"Kalian berdua! Ikut ibuk ke ruang BK!" Bu Guru berbadan gemuk itu kelihatan akan marah besar.
●○●○●○●○
"Minhee gak sekolah apa ya?" Mansha keheranan karena sudah sesiang ini tapi bungsunya tak juga keluar dari kamar.
"Gak tau, Bun. Tapi harusnya sekolah. Orang gak ada hari libur. Jangan-jangan tu anak ketiduran." Iqbal sudah bangun dari kursinya bermaksud menjemput Minhee.
"Bang?" Panggil Papa.
"Iya, pa?"
"Biar Papa aja." Brian kemudian menghampiri Minhee di kamar. Semalam Mansha sudah bercerita jika Minhee seperti lagi ada masalah. Brian mau memastikan apakah anaknya baik-baik saja? Atau ada sesuatu yang mengganggu pikiran si Bungsu. Minhee tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
"Hi?" Panggil Brian lembut.
"Buka pintunya, Hi." Brian mengetuk pintu kamar Minhee. Pagi-pagi, tapi tumben pintu kamar Minhee terkunci.
"Hi? Ini Papa."
Pintu mulai terbuka perlahan, nampak Minhee yang menunduk di depan Pak Subetot.
"Hi?" Brian mendekati anaknya.
"Anak papa kenapa?" Brian kaget. Anaknya sedang menangis. Minhee semerta-merta memeluk Papanya. Ia menangis terisak tanpa suara.
Brian menepuk Minhee. Berusaha menenangkan anaknya yang terus menangis tanpa mampu menjawab pertanyaannya.
"Gak mau bilang sama Papa ini Minhee kenapa?" Perlahan Minhee melepas pelukannya.
"Pa, maafin....Minhee." Ucap Minhee terbata-bata.
"Papa enggak ngerasa Minhee salah." Jawab Brian.
"Papa jangan marah, ya!" Minhee memberanikan diri menatap Brian. Brian mengangguk sambil tersenyum. Meyakinkan Minhee bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Papa jangan bilang sama Buna. Minhee takut Buna kecewa sama Minhee." Minhee menyodorkan kertas lusuh dari kantung seragamnya ke tangan Brian. Minhee menunduk takut.
"Surat panggilan?" Brian membaca judul surat dari Minhee.
"Minhee ngapain di sekolah?" Suara Brian sudah agak ditekan. Masih mencoba sabar dan masih ingin mendengar penjelasan anaknya.
"Minhee gak gitu, Pa. Semua orang salah paham."
"Jelasin!" Tegas Brian.
Minhee mulai bercerita, dari mulai Dean terkunci sampai dipanggil ke ruang BK.
Bu Guru BK meminta Minhee memanggil orang tua Minhee untuk konseling. Padahal Minhee sudah bersikukuh bahwa semua itu cuma salah faham.
"Bu gurunya gak percaya sama kita, Pa. Jadi minta orang tua kita dateng. Minhee takut kasih surat itu ke Papa atau Buna." Minhee mulai sedikit tenang. Akhirnya dia berani bercerita pada Papa.
"Hi, masalah itu harus dihadapi. Jangan takut kalo memang Minhee gak salah. Ya, nak?" Brian mengusap bahu Minhee.
"Iya, maaf pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asibuka! [Squel of Keluarga Subetot]
Fanfiction"Enjoy your life right now, do everything that you want to do" - YoungK