deh. Asal jangan seblak."

"Seblak bandung enak banget tau, bang!" cerita Minhee antusias.

"Lu makan seblak mulu,Hee? Awas aja sampe rumah usus lu gepeng. Gue krispi sekalian nanti." Minhee reflek memegang perutnya. Serem juga ancaman orang galau.

"Udah ah, Minhee mau tidur. Daaahh abanggg! Jangan galau mulu." Terdengar tawa Minhee sebelum ia menutup telponnya dengan Iqbal.

Malam berlalu dengan sendu bagi Iqbal. Adik bungsunya yang akhir-akhir ini dijadikan sebagai Diary berjalan tak kunjung pulang. Jika saja Minhee di rumah, pasti sekarang Iqbal ingin tidur sekamar dengan Minhee, lalu bercerita ngalor ngidul sampai Minhee tidur.

Fikirannya terus berputar, rasanya terkejut sekali tadi sore ibu-ibu pada ngerumpi tentang bang Sinaga yang datang ke rumah Jennie dengan mobil bagusnya. Cih, padahal mobil Iqbal tak kalah bagus, tapi kenapa Jennie milih bang Sinaga ketimbang Iqbal.

Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang