"Kesalahan terbesar yang dibuat manusia dalam kehidupannya adalah terus-menerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan."
—Elbert Hubbad
-----
Huh, melelahkan sekali hari ini. Setelah berperang dengan alat dan bahan dapur, kini waktunya Ara memanggil para seniornya itu.
"Makanannya udah siap, kalian ambil aja di dapur gih," ucap Ara yang tiba-tiba muncul dari arah dapur. Sedangkan Nathan dan Doni yang tadinya sedang berjoget di depan kamera itu seketika tergelonjak kaget.
"Eh, ayam mati hidup!"
"Rosa sayang! Rosa sayang!"
Mereka berdua mendelik sebal kearah Ara, sedangkan Ara, Farel, dan Gibran sudah tertawa terpingkal-pingkal karena mereka yang jatuh bertindihan.
"Rosa siapa tuh Kak?" goda Ara saat Nathan yang berceletuk nama Rosa.
Nathan mendegus kesal tak mengindahkan ucapan Ara, ia malah mendorong Doni yang berada tepat di atasnya. "Minggir! Badan lo berat kayak gajah!"
Doni memelototkan matanya kesal. Enak aja badan bagus gini dibilang kayak gajah. "Heh! Kalau ma—"
"Berisik! Makan sana." seketika Doni tersadar lalu dirinya langsung melesat menuju dapur kala mendengar kata makan.
"Kalian enggak?" mereka—Nathan, Farel, Gibran, dan Rama—segera menuju ke dapur. Sedangkan Arkan masih nyaman dengan posisinya sekarang.
"Lo enggak makan?"
"Nanti."
Ara mengangguk, ia melangkah untuk mendudukkan badannya di samping Arkan.
"Gue mau tanya," celetuk Ara yang memecahkan keheningan.
Arkan menaikkan alisnya bingung, detik berikutnya ia mengangguk tanda membolehkan Ara bertanya padanya.
"Gue bol—"
"Woy ... bos! Sini makan. Gue habisin mampus lo, mana nih masakan dedek gemes gue enak banget lagi." suara Ara terpotong karena teriakan Doni. Tak mau mendengar suara melengking milik sahabatnya lagi, Arkan pun dengan segera menuju ke arah para sahabatnya berada. Selain itu dirinya pun kebetulan sudah lapar.
Sedangkan Ara menghembuskan napas pasrah. Mungkin ini bukan waktu yang pas. Pikirnya. Dia segera menyusul Kakak kelasnya itu.
-----
"Sekarang jelasin. Kenapa dedek gemes gue ada di sini?!" kini mereka kembali berada di ruang tamu, setelah tadi memberi makan cacing yang berada di perut mereka.
Karena niat mereka ke apartemen Arkan yaitu untuk mengejutkan, namun yang mereka dapat malah mereka yang dikejutkan. Ditambah lagi Arkan dan Ara yang keluar dari kamar yang sama. Gimana nggak curiga coba?
"Intinya gue sama Arkan nggak seperti di pikiran kalian. Titik!" jawab Ara cepat.
"Lah, emang kita mikirin apa?" tanya Doni polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaKan[On Going]
Teen Fiction⚠️17+⚠️ . . [Mengandung kekerasan, bahasa kasar, dan adegan yang tidak layak ditiru] . . Kehidupan Ara yang semula aman, nyaman dan tentram kini mulai berubah 180° semenjak ia memasuki masa SMA. Karena ketidakwaspadaannya itu, ia harus berurusan den...