00.04

302 66 12
                                    

Melepas rindu dengan sang paman, Jungkook menerima tantangan yang sang paman berikan di mana beliau mengajaknya untuk bermain catur. Sekalipun Jungkook terus saja terlibat dengan semua tentang ilmu komputer, tentu saja ia mahir dalam bermain catur. Bahkan, Jungkook pernah mewakili sekolahnya dalam kompetisi catur antar sekolah. Jadi, sang paman yang kerap kali di apa Baek Ah merasa ingin menantang sang keponakan dan membuktikan; siapa yang terhebat.

Alhasil, kompetisi catur pun dimulai. Bidak-bidak kini berjalan---setelah kedua pemain menuntun untuk membuat kemenangan. Sembari itu, mereka bercerita banyak hal. 

"Jung, kau benar-benar hebat memainkan peranmu dalam berbisnis. Namun, yang membuatku terkadang bingung, kedua orangtuamu sama-sama berprofesi sebagai dosen sejarah. Jadi, apa kau memang anak mereka?" tanya Baek Ah seraya menuntun bidak kudanya.

Jungkook hanya tersenyum sangat tipis dan itu terlihat sangat cool. Namun, Jungkook belum berniat untuk memberi balas. Pria itu terlebih dahulu menuntun bidaknya untuk mematikan bidak Baek Ah lantas menatapnya. "Bukankah jika kutub negatif bertemu dengan kutub negatif, akan saling berlawanan? Dan bukankah dalam perkalian jika negatif bertemu dengan negatif akan positif? Ya, jawabannya seperti itu," ucap Jungkook santai yang membuat Baek Ah tertegun.

Jungkook menarik napas lalu menghembuskannya. "Aku bukanlah tipe anak yang ingin menjadi seperti kedua orangtuanya. Aku ingin menemukan minatku sendiri dan semua berjalan begitu saja." 

Sekali lagi, Baek Ah dibuat tidak bisa berkata-kata dengan tutur kata sang keponakan. Bahkan, saat sang keponakan yang membuatnya kalah dironde kali ini begitu saja. Ia tidak memprediksi jika akhirnya akan seperti ini.

Terlihat, Jungkook yang hanya tersenyum tipis. "Apa Paman membutuhkan ronde kedua untuk mengalahkanku?" tanyanya dengan nada angkuh.

Baek Ah sontak tertawa dengan renyah lantas mengangguk. "Sepertinya, aku perlu belajar banyak hal darimu tentang pola pikirmu yang luar biasa, Jungkook!"

Kembali, Jungkook hanya tersenyum tipis. "Aku hanya mengungkapkan apa yang kupikirkan, Paman. Akan tetapi, baiklah! Kita bermain hingga Paman merasa lelah sendiri."

Mendengar hal itu, Baek Ah menganggukkan kepala. Seakan, perkataan keponakannya memberikan artian di mana seorang Choi Jungkook, tidak akan mudah untuk dikalahkan dari berbagai hal.

***

"Kak, aku lapar!"

Dengan malas, gadis bermata bulat itu merotasikan kedua bola matanya dengan malas. "Kenapa kau melapor kepadaku? Tinggal buat makanan sendirinya apa susahnya, sih?" ucap Jihyo sangat kesal karena kesekian kalinya, adik lelakinya itu kembali merusak suasananya saat ingin bermain game untuk menaikkan level. 

Drama memuakkan lagi.

Akan tetapi, bukannya mengerti, Yeonjun malah menutup secara paksa laptop Jihyo yang masih menyala dan menampilkan laman awal game yang sering dia mainkan di mana ia tinggal login dan bertarung. Namun, Yeonjun nyatanya memang memiliki seribu nyawa dengan mengusik minat Jihyo saat ini.

"Masakkan aku ramen dulu, Kak. Lepas itu, aku tidak akan mengganggumu lagi," ucap Yeonjun dengan memelas.

Jihyo yang mulanya ingin marah, kini memilih untuk menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya hingga memperlihatkan senyum manisnya pada sang adik yang sangat dia cintai. Bahkan, kala Jihyo kini mengangguk untuk mengiyakan.

"Baiklah, adikku tersayang. Akan tetapi, temani aku ke bawah dulu. Kau tinggal menunggu di meja makan. Bagaimana?" Jihyo memberi penawaran yang membuat Yeonjun sempat berpikir, tetapi akhirnya memilih mengangguk.

Wishlist : Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang