RaKan || Part 9

980 60 4
                                    

"Lebih baik jadi diri sendiri walau tak dianggap, dari pada jadi orang lain tapi kita tak bahagia."

-----

Kini Ara sedang merenung di dalam kamarnya, memang sejak sepulang sekolah Ara sengaja untuk mengurung dirinya di kamar. Kata-kata yang di ucapkan—Nathan—Kakak kelasnya waktu itu terus terngiang di otaknya bak kaset rusak.

"Akhh!"

"Hiks ... Bang, gue kangen lo."

"Bang jangan lari lo! Gilang, lo juga jangan ikut-ikutan ihhh."

"Sini dong kejar Abang."

"Kakaknya aja yang larinya lambat."

Kedua orang tersebut langsung tertawa kemenangan sembari bertos ria.

"Mamah, Abang sama Gilang tuh!"

"Ngaduan lo. Nggak seru."

"Abang. Adeknya jangan dijahilin, Gilang juga. Jangan jahil sama Kakaknya," pekik Hani saat mendengar pekikkan anak perempuannya.

"Gilang nggak jahil Bund, Kakaknya aja yang baperan."

"Heh! Enak aja bilang gue baperan."

"Emang iya 'kan? Ratu baperan ... Ratu baperan."

"ABANG! GILANG!"

"Hadir sayang hahaha ...." lagi. Raja dan Gilang langsung menyemburkan tawa senangnya.

"Gue bener-bener kangen lo, Bang." tangan Ara bergerak mengambil frame foto Raja yang memang sengaja ia letakkan di meja belajarnya.

Kedua orang berbeda jenis kelamin itu sedang bersantai ria di ruang televisi.

"Tu."

"Hmm."

"Tu."

"Apa?"

"Ratu!"

"Ck! Apa sih Bang?!" geram Ara saat Raja memanggilnya berkali-kali.

"Santai dong," jawabnya sembari menahan tawa saat melihat wajah kesal Adek perempuannya itu.

"Yaudah apa? Abang mau ngomong apa sih?"

"Abang mau ngomong serius Tu." memdengar nada suara Abangnya yang terkesan serius, Ara langsung mengalihkan pandangannya.

"Kalau Abang pergi jauh dari kalian, Abang nitip Mamah, Papah, Gilang sama Kamu yah. Abang tau walaupun kamu cewek, tapi Abang percaya kalau kamu bisa jaga mereka."

Ara terkekeh pelan. "Apaan sih Bang, pergi jauh, pergi jauh. Biasanya juga Abang pergi jauh tuh," jawab Ara.

Raja menyentil dahi Ara gemas. "Nggak gitu konsepnya dodol," ucap Raja geram.

"Lah, terus gimana? Udah ah, Ara mau tidur. Ngantuk, good night."

Andai saja Ara bisa mengetahui maksud dari kata-kata Abangnya waktu itu, pasti Ara tidak akan kehilangan Raja untuk selamanya.

RaKan[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang