Waktu bergulir begitu cepat, menghempaskan setiap cerita kehidupan yang berjalan beriringan antara setiap individu. Telah hampir dua bulan lamanya kegelisahan Jongseong telah mereda, menyisakan kurangnya semangat hidup yang kini terkesan lebih dingin dari biasanya.
Ruang lingkupnya mengecil, hanya memberikan keterbukaan pada Jungwon dan Heeseung tiap-tiap ingin menikmati libur maupun masa-masa di sekolah. Ketiga orang itu teramat sulit untuk diusik, terutama Heeseung yang semakin waspada dengan orang-orang dilingkup sekolahnya itu, dia bahkan tak lagi menunjukkan sikap cerianya layaknya awal pindah, dia hanya menanggapi sapaan teramat biasa seolah asing antar satu sama lain.
Jungwon maupun Heeseung telah kembali menempati kediaman keluarga Yang. Namun, Jongseong selalu saja memaksa untuk berangkat sekolah bersama menggunakan mobil kapasitas besar bermerk Hyundai sampai-sampai para murid menjadi heboh kala pertama kali melihat Jungwon dan Heeseung turun bersama Jongseong sehabis liburan sekolah lalu.
Tetapi, sebenarnya telah lama heboh atas kedekatan Jungwon dan Jongseong ketika tuan muda konglomerat itu malah menanggapi santai sapaan Jungwon, sedangkan pada lainnya malah angkuh tak terusik. Telah lama para murid itu bertanya-tanya bagaimana si tuan konglomerat bisa sedekat itu dengan keluarga kelas menengah seperti Jungwon dan Heeseung.
Bahkan pada saat ini, pun mereka tetap menjadi perhatian. Heeseung mengdesau, teramat bosan dengan tatapan para murid yang menurunkan selera makannya. "Apa leher mereka tak kaku menengok kita selama itu?" gerutu Heeseung, "Gila!" lanjutnya, tangannya menyahut sebotol air mineral untuk diteguk, mengabaikan Jungwon yang menggeleng-geleng tak peduli dengan orang di sekitarnya.
"Seung, apa kau tahu anak yang duduk di sebelah Kyungmin?" alis Heeseung bertaut, menanyakan kelanjutan maksud Jongseong mengenai sosok yang dibicarakan, "Oh, si pendiam aneh itu?" Jongseong mengangguk, sedangkan Jungwon hanya mendengarkan saja untuk menumpas penasaran.
Jongseong memajukan badannya, menurunkan tingkat suara hingga terdengar seperti bisikan untuk ketiganya. "Tingkahnya aneh" lagi dan lagi, Jongseong membuat kalimatnya tergantung, "Kau tak sadar dia memerhatikan kita setiap pembelajaran dimulai? Dan... Aneh menurutku, dia mengikuti Jungwon saat ingin mengembalikan peralatan olahraga tempo hari"
Jongseong mendesau, pemikirannya berkecamuk dengan sikap aneh sosok yang dibicarakan karena ia teramat risih, "Kau yakin, dia mengikuti Jungwon?" Jongseong menatap mata rusa itu teramat dalam. "Seingatku dia ijin untuk ke toilet, di dekat kelas sebelah ada toilet, lalu kenapa dia menuju lapangan dan mengekori Jungwon? Terlihat amat jelas untukku karena aku duduk sebelah cendela!"
Heeseung kini merenung, bahkan dia tak kenal sedikitpun dengan anak itu, pun dia juga tak pernah melihat Jungwon berinteraksi dengan sosok itu bahkan sebelum insiden mengerikan itu. "Sudahlah, kita pikirkan nanti, besok Euijoo dan Xiang Xiang sudah mulai masuk di sekolah ini, dan juga adik Fuma juga akan pindah di sekolah ini!" Heeseung seolah memberikan sebuah kode pada Jongseong untuk membahas masalah itu tanpa melibatkan Jungwon.
Fuma menepati janjinya untuk menyertakan Euijoo dan Xiang Xiang agar pergerakan mereka lebih aman, bahkan juga menyuruh adiknya turut serta mengawasi di sana. "Fuma? Oh dia yang bertamu setelah kita pulang dari Macau?" Jungwon menyahuti, mengingat sosok tinggi dengan wajah manis namun memiliki tubuh kekar yang agak sangar. "Ya, kau pasti lupa jika dahulu sangat suka sekali bermain dengan adik Fuma di rumah sakit!"
Tiba-tiba mata Heeseung membola, mengulum bibir karena tak sengaja sedikit memberikan ingatan lama. "Rumah Sakit?" beo Jungwon, sedangkan Heeseung seolah berpura-pura fokus pada makanannya sembali menormalkan nada bicara. "Kau lupa? Yuma pernah sakit demam berdarah sama sepertimu, dan kalian satu ruangan saat itu!" Jungwon hanya mengangguk saja, toh dipaksa bagaimanapun dia tetap tidak akan mendapatkan ingatan itu karena memang bukan dirinya yang menempati raga ini dahulu.
"Jadi namanya Yuma..." Jungwon hanya berusaha menghafal namanya agar tak terlalu canggung saat bertemu nantinya. Selain itu, Heeseung tak sepenuhnya berbohong mengenai perjumpaan awal Jungwon dan adik Fuma itu. "Ku harap kau bisa kembali berteman dengannya, dan lebih baik jangan terlalu terbuka dengan murid lainnya kecuali Yuma nantinya, Jungwon!"
Heeseung memperingati, Jungwon menanggapi dengan malas akan hal itu, "Pernahkan kau melihatku berbaur dengan manusia-manusia pengusik itu, wahai Lee Heeseung?" Heeseung hanya tersenyum melihat kelucuan Jungwon saat marah, baginya Jungwon tetap adiknya yang selalu menggemaskan bahkan ketika usianya terus bergulir menyandang kata dewasa.
"Aku hanya khawatir padamu, Jungwon!" ujar Heeseung lembut, pandangannya teduh serta senyumnya terus terpatri indah mendukung paras tampannya.
Jongseong menyelesaikan makannya terlebih dahulu, duduk menyilangkan kaki dan sedikit bermain dengan poselnya yang bahkan baru saja ia ganti dengan keluaran terbaru. "Sunghoon akan berkunjung, dia mengajak kita makan malam di Railgun!" Jungwon nampak berbinar, "Nicholas ikut juga?" Jongseong menggeleng akan hal itu, Nicholas terlalu sibuk dengan ambisinya untuk lomba Wushu, jelas tak akan menyia-nyiakan waktu walau itu adalah kunjungan keluarga.
"Sibuk, lomba Wushunya akan digelar minggu depan, dia akan depresi jika tak mengikutinya!" Suara bahak tawa terdengar begitu senang, setidaknya suasana tak menyenangkan mulai sirna dengan mereka menikmati pembicaraan.
Sampai pada ekor mata Heeseung menangkap kehadiran seseorang yang sedari tadi telah disinggung oleh Jongseong, hanya saja dia tak ingin suasana ini kembali suram, setidaknya dia telah memberikan kode pada Jongseong agar cuma mengawasi gerak-geriknya saja. "Jadi, apa sekarang Sunghoon berada di mansionmu?" Jongseong mengangguk, baru saja dia bertukar pesan dengan sepupunya itu jika telah sampai di kediaman tuan Junhui.
"Anak bodoh itu, dia akan ikut penjemputan kita nanti, kalian apa ada acara? Jika tidak, dia ingin ditemani menjelajah Lotte World nanti" binaran Jungwon begitu kentara, sudah dapat Heeseung pastikan jika Jungwon akan ikut bagaimanapun itu. "Tak ada, kami sedang luang!" jawab Heeseung, dia menyuap sesendok terakhir makannanya sebelum bell kelas terdengar sepenjuru sekolah.
"Ingat, tunggu kami di depan ruang kelas kami, Jungwon dan jangan menanggapi ajakan murid yang kau bahkan tak akrab dan tak mengenalnya!" pesan Jongseong dan Heeseung secara bergantian. "Ya, kalian selalu mengatakan hal itu sejak sebulan lalu!" Jungwon merotasikan mata, dan pergi meninggalkan Jongseong dan Heeseung sembari tersenyum senang dengan bayangan aktifitas menyenangkan sepulang sekolah nanti.
"Aku punya sepupu yang sangat suka bermain-main tentang detektif, sepertinya dia akan kegirangan jika aku memberinya tugas mengawasi anak itu" Jongseong berbisik pada Heeseung sembari sedikit melirik pada sosok yang tengah berjalan agak jauh dari keduanya. "Aku akan berdiskusi pada ayah untuk membawa sepupuku itu tinggal di mansion, toh dia terlihat kesepian di Jepang"
Heeseung hanya mengangguk, sudah tak lagi terkejut akan kegemaran aneh keluarga konglomerat itu yang kadang sampai membuat pusing jika dipikirkan, Sunghoon dan kegemarannya bermain pistol, Nicholas dengan kegemarannya mengkoleksi benda-benda tajam layaknya belati dan pedang.
Dan sekarang entah sepupu yang mana lagi, yang jelas Jongseong mengatakan kegemaran sepupunya itu bermain detektif sampai-sampai ikut pelatihan badan intelligence negara, sejak kelas lima sekolah dasar pun telah mempelajari peretasan perangkat teknologi dan pembobolan akses dokumen negara, bukankah itu cukup gila?
October, 01-2024
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.Hola Everyone~
Chapter selanjutnya up bulan November yups, include another books. Karena author mau fokus disertasi dulu. Love u all~ 🌹Makasih dah baca dan vote, semoga mau menunggu sebulanan ya... 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorabilia [JayWon] Jay X Jungwon
أدب المراهقينLee Sangwon, pemuda lugu ini begitu terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba bangun ditempat yang asing, ia sangat ketakutan saat mendapati orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal tersenyum padanya. Mereka tak pernah memanggilnya Sangwon, justru...