Sebuah kisah dari kegiatan kecil yang telah kita lakukan akan menjadi sejarah dalam kehidupan, menjadi kenangan manis dan pahitnya kehidupan yang telah terlewati dengan cepat dan lembut seperti sutra. Begitu pula dengan kehidupan Sangwon dengan identitas barunya sebagai Yang Jungwon, kehidupan yang katanya telah ia lupakan karena sebuah insiden. Pemuda itu telah banyak menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru untuknya, tanpa tekhnologi yang terlalu canggih hingga memadati bumi seolah bumi terbuat dari besi dan lapisan kaca.
Dia mulai bersekolah bersama Heeseung di sebuah sekolah SMA yang tak terlalu jauh dari rumah Sangwon oh atau kita sebut saja Jungwon. Keduanya selalu berangkat bersama, menaiki sepeda berboncengan, terkadang Heeseung terlalu semangat mengkayuh sepedanya hingga pernah suatu saat kayuh sepeda itu sampai terlepas dan membuat beberapa kakak kelas yang berada di jalur yang sama tertawa.
Seperti saat ini, kejadian itu kembali terulang, kayuh sepeda bagian kiri terlepas, Jungwon berhasil menyelamatkan dirinya sendiri dengan melompat, sedangkan Heeseung masuk ke sawah dengan tak estetiknya, baju Heeseung penuh lumpur, dengan kesal pemuda bermata biru itu berusaha bangkit dan menahan malu, syukurlah tidak ada orang yang lewat, setidaknya dia tak terlalu malu.
Jungwon terbahak, begitu pula beberapa teman yang juga seperjalanan yang baru saja melewati mereka. "Heeseung, apa kau ingin menjadi badak? Kau sudah langganan mandi lumpur sawah!" ujar Jungwon yang menuruni sawah dengan hati-hati, ia membantu Heeseung dan menarik sepeda mereka ke atas. "Hey, ini salah sepedanya, aku sudah bilang kan saat itu ada yang tak beres dengan kayuhnya. Tapi kau ngotot memilih yang ini!" Jungwon mencebik, mereka menuntun sepeda itu bersama-sama.
Hari terasa indah walau mereka baru saja mendapatkan kejadian yang memalukan, tepatnya hanya Heeseung yang merasa malu. Berjalan pelan berdua melewati jalanan panjang beraspal dengan sisi kanan kiri adalah sawah yang hijau, angin menerpa lembut setiap anak rambut, menyapu helaian daun yang tergeletak di aspal jalan, juga burung-burung yang berkicau senang. Jungwon menikmati semua kesegaran itu, kesegaran yang sebelumnya tak pernah ia rasakan di kehidupannya yang lain.
Di lain sisi, Heeseung mencuri-curi lihat paras Jungwon yang manis, dengan rambutnya yang terkibas indah seolah melihat tokoh utama dari serial pangeran peri. "Kenapa Heeseung melihatku seperti itu?" Jungwon menatap Heeseung hingga pemuda itu salah tingkah dan pura-pura terbatuk. "Tidak ada apa-apa, aku hanya mengingat tingkahmu sebelum tragedi itu terjadi!"
Jungwon menghembuskan nafas berat, ia sungguh penasaran sebenarnya dengan tragedi apa yang terjadi sampai pemuda bernama Jungwon yang ia tempati saat ini koma. Sangwon juga jengah untuk terus bertanya pada orangtuanya dan Heeseung, mereka selalu saja mengucapkan 'Biarkan itu berlalu, kau tak perlu mengingatnya'
"Oh lihatlah~ tuan muda Jungwon, kau termenung kembali, jangan sering termenung atau kau mau kerasukan?" Heeseung mengatakannya dengan menirukan pak tua pelayan kerajaan seperti di film barat. "Tuan Heeseung, bagaimana saya tak termenung jika tidak kunjung mendapatkan jawaban dari banyak pertanyaan yang berputar di otakku?" lalu mereka terbahak bersama karena menurut mereka nada itu sangatlah lucu.
Jungwon menatap lurus ke depan, melihat jalanan lapang dengan banyaknya rerumputan di bahu jalan. "Sebelum insiden entah apa itu, bagaimana sifatku?" Heeseung menatap Jungwon sejenak, kemudian kembali menatap jalanan di depannya. "Cengeng, dan suka memendam masalah seorang diri, dan yang paling membuat repot adalah kau suka overthinking, kau selalu membuat masalah kecil seolah itu adalah masalah yang besar, terkadang cerewet, tapi juga perhatian, walaupun perhatian, sesungguhnya kau sama sekali tidak peka!"
