11. Berangkat

172 34 17
                                    

Halooo, Akhirnya Subetot and fams kembali lagi. Rindu tidak ditinggal Jaemin, Iqbal dan Minhee beberapa minggu?

Kakak-kakak dapet salam dari pak Betot dan Jaemin, semangat menjalani hari yang penuh dengan rebahan ya semuanya! Hehe.

Kakak-kakak dapet salam dari pak Betot dan Jaemin, semangat menjalani hari yang penuh dengan rebahan ya semuanya! Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang dinanti Minhee akhirnya datang. Minhee senyum penuh kebahagiaan menatap bandara yang sebentar lagi mengantarnya berkeliling Indonesia.

"Buna, Minhee berangkat ya, jangan nangis loh." Minhee memeluk Buna.

"Minhee jaga diri baik-baik, ya. Kalo ada apa-apa kabarin abang," sahut Iqbal. Ia tampak menahan air mata yang sudah mau ngocor dengan deras. Bibirnya sudah bergetar-getar.

"Abang juga, jangan berantem mulu sama Mas Jaemin." Minhee beralih menyalami tangan Bang Iqbal.

"Sejak kapan gue sama Bang Iqbal akur? Cih tidak akan mungkin." Jaemin berdecih sambil mencebik Iqbal.

"Ya semoga aja pas Minhee enggak di rumah, abang sama mas pada saling membutuhkan satu sama lain." Minhee terkekeh.

"Udah deh, sana lu berangkat dek. Malah halu." Jaemin mengulurkan tangannya ingin disalimi sang adik.

"Iya, Minhee berangkat ya." Minhee tersenyum. "Papa, Minhee berangkat." Minhee mengerucutkan bibirnya. Kemudian memeluk Brian.

"Jangan nakal di sana ya, ibadahnya jangan ketinggalan," pesan Brian.

Minhee mengangguk. Kemudian segera berjalan menuju rombongannya. Iqbal masih melambai-lambaikan tangannya pada Minhee. Berat rasa hatinya. Padahal Buna dan Papa saja sangat tegar.

"Malah mewek si Abang." Jaemin memiting leher Iqbal. Menariknya untuk kembali ke mobil. Setelah mengantar Minhee dan memastikan pesawat rombongan Minhee lepas landas, keluarga Subetot pulang. Tentu saja dengan harapan agar si Bungsu selamat sampai tujuan. Aamiin.

"Sebentar lagi abang yang pergi, bahkan lebih lama." Mansha duduk di samping Iqbal. Iqbal langsung menyenderkan kepalanya pada Mansha. Tangannya masih asik memencet tombol pada stik gamenya.

"Jangan sedih Buna. Masih ada Minul sama Zaemin." Iqbal terkekeh.

"Iya sih, tapi kan abang doang yang lebih bisa ngertiin Buna."

"Jaemin juga bisa, Bun. Minhee juga bisa. Belum saatnya aja." Iqbal mem-pause permainannya. Ia fokus pada Buna yang sepertinya mau curhat.

"Semoga deh ya, Bang. Semoga setelah kamu nanti kuliah di Amerika, Jaemin enggak ngawur lagi."

"Tapi Jaemin aslinya anak baik kok Bun."

"Iya, Buna juga tau, Bang. Dia kayak gitu ya emang karena gabut aja kali ya. Aslinya dia anak baik hati loh. Kemaren aja dia mau bantuin bawain belanjaan Tante Ranti."

Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang