14. Minhee pulang

121 31 32
                                    

"Kamu mau kemana Wonpil?" tanya Abah.

"Main, Bah. Walau bagaimanapun Wonpil ini anak muda yang juga harus merasakan nikmatnya masa muda." Wonpil cengengesan.

"Kamu kok enggak main sama Jaemin Jeno sih?"

"Enggak sesirkel, bah."

"Sikrel sikrel apa sih?" Mulut Abah Sungjin sampai typo. Sungjin mengerutkan keningnya.

"Sirkel bah sirkel. Lingkaran," jawab Wonpil sekenanya.

"Alah gayamu sok Inggris."

Wonpil mengeluarkan ponselnya, mengetik-ngetik sebentar.

"Yaudah, Wonpil enggak se-mustadirun sama Jeno Jaemin."

"Arab?" Abah melotot.

"Inggris salah, Arab salah. Dahlah bah. Jangan tanya Wonpil lagi. Cuma bisa Inggris Arab, itupun pake gugel translate."

"Subhanallah!" Sungjin nyengir.

"Dah ya bah. Sobahul khairrrr!" Wonpil mengangkat satu tangannya. "Assalamu'alaikum ya abah."

"Waalaikumsalam."

Ibu-ibu komplek Jayahalu hari ini belanja sayur berjamaah. Enggak sengaja, tapi pas kebetulan datangnya bersamaan.

"Alamat bakal lama ni di warung." Ceu Entin sumringah.

"Eh jeng ya Allah, ketemu di warung kita ya." Mansha yang duluan berbasa-basi.

"Assalamu'alaikum," di susul Alief.

"Wa'alaikumsalam."

"Minhee mau pulang Bun?" tanya Ceu Entin.

"Iya, nanti malem inshaAllah udah sampai sini," jawab Mansha sambil memilah-milih sayuran.

"Alhamdulillah, anak ganteng akhirnya pulng juga. Enggak kerasa ya sebulan enggak ada Minhee." senyum Ranti mengembang.

"Geser, buk. Mau milih cabe nih!" Salah satu ibu komplek menggeser Ranti yang sedari tadi tangannya sibuk membolak-balik cabai keriting.

.....

Matahari sudah membumbung tinggi, menerpa tubuh Jaemin dan Pak Betot yang sengaja duduk berjemur di muka rumah. Sementata perut mereka berdua sebetulnya sudah kelaparan, tapi Buna tak juga pulang dari warung Ceu Entin. Pasti asik ngerumpi, batin Brian Subetot.

Kata Papa, Jaemin pucet, akibat kurang sinar matahari, jadi Papa ngajak Jaemin berjemur. Padahal bukan pucet, Pa. Jaemin lagi coba pake produk skinker, bukannya glowing malah jadi pucet, Jaemin juga enggak tau apa yang salah. Jadi Jaemin memutuskan untuk membuang skinker itu, takutnya abal-abal. Sayang dong muka mulus Jaemin kalau sampai rusak karena krim bodong itu.

"Papa liat Mas udah balik main sama Jeno Ecan lagi ya. Papa seneng akhirnya kalian akur lagi." Brian menatap sang anak yang menyandarkan kepala di punggung kursi.

"Alhamdulillah, semua cuma salah paham aja, Pa. Salah Jaemin juga terlalu egois." Jaemin menyeruput teh manis yang tadinya panas, sekarang sudah dingin.

Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang