"Kerendahan hati merupakan ruang tunggu bagi kesempurnaan."
-----
Pagi ini Hani yang notabelnya Mamah Ara sudah mencak-mencak tidak jelas karena membangunkan anak gadisnya yang satu ini. Kadang dia heran, dulu sewaktu hamil dia nyidam apaan.
Dor! Dor! Dor!
"ARA BANGUN KAMU! ANAK GADIS KOK BANGUNNYA HARUS DIBANGUNIN MULU SIH!"
"ARA BANGUN! MAU UANG JAJAN KAMU MAMAH POTONG HAH!"
Sedangkan manusia yang berada di dalam kamar kini malah sedang asik menyelami alam mimpinya tanpa terganggu sedikitpun.
Dor! Dor! Dor!
"ARA!"
"Ini anak kebonya keterlaluan yah," kesal Hani sembari mencoba membuka engsel pintu kamar Ara.
Ceklek!
"Lah? Nggak dikunci? Ck, dasar anak satu ini." Hani dibuat geleng-geleng kepala saat melihat Ara yang masih pulas tertidur di atas ranjangnya.
Mamah 2 anak itu menarik napasnya panjang. "AIRA PUTRI RATULIA BANGUN. ATAU NOVEL KOLEKSI KAMU MAMAH BAKAR!"
Gedubrak!
"ADAW ... JANGAN MAMAH!" pekik Ara sembari mencoba berdiri.
Hani menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan tingkah putrinya ini. "Cepet mandi. Lima menit jam tujuh," ucap Hani, kemudian dia langsung melenggang meninggalkan kamar putrinya itu.
"Uhhh ... sakit banget nih pantat gue, untung Mamah gue. Eh! Tadi Mamah bilang jam berapa?" guman Ara sedikit linglung. "HUAA ... TELAT SUDAH INI!" pekiknya.
Sangkin terburu-buru dan efek baru bangun, Ara sampai menabrak tembok saat akan ke toilet. "Aduhh ... ini tembok kenapa di sini hah!"
"ARA CEPET. NGGAK USAH NGOMEL-NGOMEL SAMA TEMBOK!"
"IYA MAH ... IYA!" pekik Ara heran. Mamahnya cenayang yah? Kok tahu kalau dirinya lagi ngomelin tembok, ahh—bodo amat yang penting sekarang dia harus ke sekolah tanpa telat.
Dengan cepat Ara hanya mencuci muka dan menggosok giginya saja. Cukup 3 menit Ara menyelesaikan mandi tak mandinya. "Parfum yang tahan lama mana sih." keluar dari kamar mandi Ara langsung mencari parfum agar badannya tidak terlalu bau. Untung saja semalam dirinya sudah menyiapkan seragamnya di walk in closet.
"MAMAH ARA BERANGKAT DULU!"
"SARAPAN DULU RA!"
Ara melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam 07:24 ternyata. "ENGGAK MAH, NANTI ARA TAMBAH TELAT!"
"HATI-HATI BAWA MOTORNYA!" Ara mengangguk dan mengacungkan jempolnya. "Siap Mah!" Hani menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
-----
Sedangkan di sisi lain, seorang pemuda masih meringkuk di atas kasurnya. "Eughh ...." matanya mengerjap pelan saat dengan lancang sinar matahari menyilaukan pandangannya.
"Shtt ...." pemuda tersebut mengerang pelan saat dia sedikit bergerak. "Shit!" umpatnya kesal, luka sobekan di bahunya kini malah terasa nyeri. Padahal waktu diobati dirinya malah tak terasa sakit.
Merasa tenggorokkannya kering, dia berniat untuk mengambil minuman yang memang sengaja ia letakkan di atas nakas sebelum tidur. Namun lagi dan lagi bahunya terasa nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaKan[On Going]
Teen Fiction⚠️17+⚠️ . . [Mengandung kekerasan, bahasa kasar, dan adegan yang tidak layak ditiru] . . Kehidupan Ara yang semula aman, nyaman dan tentram kini mulai berubah 180° semenjak ia memasuki masa SMA. Karena ketidakwaspadaannya itu, ia harus berurusan den...