Mendengar jawaban itu, Jungwon mengangguk-angguk, "Cukup rumit!" Heeseung mengernyitkan dahi, "Aku akan mengubah sikap itu! Lihat saja nanti!" jawab Sangwon. "Ya, baiklah, terserah saja!"
Hari semakin malam, lantai atas rumah klasik milik tuan Yang masih terlihat menyala, tepatnya hanya lampu kamar milik Yang Jungwon. Pemuda bermata kucing itu masih setia menghabiskan berlembar-lembar halaman buku novel keluaran terbaru yang ia dapatkan dari Heeseung sore ini. Rasanya menyenangkan, membaca banyak buku romansa yang memabukkan, atau dunia hayalan seperti cerita-cerita fiksi.
Bacaan dijamannya sebelum hal mengerikan itu cukup monoton, hanya ada buku-buku digital berisi edukasi dan perkembangan teknologi. Hal-hal fiksi telah lama dihilangkan guna mengurangi hayalan bodoh yang membuat para anak sekolah mengabaikan pengembangan ilmu teknologi, sungguh~ mereka nampak seperti robot yang dikendalikan penuh tanpa bisa bebas seperti tahun-tahun sebelum 2100.
"Ah menyebalkan, kenapa pasangan ini malah menikah dengan orang lain? Penulisnya sungguh menjengkelkan!" keluh Jungwon, ia tidak terima karakter utamanya malah tidak berjodoh dengan karakter wanita yang sedari awal telah diperjuangkan hingga bertahun-tahun.
Sangwon, ah tidak, maksudku Jungwon menutup buku tersebut yang kemudian mendudukkan diri di ranjang miliknya sembari menghadap kaca. Ia mendesau, wajahnya terlihat berbeda tak terlalu mirip dengannya di tahun 2816. "Apakah ini adalah kesempatan keduaku untuk hidup, layaknya doaku yang menginginkan kehidupan baru dari keluarga dan orang-orang baru?"
Jungwon bermonolog, ia tersenyum tipis melihat rupanya yang baru, "Entah apa yang terjadi padamu Yang Jungwon, ijinkan aku menjaga ragamu, ku pastikan raga ini akan selalu baik-baik saja!" gumamnya sembari melirik pigura foto kelulusan masa SMP milik Yang Jungwon, pigura dengan balutan ukiran bercat keperakan dan terdapat ukiran-ukiran liukan cobra, terpajang apik pada tembok dekat pintu kamar.
"Terima kasih telah memberikanku kesempatan hidup yang kedua, Tuhan! Aku akan menjaga hidup baruku dan akan bertindak lebih tegas, setidaknya aku memiliki banyak orang baik yang menyayangiku di sini!" dia melemparkan diri pada empuknya kasur. Mata seruncing kucing itu menatap langit-langit kamar yang hanya terhias satu lampu, sungguh sebuah pemandangan berbeda dari kamarnya terdahulu yang dipenuhi lampu-lampu tersusun seperti galaxy.
Jungwon menumpukan kepalanya pada kedua tangannya, "Di sini menyenangkan, walau tidak ada teknologi yang secanggih Enverse 2816, andaikan orang-orang di Enverse tidak kaku, pasti kehidupan 2816 akan cerah dan menyenangkan seperti di sini." perlahan-lahan kelopak mata indah itu mulai terpejam.
Dengan senyuman yang merekah indah mengarungi alam mimpi yang mulai berdatangan menemani raganya yang tengah istirahat dari lelahnya kehidupan yang tak berujung ini. Lee Sangwon, telah menetapkan dan memantabkan diri bahwa ia akan selalu bersama keluarga barunya alih-alih berdoa meminta kembali pada kehidupan lamanya.
Perjalanan baru ini telah dimulai, menorehkan bermacam warna tinta pada lembar buku yang kosong, menggantikan coretan-coretan hitam pada halaman sebelumnya yang telah robek dan rusak.
Mei, 22-2024
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorabilia [JayWon] Jay X Jungwon
Roman pour AdolescentsLee Sangwon, pemuda lugu ini begitu terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba bangun ditempat yang asing, ia sangat ketakutan saat mendapati orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal tersenyum padanya. Mereka tak pernah memanggilnya Sangwon, justru...