Jaemin membuka penutup kaleng minumannya, gerahnya siang ini paling cocok ditemani minuman segar dingin kesukaan Jaemin. "Ngapa sih Jen gak bawa mobil? Jadi susah deh kita gerak kemana-mana."
"Lah? Lu juga ngapa gak bawa motor?" Jeno membalik pertanyaan Jaemin.
"Bikos gue mau nabung," Jawab Jaemin.
"Sama gue juga," Saut Jeno.
"Loh kalian nabung?" Ecan anak Bu Paula kaget.
"Iyalah. Niat gue udah bulet banget, Can." Jeno anak Bu Pipit merasa sangat antusias dan optimis.
"Gue juga!" Jaemin Ikut-ikutan.
"Kalian yakin?" Tanya si Software Patrick.
"Apapun itu harus dimulai terlebih dahulu, wahay anak muda. Baru kau tau seperti apa hasilnya, tidak akan ada perubahan sebelum kita memulai. Hanya perlu memulai untuk menjadi hebat." Jaemin mengangkat kaleng minumannya. Jaemin bijak siang ini, sebetulnya itu quotes andalan bang Iqbal.
"Sendiko dawu kanjeng, Emin!" Ecan sungkem sama Jaemin.
"Tapi ngomong-ngomong, uang jajan gue malah berkurang gara-gara minta dianter Ayah. Mau nabung apa kalo gini?"
"Sama gue juga. Buna bilang gue gak butuh uang bensin. Jadi uang jajan gue malah dipotong. Rugi banget." Jaemin merebahkan kepalanya di meja. Ibu-ibu perhitungan sekali, terutama ibu Mansha Subetot.
"Tenang aja, nanti gue minta pak Baim. Orang lain aja dikasih, apa lagi gue, anaknya sendiri." Ecan tersenyum puas.
"Lah iya bener."
Untuk apa mereka nabung?
●○●○●○●○
"Umi, Jennie boleh main ke Piladelpia, gak?"
"Eh astagfirullah! Itu dimana, Jen? Jauh? Umi gak punya uang!" Alief yang lagi baca koran langsung kaget.
"Hehe, deket Mik. Itu Pinggir Jalan Depan Lapak Bakpia."
"Alah gaya! Bilang aja Pasar Senen."
"Boleh?" Jennie pasang senyum paling lebar.
"Sekalian umik nitip sayur kalo gitu."
"Nanti malem." Jennie senyum ragu-ragu. Alief tahu betul kegiatan apa yang dilakukan muda-mudi seumur Jennie di sana. Kalau tidak balap liar, ya kencan buta. Astagfirullah, baru bayangin Umik sudah pengen tayamum.
"Kamu mau gelut sama Abah lagi?"
"Mik, cuma sekali aja." Jennie memelas.
"La! Sekali Umik bilang La! Tetap La sampai kapanpun."
"Mik, Jennie gak ngapa-ngapain. Cuma pengen tau aja." Nada bicara Jennie mulai keras.
"Istighfar, sayang. Itu bukan tempat yang baik! Pokoknya enggak! Jangan sampe umik bilang ke Abah biar kamu dinikahin aja sekalian sama si Cokro kalo nakal gitu." Cokro siapa, Alief juga tidak tahu. Yang penting Jennie mau nurut.
"Gak nurut sama orang tua sama aja berdosa, menebus dosa itu dimana, Jen?" Tanya Alief.
"Sebel!" Jennie meninggalkan Alief dengan kesal.
Seperti biasa, kalo lagi kesel, Jennie Putri Supeno pasti bakal lari ke indoapril atau alfamei untuk sekedar numpang ngadem. Serem kalo udah debat sama umi. Ujung-ujungnya di ancam masuk neraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]
Fanfiction"Enjoy your life right now, do everything that you want to do" - YoungK